NovelToon NovelToon
Pangeran, Selir Tidak Ingin Mati

Pangeran, Selir Tidak Ingin Mati

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:23k
Nilai: 5
Nama Author: Zhuzhu

Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.

Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.

Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.

Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 14: PISAU YANG TIDAK DIASAH

Malam hari, Lin Muwan tidak bisa tidur. Ia pikir luka di bahunya akan sembuh setelah istirahat beberapa hari. Kenyataannya luka itu telah infeksi dan rasanya semakin parah. Rasa sakitnya sekarang menyebar hingga ke seluruh tubuh, membuat Lin Muwan tidak nyaman bergerak.

Orang sial yang dingin dan kejam itu pasti sengaja tidak mengirim tabib untuk memeriksanya. Padahal dia tahu jelas seberapa parah luka yang dialaminya.

Bahkan demi membantunya, Lin Muwan sampai harus berendam di air dingin dan tidur di alam liar tanpa alas dan selimut. Seandainya saja dia bukan Lin Muwan yang kuat di kehidupan lain, dia sudah lama mati membusuk di hutan itu.

Lin Muwan ingin mengambil air, namun tangannya tiba-tiba mati rasa. Nampan yang di atasnya tersimpan teko air panas jatuh ke lantai dan tumpah. Air panas tersebut mengenai kulit kakinya yang telanjang. Dia meringis.

“Nona, apakah Nona baik-baik saja?”

Biyi yang sedang berjaga di luar seketika menerobos masuk. Matanya yang sipit sedikit membelalak saat melihat air panas yang uapnya masih mengepul menggenang di lantai. Kaki Lin Muwan agak bengkak. Selain itu, dia juga melihat bagian bahunya berdarah.

“Tanganku mati rasa.”

“Nona, lukamu infeksi,” ucap Biyi.

“Kau tahu ilmu pengobatan?”

“Sedikit. Sebelum saya bekerja di Divisi Rumah Tangga Istana, saya pernah belajar medis dengan saudara jauh saya.”

Lin Muwan harusnya merasa beruntung. Pelayan baru yang dikirim pria sial itu ternyata punya sedikit kemampuan. Kalau dilatih dengan baik, tidak menutup kemungkinan dia akan menjadi salah satu pembantu Lin Muwan yang sangat berguna.

“Bagus. Sekarang kau bantu aku. Ambil kotak obatnya. Akan aku ajari kau mengobati orang.”

“Nona juga tahu ilmu pengobatan?”

“Jangan bertanya. Kau cukup ikuti perintahku.”

Biyi lantas mengambil kotak obat yang isinya hanya peralatan seadanya. Lin Muwan harus bersyukur karena masih ada pisau kecil dan kain kasa di dalamnya. Tanpa menunggu lama dia membuka pakaiannya, memperlihatkan luka panah di bahunya yang memburuk lagi meski sudah dibalut.

“Ambil pisaunya. Basuh dengan arak dan ambil bagian yang luka.”

“Nona, kita tidak punya obat bius. Jika memotongnya sekarang, itu akan sangat sakit.”

“Lakukan saja.”

Biyi terlihat ragu, tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk menimbang. Luka di bahu Lin Muwan sudah infeksi.

Jika tidak disingkirkan, kemungkinannya hanya akan semakin memburuk. Meski tidak mengancam nyawa, tapi jika melukai syaraf bisa saja membuat tangan Lin Muwan lumpuh.

Lin Muwan mengambil sebuah saputangan dan menyumpal mulutnya sendiri dengan benda itu. Biyi mendekat, lalu dengan perlahan mencongkel kembali bagian luka yang infeksi.

Lin Muwan menahan rasa sakit dari daging yang dipotong, menggigit saputangan itu dan menahan suaranya agar tidak berteriak. Keringat mengucur deras di tubuhnya.

Tidak apa-apa, ini hanya luka kecil. Operasi kecil seperti ini adalah tindakan darurat meski harus dilakukan tanpa anestesi terlebih dahulu. Ia mengutuk keras orang yang telah memanahnya, juga mengutuk Murong Changfeng yang tidak punya hati nurani.

“Nona, lukanya sudah diangkat. Sekarang hanya perlu menjahitnya saja,” ucap Biyi.

“Ambil jarum dan benang, jahit di bagian sana.”

“Tapi, saya tidak pernah menjahit kulit manusia, Nona.”

“Kau bayangkan saja sedang menjahit pakaian yang robek.”

