NovelToon NovelToon
Sang Pewaris

Sang Pewaris

Status: tamat
Genre:Tamat / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Masalah Pertumbuhan
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: EgaSri

Gavin Mackenzie Sebastian
Saudara kembar Gianna Mackenzia Sebastian. Pewaris tahta dari Sebastian group. Liar, nakal dan tidak tahu aturan.

Karena kesalahan yang terus ia ulang dan perbuat membuat ia di usir dari rumah. Hidup terlunta-lunta tanpa uang dan harus membiayai kuliahnya sendiri sebagai syarat untuk dia mewarisi perusahaan Sebastian group.

Tanpa uang di luaran sana ia di hina dan direndahkan. Semua orang merendahkan dia, dan kekasihnya pun menghianati cintanya.

Lalu, apakah nanti Gavin bisa menyelesaikan hukuman dari sang Papa, dan membalaskan semua perlakuan menyakitkan dari teman-temannya?

***

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EgaSri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SP 19

"Kamu lulus!"

Gavin menutup mulutnya tidak percaya saat ia mendengar pernyataan dosen yang mengujinya itu.

"Serius, Pak?" tanya Gavin lagi.

Laki-laki tua itu mengangguk, "Benar!" ucapnya yang membuat Gavin semakin bahagia.

"Terimakasih, Pak! Terimakasih!" Gavin menyalami ketiga dosen penilainya itu. Dan segera keluar dari ruangan uji tersebut.

Gavin segera mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi Kaylee yang sedang berada di kantor polisi.

"Keliiii! Gue lulus! Gue wisuda! Gue kaya lagi!"

Di seberang sana, Kaylee langsung menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

"Gavin! Jangan teriak-teriak! Aku gak tuli!" peringat Kaylee yang membuat Gavin terdiam.

"Iya, tau. Tapi gue lagi seneng banget!" ucap Gavin.

"Lo mau apa dari gue? Mau traktiran apa?" tanya Gavin dengan antusias.

Di seberang sana Kaylee menggeleng. Kenapa tingkah Gavin jadi seperti anak-anak?

"Apa aja, asal kamu yang bayarin," ucap Kaylee.

"Oke! Nanti lo ada dinas lagi, gak?" masih dengan sangat antusias, Gavin bertanya.

"Enggak, sore ini aku udah pulang," jawab Kaylee.

"Oke, kalau gitu gue jemput Lo, ya?" tanya Gavin lagi.

"Oke, di tunggu!" ucap Kaylee. Ia tersenyum tipis saat mendengar Gavin yang sangat bahagia.

Sambungan telepon itu terputus. Gavin berlonjak kegirangan. Menatap tersenyum pada ponselnya itu.

"Ah ... Akhirnya! Ngerasain lagi jadi orang kaya," ucap Gavin tersenyum.

***

Setelah dari kampusnya, Gavin kini sedang berada di kantornya. Ia dan juga teman-temannya yang lain sedang mengembangkan aplikasi yang waktu itu mereka launching.

Aplikasi itu diterima dengan baik oleh masyarakat. Terlebih teman-teman Gavin juga gencar melakukan promosi.

Setelah aplikasi tersebut selesai di upgrade, Gavin menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kebesarannya.

"Ah ... Leganya! Kuliah kelar, kerjaan selesai, pacar ntar lagi pulang, nikmat mana lagi yang kau dustakan, Gavin!" seru Gavin yang membuat teman-temannya menatap dia aneh.

"Gila Lo Vin!" ucap salah satu teman Gavin tersebut.

"Suka-suka gue, lah. Orang lagi bahagia juga," ketus Gavin yang membuat mereka tertawa.

"Itu mantan Lo, si Karina nanyain Lo mulu sama gue. Risih tau, gak,"

Gavin menegakkan kepalanya saat ia mendengar ucapan teman sekaligus rekan kerjanya itu.

"Karina yang bohay itu?" tanya Gavin.

"Sialan! Bukan bohay aja, semok juga," balas temannya itu yang membuat mereka yang ada di saja tertawa.

"Ngapain dia nanyain gue?" tanya Gavin. Sedikit tertarik dengan apa yang dikatakan oleh temannya itu.

