Jiro Adrian pernah mencintai wanita begitu dalam namun di hianati, beberapa tahun kemudian setelah bertunangan dengan wanita lain tiba-tiba masa lalunya hadir dan kembali mengacak-acak hatinya.
Pria itu menyayangi tunangannya tapi juga tak bisa melepaskan wanita masa lalunya karena ingin membalas rasa sakit hatinya dahulu.
Lalu siapa yang akan ia pilih, tunangannya yang telah membantunya kembali bangkit atau justru masa lalunya yang banyak menyimpan rahasia yang tak pernah ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~09
"Ck, rupanya 6 tahun tak membuatmu berubah tetap saja menjadi seorang penggoda."
Jiro nampak menatap angkuh Hanna yang masih berdiri di tempatnya, kemudian pria itu pun berlalu duduk di kursi kerjanya dan membiarkan wanita itu tetap berdiri di sana.
Hanna mengepalkan tangannya, kebodohannya adalah tak mencari tahu lebih dahulu perusahaan ini hingga membuatnya harus kembali terjebak dengan masa lalunya. Ingin mengundurkan diri pun ia tak bisa kecuali di pecat, tapi jika ia memaksa maka harus membayar denda yang entah berapa nominalnya. Benar-benar aturan tak masuk akal dan kini ia yakin peraturan itu sengaja di buat hanya untuk menyulitkannya.
"Apa ada pekerjaan untukku biar ku kerjakan?" ucapnya setelah beberapa menit pria itu mengabaikannya seakan ia hanya sebuah patung di ruangannya, bukannya menyuruhnya bekerja pria itu malah asyik dengan pekerjaannya sendiri.
Jiro tetap mengabaikannya seakan ucapan wanita itu hanya angin lalu, tentu saja itu membuat Hanna nampak kesal.
"Jika memang tidak ada, aku akan kembali ke meja kerjaku." ucapnya pada akhirnya namun saat ia hendak berbalik badan untuk pergi tiba-tiba pria itu bersuara.
"Siapa yang menyuruhmu pergi?" Jiro menatapnya tajam, nampak sebuah kemarahan di matanya dan itu bisa di rasakan oleh Hanna.
Setelah beberapa tahun berlalu banyak sekali perubahan pada diri pria itu, selain lebih sukses dan memiliki perusahaan besar mantan kekasihnya itu juga terlihat lebih dewasa, tubuhnya yang kekar membuat wajahnya semakin tampan namun sayangnya ia tak lagi melihat tatapannya seperti dulu yang penuh dengan cinta melainkan kini penuh dengan kebencian setiap melihatnya.
"Kalau begitu berikan aku pekerjaan!" Hanna tak bisa berdiri seperti ini terus tanpa melakukan apapun dengan suasana yang begitu canggung.
Brakk
Tiba-tiba Jiro sedikit memukul meja kerjanya hingga bergetar keras dan itu membuat Hanna sontak berjingkat kaget.
"Ck, berani sekali wanita murahan sepertimu memerintahku!"
Jiro yang masih berada di kursinya nampak menatapnya penuh amarah, tak ada yang bisa memerintahnya apalagi wanita murahan di hadapannya tersebut. Wajahnya saja terlihat lugu tapi entah berapa pria yang telah di bawanya ke tempat tidurnya.
Tiba-tiba pintu di ketuk dari luar dan tak berapa lama pintu pun terbuka. "Sayang!" Sofie langsung tersenyum menatap kekasihnya itu namun senyumnya perlahan menyurut ketika pandangannya beralih ke arah Hanna.
"Hanna?" ucapnya sedikit terkejut ketika melihat wanita itu di ruangan kekasihnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" imbuhnya lalu pandangannya beralih ke arah sang kekasih untuk meminta penjelasan.
"Kemarilah!"
Jiro memanggilnya dengan senyuman mengembang di bibirnya menatap calon tunangannya tersebut dan Sofie pun langsung melangkah mendekat namun tiba-tiba tangannya di tarik hingga ia jatuh keatas pangkuan pria itu.
"Ih sayang aku hampir jatuh," protes Sofie karena terkejut tapi ia senang dengan perlakukan pria itu.
Jiro pun memeluknya. "Aku merindukanmu," ucapnya kemudian.
"Aku juga, makanya aku datang kesini." Sofie pun langsung mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu.
Melihat kemesraan mereka Hanna nampak berpaling, sedikit memejamkan matanya lalu mengatur napasnya yang tiba-tiba sesak dan itu tak lepas dari perhatian Jiro.
"Sayang, kamu belum menjelaskan kepadaku kenapa ada Hanna di sini?" tanya Sofie ingin tahu.
"Mulai hari ini dia menjadi sekretarisku," terang Jiro yang kembali bekerja namun tetap membiarkan kekasihnya itu duduk di atas pangkuannya.
"Bagaimana bisa? A-apa kalian...."