Keyakinan Biyi diperkuat dengan ucapan Lin Muwan. Selagi dia pergi mencari jarum dan benang, Lin Muwan menggunakan tangan kirinya untuk menekan luka dan menghentikan pendarahan. Lukanya memang tidak menyiksa, tapi rasa sakit dari infeksi benar-benar membuatnya kesal.

Biyi datang. Dengan arahan Lin Muwan, dia mengambil jarum dan benang, lalu menjahit luka di bahu Lin Muwan dengan hati-hati.

Sesekali matanya menatap tidak tega pada Lin Muwan, yang sampai saat ini masih menyumpal mulutnya dan menahan sakit. Ketangguhan seperti ini, dia baru pertama kali melihatnya.

“Sudah selesai, Nona. Biarkan saya membalut lukanya.”

“Lanjutkan saja.”

Biyi membalut luka yang sudah dijahit dengan kasa, melingkarkannya dari bahu ke punggung sampai melilit bagian tubuh atas Lin Muwan.

Sisa tenaga yang dimiliki Lin Muwan tidak cukup digunakan mengumpati para bajingan, sehingga dia hanya bisa berbaring lemah setelah operasinya selesai. Tampaknya Biyi juga ikut merasakan kelegaan yang sama setelah berhasil mengobatinya.

“Kau cukup hebat. Tanganmu tidak bergetar sama sekali ketika menjahit luka.”

“Meski pernah belajar, tapi tidak pernah menerapkannya pada manusia. Saya malu, Nona.”

“Kau harus bersyukur aku adalah pasien pertamamu. Jika itu orang lain, yang akan dijahit sampai mati adalah kau.”

Biyi tertunduk. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya, dia menyelamatkan orang dengan tangannya sendiri. Meski dia seorang pelayan dan bekerja sangat keras, orang-orang tidak akan pernah menganggapnya.

Lin Muwan tidak hanya tidak meremehkannya, tapi juga memberinya arahan dan memberinya kepercayaan. Setelah selesai bahkan memberinya pujian. Ini adalah sesuatu yang berharga dalam hidupnya.

“Karena semuanya sudah selesai, kau pergilah. Jangan mengurangi jam istirahatmu karena menjaga orang sepertiku.”

“Kalau begitu, Nona silakan beristirahat. Saya akan keluar sekarang.”

Lin Muwan menyuruhnya pergi. Biyi bukan orang bodoh yang hanya mendengar perintah saja. Kemampuannya dan keberaniannya barusan telah membuatnya berbeda di mata Lin Muwan.

Karena tuntutan misi, Lin Muwan bertemu banyak orang dan bertemu banyak karakter. Sejak melihat Biyi untuk pertama kalinya, ia tahu bahwa Biyi akan berguna.

Kamar sudah gelap dan ruangan jadi sepi. Lin Muwan berpikir dalam kegelapan malam, mencari sesuatu yang bisa membuatnya selamat dari segala bencana ini.

Karena dia datang kemari, maka pasti ada cara untuk kembali. Ia tidak rela jika harus mati tidak jelas saat sedang berada di puncak kehidupan dan puncak karirnya.

“Haruskah aku menemui Murong Zhiyang dan Murong Tianlei untuk mengetahui siapa yang akan menjadi kaisar dan menobatkanku sebagai permaisurinya?”

Murong Zhiyang suka bertindak terbuka. Setiap kata yang terucap dari mulutnya jelas bertujuan untuk menjatuhkan Murong Changfeng dan menghina dirinya.

Orang seperti itu tidak mungkin menjadikannya permaisuri. Selain itu, permaisuri yang dicatat di altar saat itu tampaknya sangat dicintai. Murong Zhiyang tidak mungkin mencintainya.

“Murong Tianlei… Seandainya aku bisa bertemu dengannya.”

Lin Muwan diserang kantuk, matanya terasa sangat berat. Mungkin karena efek tidak tidur nyenyak selama beberapa hari, juga karena menjaga Murong Changfeng, dia jadi kelelahan.

Seharian ini padahal sudah beristirahat lama. Memang, tubuh ini harus banyak dilatih di masa depan.

Tidak lama setelah itu, dia tertidur. Di luar, Biyi tidak kembali ke kamarnya, tapi malah berjaga di depan pintu. Ia tidak ingin Lin Muwan kesulitan memanggilnya jika terjadi sesuatu lagi.

Meski langit gelap, meski cahaya padam, meski malam dingin, Biyi akan bertahan dan memastikan Lin Muwan tidur dengan tenang.

Tengah malam, Biyi terbangun karena mendengar suara langkah kaki. Zifang sedang berpatroli bersama beberapa pengawal, melewati kediaman selir di halaman belakang. Kebetulan mereka melewati tempat tinggal Lin Muwan dan melihat Biyi berjaga di luar.

