Sofia Ariadne seorang wanita cantik, mandiri dan kuat, terjebak dalam permainan taruhan yang dibuat oleh Alessandro Calvin Del Piero, seorang mafia playboy, tampan dan berkuasa.
Ketika Sofia mengetahui dirinya hamil benih dari Alessandro, dia harus menghadapi ancaman dari musuh Alessandro yang ingin menggunakan bayi itu sebagai alat untuk menghancurkan Alessandro.
Namun, Sofia yang tidak ingin terlibat lagi dengan Alessandro memilih untuk melarikan diri sejauh mungkin. Meskipun harus menjalani susahnya hidup dengan kehamilan tanpa adanya pasangan.
Bagaimana kelanjutan kisah percintaan antara Sofia dan Alessandro yang penuh dengan intrik serta konflik etika. Yuk, kepoin terus ceritanya hanya di Noveltoon. Update setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling Memanfaatkan
Sofia Ariadne berusia 25 tahun, wanita yang sangat dicintai oleh Alessandro Calvin Del Piero. Wanita cantik, mandiri, kuat dan cerdas.
Sofia memiliki silsilah keluarga yang masih keturunan bangsawan Yunani. Kakeknya bernama Orion Achilles dan neneknya bernama Helena Agueda. Memiliki satu putra tunggal bernama Troy Abercio dan istrinya bernama Olivia Jovita.
Sofia memiliki satu adik laki-laki yang saat itu baru berusia 5 bulan saat musibah datang menewaskan seluruh keluarga mereka. Nama adik Sofia Neo Tarsicio.
Sofia memiliki kekuatan supranatural yang sebenarnya dia sendiri tidak menyadarinya. Kekuatan turun temurun dari leluhurnya. Hingga usia 25 tahun, Sofia belum pernah menggunakan kekuatan itu.
Saat ini, Sofia sedang berada di mobil pria bertopeng yang mengaku mengenal keluarganya. Bukan serta merta Sofia percaya begitu saja dengan pengakuan pria asing. Karena pemikiran Sofia jika ingin mengenal musuh, kita harus masuk ke jebakan yang dibuat oleh musuh. Dengan begitu, kita bisa tahu kemana alur yang diinginkan musuh.
Sofia tidak pernah takut akan hal apa pun di dunia ini, sekalipun itu sebuah kematian. Bahkan meskipun saat ini sedang dalam keadaan hamil, Sofia masih bisa bertarung menggunakan kekuatan fisik ataupun dengan senjata. Sofia menguasai teknik beladiri langka, yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu dari trah bangsawan Yunani kuno.
"Kita mau kemana Tuan?" Tanya Sofia sopan pada pria bertopeng.
"Kamu tidak keberatan jika aku mengajakmu berkunjung ke rumahku." Jawabnya.
"Tidak masalah, tapi bukanlah terlalu berlebihan jika berbicara saja harus ke rumah Anda. Di sini banyak cafe atau restoran jika hanya sekedar membicarakan masa lalu." Ucap Sofia ingin mengetahui motifnya.
Jujur saja, Sofia tidak bisa melihat ekspresi wajahnya karena terhalang oleh topeng. Hanya bisa menatap sorot mata yang penuh makna.
"Bicara di tempat umum tidak akan leluasa Sofia, kamu tenang saja aku tidak akan mencelakaimu."
'Karena kamu masih aku butuhkan sebagai pion untuk menghancurkan Dario dan seluruh keturunannya. Termasuk bayimu.'
Dua kalimat terakhir yang hanya bisa dia katakan dalam hati.
Sangat jauh arah tujuan mereka saat ini. Sofia sudah menduga, jika dirinya akan dibawa pergi menjauh dari Alessandro. Mansion yang mirip istana sihir, yang terletak di atas tebing di tengah hutan belantara. Cukup menyeramkan suasananya, tapi tidak membuat Sofia takut.
"Apakah istana ini milik anda Tuan?" Tanya Sofia tenang kemudian turun dari mobil yang membawanya.
"Benar, ayo silahkan masuk. Jangan takut, kita hanya akan berbicara."
"Tidak, saya percaya Anda orang baik tidak mungkin mencelakai wanita hamil seperti saya." Ucap Sofia.
"Oh kamu sedang hamil, sudah berapa bulan?" Tanya pria bertopeng.
"Sekarang sekitar 2 bulan lebih, tepatnya 10 minggu." Jawab Sofia.
"Oh ya, pantas kalau belum terlalu ketara." Jawab pria bertopeng.
"Iya, hanya terasa sedikit keras bagian bawahnya saja." Jawab Sofia.
"Jadi Tuan, apa yang Anda ketahui tentang keluarga saya. Tapi sebelumnya bolehkah saya tahu nama Anda tuan." Ucap Sofia bertanya.
"Aku Alfonso Guillermo, salah satu kenalan kakek kamu. Dulu kakekmu yang bernama Orion Achilles merupakan orang yang dermawan. Aku pernah ditolong olehnya. Saat itu aku tengah kesulitan keuangan karena tertipu.... bla bla bla..." Alfonso mengarang cerita yang terdengar sangat meyakinkan. Sementara Sofia mendengarkan dengan tenang seolah percaya kisah yang dibuat.