"Katanya kangen. Tapi gue gak simak banget, sih. Males," ucap teman Gavin yang bernama Dika itu.

"Kalau Lo mau, ambil aja!" ucap Gavin enteng, yang membuat Dika menggedikkan bahunya.

"Gak, makasih. Gue gak suka yang bekas," ucap Dika.

Gavin tertawa, "Tapi gue belum pernah make dia," ucap Gavin.

"Tau gue, mah. Tapi yang make dia bukan lo, si Rio, tuh!" ucap Dika.

Gavin menajamkan pendengarannya.

"Seriusan, lo?" tanya Gavin, sedikit tidak percaya.

"Iya, Lo gak tahu aja. Semua bekas Lo toh di embat semua sama tuh anak. Gue aja geli ngebayanginnya," ucap Dika.

Gavin tertawa kecil, "Sampah emang lebih cocok sama sampah, sih,"

***

"Halo ...."

Gavin sedang duduk di atas ranjangnya. Ia kini sedang berbicara dengan Papanya.

"Skripsi kamu sudah selesai?" tanya Julian di seberang sana.

"Udah, Pa, tinggal wisuda aja," jawab Julian.

Sebenarnya Gavin masih sedikit takut saat bicara dengan Papanya itu. Terlebih ia mendengar suara Julian yang masih sangat tegas.

"Bagus! Kamu menyelesaikan hukuman kamu dengan baik! Jadi kamu sudah bisa pulang ke rumah lagi!"

Gavin tersenyum senang dengan apa yang Julian katakan. Hukumannya selesai dan ia bisa menggunakan semua fasilitasnya lagi.

Sebenarnya Gavin ingin membuktikan dulu pada Papanya kalau ia bisa hidup tanpa uang Julian.

Tapi ... Papi Kaylee terus meminta ia untuk bertemu dengan orang tuanya. Membicarakan tentang kisah Gavin dan Kaylee kedepannya.

Gavin sendiri tidak akan menyangka kalau ini semua akan berbuntut panjang seperti sekarang. Mana Gavin sangka kalau Papi Kaylee sudah ngebet sekali ingin menantu.

"Gavin mau bicara sama Papa." Gavin memberanikan dirinya untuk membuka pembicaraan.

"Bicara apa?" tanya Julian. Ia sudah menduga kalau Gavin akan membicarakan masalah Kaylee padanya.

"Gavin punya pacar, Pa," ucap Gavin.

Julian tersenyum tipis di seberang sana. "Lalu?" tanya Julian.

"Julian mau ngenalin pacar Gavin sama Papa. Orang tuanya juga," ucap Gavin.

Julina masih diam. Kini ia punya rencana sendiri untuk anak lelaki satu-satunya ini.

Julian ingin tahu, apakah Gavin benar-benar suka dengan Kaylee atau tidak. Apakah dia akan memperjuangkan gadis itu atau tidak.

"Tapi Papa sudah menjodohkan kamu dengan anak teman Papa," ucap Julian yang membuat Gavin serasa di sambar petir.

"Maksud Papa apa? Kenapa Papa gak ngomong dulu sama Gavin? Pa, Gavin udah punya pacar. Namanya Kaylee!" tegas Gavin.

Ia tertawa singkat mendengar reaksi anak laki-lakinya itu.

"Terus? Masalahnya sama Papa apa?" tanya Juliana yang berpura-pura acuh.

"Pa! Gavin gak mau dijodohin! Gavin cuma mau Keli, dan hanya bakal nikah sama Keli!" tegas Gavin.

Ia kemudian menutup mulutnya sendiri. Baru tersadar dengan apa yang tadi ia katakan.

'Vin, Lo beneran suka sama si komandan itu?' tanya Gavin pada dirinya sendiri.

"Lihat nanti. Kalau kamu bawa pacar kamu itu ke hadapan Papa, akan Papa pertimbangkan. Pastikan dia berasal dari keluarga baik-baik!" Peringat Julian.

Dalam diamnya Gavin mengangguk.

"Pasti, Pa!" jawab Gavin singkat.