"Jangan berpikiran macam-macam, meskipun kami dulu pernah memiliki hubungan tapi itu sudah lama berlalu. Saat ini di hatiku cuma ada kamu seorang, lagipula jika dia tak becus bekerja juga akan ku pecat seperti yang lainnya." potong pria itu meyakinkan wanita itu agar tidak cemburu berlebihan.
Sofie nampak lega ia yakin kekasihnya itu tak berbohong, tak ada lagi cinta di antara mereka namun hanya kebencian yang tersisa.
"Aku percaya padamu," ucapnya lantas memeluk pria itu.
Tak berapa lama terdengar ketukan dari luar dan pintu pun terbuka, terlihat Jovan masuk dengan gaya santainya.
"Apa kamu baik-baik saja? Kak Jiro tidak menindasmu kan?" ucapnya menatap Hanna dan wanita itu pun langsung menggeleng sembari tersenyum kecil, kemudian pandangan Jovan beralih ke arah Jiro.
"Astaga kak Jiro, jika mau bermesraan suruh sekretarismu keluar dulu dong. Kasihan sekalikan dia, bagaimana jika dia jomblo bisa-bisa ngiler nanti lihat kalian."
Jovan langsung menegur kakaknya tersebut yang tak malu berpelukan dengan Sofie di hadapan Hanna lalu pandangan pria itu pun kembali menatap wanita itu.
"Ngomong-ngomong apa kamu sudah punya kekasih? Karena ku lihat CVmu masih single?" ucapnya ingin tahu.
Hanna mengangguk kecil. "Sudah," sahutnya singkat seraya melirik ke arah mantan kekasihnya itu yang rupanya juga sedang menatapnya.
"Benarkah? Jadi kamu sudah ada yang punya? Sayang sekali," Jovan nampak kecewa saat ini entah serius atau hanya sekedar bercanda.
"Tuan Jovan sendiri bagaimana?" tanya Hanna balik, pria secakep itu pasti banyak yang suka.
"Aku jomblo Hanna, tapi jika kamu sudah putus kabari aku ya." sahut pemuda yang usianya lebih muda itu.
Ehm
Jiro tiba-tiba berdehem nyaring. "Jika kesini hanya ingin mengganggu lebih baik keluar sekarang juga Jovan!" ucapnya dengan tegas dan tentu saja itu membuat Jovan yang sedang berbicara dengan Hanna langsung menatapnya.
"Tentu saja kami takkan mengganggumu," ucapnya lalu kembali menatap Hanna.
"Oh ya Hanna apa kamu bisa membantuku memeriksa beberapa pekerjaan?" imbuhnya lagi pada wanita itu.
Hanna pun sontak menatap ke arah Jiro yang masih memangku sang kekasih, bagaimana pun juga ia harus meminta izinnya secara langsung.
"Ayo pergi, kak Jiro pasti mengizinkanmu lagipula ngapain kita di sini jadi obat nyamuk saja,"
Tiba-tiba Jovan langsung menarik tangannya dan di bawanya keluar dari sana.
"Bagaimana nanti jika tuan marah?" ucap Hanna setelah Jovan menutup pintunya dari luar.
"Jangan takut Hanna, kak Jiro tidak sekejam itu lagipula pekerjaan ini juga berhubungan dengannya." Jovan menunjukkan beberapa dokumen yang sebelumnya ia letakkan di atas meja kerja wanita itu.
"Nanti setelah kamu cek, tolong mintakan tanda tangan kak Jiro ya setelah itu berikan lagi padaku karena nanti siang harus segera di kirim!" perintah pria itu kemudian.
Hanna pun mengangguk, kemudian segera memulai pekerjaannya setelah Jovan kembali pergi. Di sela kesibukannya wanita itu nampak menatap pintu di hadapannya yang masih tertutup dengan rapat. Hampir dua jam CEOnya dan kekasihnya itu berada di dalam namun belum ada tanda-tanda akan keluar padahal ia ingin meminta tanda tangan.
Saat ia hendak beranjak karena tak bisa menunggu lagi tiba-tiba pintu di buka dari dalam dan nampak Sofie keluar dengan penampilan sedikit berantakan, sebagai wanita dewasa tentu saja ia tahu apa yang baru saja mereka lakukan.
"Hai Hanna, aku senang akhirnya kamu bisa bekerja lagi." ucap wanita itu seraya mendatangi mejanya.
"Oh ya akhir pekan ini aku akan bertunangan dengan Jiro, kamu datang ya." Hanna nampak mengambil undangan dari dalam tasnya lalu di berikan kepada wanita itu.
Hanna mengangguk kecil. "Terima kasih Sofie," ucapnya.
"Sama-sama Hanna, aku juga selalu berdoa semoga kamu segera menyusul kami. Baiklah aku harus pergi, semangat ya."
Wanita cantik itu pun segera berlalu pergi dan Hanna yang menatap undangan di tangannya tersebut tiba-tiba merasakan sesak di dadanya.
"Semua pasti akan baik-baik saja Hanna,"