“Apa terjadi sesuatu?” tanya Zifang.

Lin Muwan biasanya pendiam dan penyendiri. Kalau marah, dia tidak segan-segan menyakiti orang lain dan menyalahkan Pangeran Kesembilan.

Pelayan selain Xiu’er yang sudah meninggal tidak ada yang peduli padanya. Saat ini, Biyi tidak hanya masih ada di sampingnya, tapi juga menjaga pintu untuknya. Sungguh sebuah kebetulan yang unik.

“Luka lama Nona Lin kambuh dan baru saja dibersihkan. Saya di sini bergaja-jaga barangkali Nona Lin membutuhkan sesuatu dan perlu bantuan saya.”

Zifang mengernyit. Luka lama, itu artinya luka panah yang muncul di bahunya akibat dari perburuan.

Lukanya infeksi, hanya tabib kekaisaran yang mungkin bisa mengobatinya. Kenapa Biyi mengatakan luka itu sudah dibersihkan?

“Kau yang mengobatinya?”

Biyi menggelengkan kepala. “Saya hanya melakukan apa yang diperintahkan Nona Lin. Nona Lin yang mengarahkan saya.”

Walau heran, namun Zifang tidak punya hak untuk peduli atau mempertanyakan lebih jauh. Jika dia melakukannya, dia akan membuat Pangeran Kesembilan marah.

Di kediaman pangeran ini, sosok Lin Muwan telah menjadi sesuatu yang pantang dibahas di depan Pangeran Kesembilan. Kehadirannya seperti duri dalam daging yang menginfeksi luka hati Pangeran Kesembilan terus menerus.

“Kalau begitu berjagalah. Jangan biarkan sesuatu yang buruk menimpa Nona Lin.”

Lebih tepatnya, jangan sampai Nona Lin mati. Hidup dan matinya harus diputuskan oleh Pangeran Kesembilan.

Sebelum pangeran mengizinkannya, tidak boleh terjadi sesuatu pada Nona Lin. Itu adalah aturan, dan aturannya harus dituruti tanpa kecuali.

1
Sulati Cus
biar adil pangeran kedua sm nona Shen pgn tau reaksi si chengfang 😅
Sulati Cus
makanya jgn kebanyakan istri
Sulati Cus
mungkin kasusnya berhubungan dg permaisuri dan permaisuri pasti py backingan yg g main2
Sulati Cus
tp yg diotak pangeran ke4 kyknya ada double target membuat malu sm menjadi menantu perdana menteri untuk menunjang ambisinya mengejar tahta lbh kearah mendapatkan dukungan sih klu menurut ku
Sulati Cus
aku selalu baca "chengfang" 😂
trie
biar tambah seru sebentar lagi akan ada drama baru nich
sahabat pena
masih teka teki. apa mgkn yg koruspi dana militer menteri Pertahanan. ayah nya sheng jiayin.dia ingin memberontak dan bekerjasama dgn salah satu pangeran. mknya kaisar ga setuju pangeran sembilan dan sheng jiayin menikah. hanya thor yg tau🤣🤣🤣lanjut kak💪💪💪
trie
pasangan yg rumit ....
pada akhirnya jadi fatner yg sangat cocok karna tujuan yg sama
@haerani-d
dibalik keberhasilan suami ada istri tercinta yang luar biasa, walaupun rasa cinta itu masih samar dan belum pada ngeuh, tapi otw nongol /Chuckle/
zansen
lin muwan pak kaisar.. ancamannya g main² lansung kicep tuh anak nya /Applaud//Applaud//Joyful//Joyful/
zansen
karena di putus cinta sama Sheng jiayin pak kaisar..
zansen
pangeran udah berhenti malas² gara² lin muwan ngomel + nyindir dan kalah debat juga /Joyful//Joyful//Joyful/
zansen
rumit banget misteri nya
zansen
pangeran udah malai nurut nih.. bentar lg bucin dong... /Kiss//Kiss/
zansen
terbang g lin makan angin /Joyful//Joyful/
Marini Dewi
lanjut thor, cerita y sangatlah menarik
zansen
aku juga merestui lin.. kompakan mereka couple bangke
zansen
kayak tau aja lin barang nya g berguna /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
A
aku suka adegan pinjam2 tangan seerti ini. plus lihat kecambah2 rasa cintah dri pangeran😅. lanjut thorr,semangat
Andi Ilma Apriani
mantaappp thooorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!