"Jadi kapan kamu akan kembali ke rumah dan membawa pacar kamu itu kehadapan Papa sama Mama?" tanya Julian.

"Secepatnya, Pa! Kalau perlu besok. Langsung kawin sekalian!" ucap Gavin.

"Jangan main-main kamu ya, Vin!" tegas Julian yang membuat Gavin tertawa.

Setelah itu sambungan telepon tersebut terputus.

Gavin merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang usang. Ia kemudian mencari nomor Kaylee di daftar kontak ponsel bututnya. Sampai sekarang, Gavin masih mempertahankan ponsel itu. Ia menganggapnya sebagai kenang-kenangan saat ia hidup miskin.

"Halo, Keli!"

Gavin menyapa dengan tersenyum lebar.

"Kenapa?" Tanya Kaylee.

"Mau nanya aja, kapan pulangnya? Gue mau jemput, nih!" ucap Gavin.

"Sebentar lagi, ini lagi ada yang di bahas. Tunggu aja!" ucap Kaylee.

Gavin tersenyum. "Oke, oh iya, tadi gue udah telpon bokap, katanya boleh bawa Lo pulang kapan aja ketemu mereka," ucap Gavin.

Kaylee di seberang sana tersenyum, "Beneran?" tanyanya.

"Iya, barusan gue tanyain," ucap Gavin.

"Syukur, deh. Oh, iya. Nanti aku telpon lagi, lagi ada yang di bahas di sini soalnya," ucap Kaylee.

"Oke, pokoknya nanti gue jemput!" ucap Gavin.

Setelah itu sambungan telepon tersebut terputus.

Gavin tersenyum lagi. Entah sudah berapa banyak ia tersenyum hari ini. Yang jelas, bibirnya itu terus melengkung sedari tadi.

Gavin bangkit dari tempat tidurnya. Ia butuh air sekarang untuk mandi. Karena sebentar lagi ia akan menjemput kekasih pura-puranya.

Setelah selesai mandi, Gavin mengenakan pakaian terbaik menurutnya.

Dengan tersenyum lebar, Gavin keluar dari dalam kamar kosnya. Tiba di bawah Gavin mengernyitkan keningnya saat ia melihat Emily sedang berdiri di luar pagar. Sepertinya sedang menunggu seseorang.

"Ngapain lagi itu ulat bulu?" tanya Gavin kesal. Tentu dia tidak akan lupa dengan apa yang pernah Emily lakukan padanya.

"Ngapain Lo disini?" tanya Gavin sarkas.

Emily langsung berbalik dan tersenyum lebar ke arah Gavin..

"Ngapain Lo disini?"

"Gavin ... Aku kangen kamu!"

***

Happy reading, semoga suka!

1
Anonymous
Harus melalui tempa'an baru akan tersa indah ending nya.
Erni Setiawan
bagus banget
ICE QIEEN GRILL
bagus
Bukhari Al-Khoiri Sunardi
apapun yg terjadi di masa lalu tapi saat ini Gavin sudah menjadi suami ada keluarga kecil yg hrs di jaga dan pertahankan
Isabell Serinah
buat seasson2 lagi cerita ni macam tergantung.
Olive Ova Ambitan
jadi bosan bacanya,koq sampai gavin tergoda lagi.pemeran utamanya koq bgitu thor
Olive Ova Ambitan
wow kerennn
Anonymous
Julian/Gavin??
Anonymous
banyak typo sih Thor,,lebih teliti lagi
Anonymous
mall/bar??
A&R
lumayan
Imam Sutoto
buset mantap gan lanjutkan
Imam Sutoto
top markotop story lanjut
Sri Rahayu
bodoooohhh.....
Sri Rahayu
gavin bodoh ....nurutin hawa nafsu .
tar kena bogem tuan besat baru tau rasa .
Sri Rahayu
arsene jgn kaku dong ...
ky robot .
Sri Rahayu
dasar emily ....urat malunya dah putus ,
kok ada ya cewek macam itu .
Merica Bubuk
Deeuh...kacian bgt
Merica Bubuk
Lu salah sasaran, Tia
Merica Bubuk
Tia, jallang lu mh 😡😡😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!