"Kakek saya memang dermawan Tuan, tapi jika menolong dalam bentuk uang saya rasa itu tidak mungkin. Anda tahu hidup keluarga kami hanya sederhana. Tidak punya perusahaan ataupun kekayaan." Ucap Sofia.
"Tapi kakek kamu memberikannya padaku waktu itu, tabungan satu-satunya yang dia miliki. Dan karenanya perusahaanku bisa diselamatkan." Ucap Alfonso.
"Oh begitu... Ya sudah tidak apa-apa. Tuan sekarang sudah hampir gelap. Bolehkah saya pulang?"
"Menginap saja semalam, besok pagi biar sopir antar kamu pulang."
"Saya takut merepotkan, saya tidak terbiasa tinggal di istana mewah."
"Kalau begitu mulai dibiasakan, anggap saja istana ini rumah kamu sendiri. Kamu boleh sering datang."
"Terima kasih Tuan, saya merasa tersanjung dengan kebaikan hati Anda."
"Karena aku tahu balas budi Sofia, bahkan nyawa harus dibalas dengan nyawa." Ucap Alfonso datar.
'Benar, dan aku akan mencari tahu keterlibatanmu dalam pembantaian keluargaku. Karena aku yakin, kamu punya rahasia gelap yang berusaha kamu sembunyikan.' Ucap Sofia dalam hati.
Sofia memiliki feeling yang tajam, tapi terkadang wanita itu meragukan kepekaannya sendiri. Masih belum berani terlihat menonjol, jadi Sofia selalu berusaha menekan apa yang ada di hati dan pikirannya sendiri.
"Silahkan istirahat, wanita hamil tidak boleh terlalu lelah. Pelayanku akan mengantar hingga ke dalam kamar. Nina... Antar tamu kita istirahat."
"Terima kasih, selamat malam tuan Alfonso." Pamit Sofia lalu mengikuti pelayan bernama Nina menuju kamarnya.
Setelah berada di dalam kamar bernuansa serba hitam, Sofia merasakan aura gelap yang tidak biasa. Seperti sihir, tapi dia tidak bisa mendeteksinya. Kemampuannya masih belum dangkal dalam mempelajari tentang segala sesuatu yang berbau ilmu supranatural.
"Saat seperti ini kenapa aku merindukan Alessandro. Maafkan aku, mungkin untuk beberapa hari ke depan tidak bisa menjenguk dan menemanimu di Rumah Sakit. Misiku kali lebih penting daripada dirimu." Gumamnya.
"Aku harus bisa menelusuri rahasia Alfonso, dia sudah berbohong sejak awal. Dan tujuannya pasti ingin memanfaatkanku entah untuk apa." Monolognya.
Sementara itu Alessandro gelisah menunggu kekasihnya yang belum menampakkan batang hidung hingga larut malam. Kakek Dario sudah pulang sore tadi, dan kini pria yang masih terpasang jarum infus itu sendirian.
Tidak lama kemudian, kedua asisten Alessandro datang dengan beberapa berkas dan juga sebuah leptop. Mereka membawa informasi baru terkait kebakaran.
"Apa yang kalian berdua temukan, dan bagaimana kabar kasus Bella serta Karina ibunya?" Tanya Alessandro.
"Mereka berdua sudah mendekam di sel penjara, tapi jadwal persidangan masih menunggu satu bulan lagi. Sementara itu Betrand ayah Bella terlihat menghubungi kelompok dunia bawah. Sepertinya dia sedang mencari bantuan untuk membalaskan dendam." Ucap Darren.
"Terus awasi dia, jangan sampai kalian kecolongan lagi." Perintah Alessandro.
"Tuan muda, ada info yang mungkin akan sedikit membuat Anda terkejut. Sofia terlihat masuk ke dalam mobil seorang pria bertopeng. Sepertinya pria itu berhasil mempengaruhi pikiran Sofia dan membawanya pergi entah kemana." Ucapan Tom membuat jantung Alessandro berdebar dengan cepat.
"Pria... Pria bertopeng?" Gagap Alessandro.
"Iya Tuan, apa anda mengenal pria bertopeng itu?" Tanya Tom.
"Aku tidak kenal, tapi baru saja Kakek bercerita jika dia adalah musuh Kakek Alfonso Guillermo."
"Alfonso pendiri klan Ghost Whispers, mempunyai dendam pribadi dengan Kakek Dario. Dan mungkin aku sebagai keturunannya, dan juga... Astaga... Bayiku."
"Itu artinya Sofia sedang dalam bahaya Tuan, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu Sofia." Tanya Darren dengan wajah khawatirnya.
"Tapi sepertinya Sofia akan mampu melindungi dirinya sendiri Tuan. Dia wanita kuat, bahkan memiliki ilmu beladiri yang langka." Ucap Tom.
"Tidak Tom, biar bagaimanapun Sofia sedang hamil. Aku takut kandungannya..."
"Sebentar aku hubungi Kakek, semoga pria tua itu belum tidur."
Tut
Tut
Tut
"Kamu tidak lihat sekarang jam berapa Alessandro?" Teriak kakek di ujung ponsel.
"Tidak penting, sekarang ada yang lebih penting. Sofia dibawa pergi Alfonso, aku khawatir tapi tidak bisa berbuat banyak. Punggung sialan ini masih sakit jika digerakkan."
ayo lanjut lagi, thor.