Zona Kpop, aktor korea, yang gak suka silahkan skip, daripada meninggalkan jejak hate!
"Aku akan membuat mu lepas dari cengkraman ibu tiri mu, dengan satu syarat."
"Apa syarat nya?"
"Kau harus menjadi partner ranjang ku,"
Azzendra Grew Nicholas, pria muda berusia 29 tahun seorang CEO yang menjebak seorang gadis untuk menjadi partner ranjang nya.
Wenthrisca Liu atau akrab di sapa Ica, terpaksa menerima penawaran gila Zen demi bisa bebas dari jeratan ibu tiri nya.
Bagaiamana kisah mereka selanjutnya? simak disini.
Karya real hanya ada di Noveltoon/Mangatoon, selebih nya Fake/plagiat, happy reading❤️
Edit cover by KINOSANN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Pagi harinya, Ica terbangun lebih dulu. Gadis itu tersenyum saat melihat wajah tampan yang tersaji di depan mata pagi-pagi begini. Tangan nakal Ica mulai beraksi menyentuh mata, hidung, lalu terakhir dia menyentuh bibir yang biasa nya selalu memakan puncak buah kenyal itu.
"Aku baru sadar kalau Daddy begitu tampan.." Gumam Ica, gadis itu tersenyum sambil memandangi wajah Zen yang masih terlelap dalam mimpi indah nya.
"Sebaiknya aku bersiap, sebelum pria ini bangun dan otak mesumm nya bekerja."
Gadis itu bangkit dari tidur nya, lalu masuk ke dalam kamar mandi, mencuci muka dan menggosok gigi, menyiapkan pakaian kerja Zen, lalu pergi ke luar kamar untuk menyiapkan sarapan.
"Selamat pagi bibi.." Sapa Ica pada Bi Arin yang tengah memasak.
"Pagi kembali Non, sudah bangun sepagi ini?" Tanya Bi Arin.
"Pengen bantu bibi siapin sarapan buat Daddy." Bi Arin hanya manggut-manggut mendengar jawaban gadis cantik di samping nya.
"Biasa nya Daddy sarapan apa Bi?" Tanya Ica.
"Tuan Zen biasa nya hanya sarapan dua roti gandum dengan selai coklat dan secangkir kopi hitam."
"Baik Bi, hari ini Ica yang buatin ya.."
"Hati-hati ya Non." Ucap Bi Arin, Ica menganggukan kepala nya pertanda mengerti.
Ica membakar roti gandum dan setelah selesai mengolesi nya dengan selai coklat, tak lupa juga menyeduh kopi instan tanpa gula.
....
Tak lama, Zen turun dengan wajah datar nya. Dia terlihat sedang membenarkan kancing kemeja di lengan nya sambil berjalan.
Ica mendekat dan berinisiatif untuk membantu Zen mengancingkan nya.
"Sarapan dulu ya Dad, Ica yang buat."
"Masak apa sayang?" Tanya Zen, lalu mendaratkan ciuman singkat di kening Ica, membuat seseorang mengepalkan tangan nya karena cemburu melihat adegan romantis yang tersaji di depan mata nya.
Buru-buru dia pergi ke belakang sebelum terbakar api cemburu.
"Cuma roti gandum yang di bakar terus di olesin selai coklat sama kopi hitam tanpa gula." Jawab Ica, gadis itu berjinjit membenarkan kerah kemeja Zen yang nampak kusut.
Lagi-lagi, Zen mendaratkan kecupan singkat di kening Ica.
"Dad, jangan cium-cium terus dong.." Ketus Ica.
"Memang nya kenapa sayang? Ini kan wajar untuk sepasang kekasih."
"Kekasih? Ralat ya Dad, aku hanya partner ranjang mu saja." Cetus Ica.
"Tapi kita bahkan belum melakukan hubungan ranjang, apa bisa di katakan kamu partner ranjang ku By?" Tanya Zen memojokan Ica.
"T-tapi Daddy kan yang minta setelah aku selesai menstruasi."
"Kalau kamu siap, nanti malam kita lakukan sayang." Celetuk Zen, ekspresi wajah nya tetap datar, seolah yang dia katakan bukan lah suatu masalah yang besar. Tapi berbeda dengan ekspresi wajah Ica yang nampak tegang.
"Jangan tegang gitu dong By, aku tunggu sampai kamu siap. Ayo temani aku sarapan, aku harus segera pergi meeting." Ajak Zen, sambil menarik tangan Ica.
....
Setelah sarapan, Bimo sudah datang menjemput atasan nya itu, sekalian mengantar ponsel pesanan Zen kemarin.
"By, aku pergi kerja dulu ya. Baik-baik di rumah, dan hubungi aku kalau ada apa-apa ya.." Zen mengelus puncak kepala gadis nya dengan lembut.
"Mau di bawain makan siang?" Tanya Ica.
"Kalau kamu tidak keberatan, tentu boleh sayang." Jawab Zen.
"Oke, nanti aku masak buat Daddy. Selamat bekerja Daddy.."
Zen melayangkan kecupan mesra di kening, kedua pipi dan terakhir bibir mungil kemerahan gadis nya, bahkan pria itu sempat melumaat nya sebentar, padahal sudah jelas Asisten Bimo berdiri dengan canggung di sisi mobil nya.
"Ihh gak tau malu, di liatin asisten nya tuh.." Ucap Ica sambil mendorong pelan dada bidang Zen, wajah nya memerah menahan malu. Bisa-bisanya pria itu malah mengajak nya bergelut lidah, padahal ada orang lain yang melihat.
"Anggap saja dia patung, yasudah aku berangkat kerja dulu sayang.." Zen memeluk Ica sebentar, lalu melepaskan nya dan segera masuk ke dalam mobil.
Ica terus melambaikan tangan nya sampai mobil itu menghilang di balik gerbang tinggi mansion.
Ica kembali masuk ke dalam mansion, tujuan nya hanya ingin mandi, lalu sarapan dan kembali memasak untuk makan siang Zen di kantor.
Tapi, baru saja akan menaiki tangga. Maid yang kemarin datang dengan wajah marah nya.
Maid itu menjambak rambut panjang Ica hingga membuat gadis itu mendongak.
"Sebenarnya hubungan mu dengan tuan Zen itu apa hah?" Tanya maid itu.
"Urusan nya dengan mu apa? Kenapa begitu mengurusi kehidupan orang lain?" Balik tanya Ica,
"Aku menyukai nya sebelum dia memungut mu dari pinggir jalan." Teriak nya, hingga mengundang perhatian maid lain.
"Tapi sayang, Daddy seperti nya tak tertarik padamu. Dia hanya tertarik padaku.." Jawab Ica.
"Sialan..."
Plakk...
Ica meraba pipi nya yang terasa panas dan perih karena tamparan yang di layangkan maid itu cukup keras.
Tatapan mata nya tajam, dia membalas tamparan itu berkali-kali lipat hingga membuat pipi maid itu babak belur karena ulah nya.
"Dengar, karena selama ini aku diam bukan berarti kau bisa seenaknya padaku. Aku tak takut padamu," Ica menyeringai, membuat maid itu beringsut mundur.
"Masih berani menampar ku hah?"
Tak lama, anak buah Zen masuk dan menyeret maid itu, meski sempat meronta tapi akhirnya dia pasrah.
"Nona baik-baik saja?" Tanya Bi Arin dengan raut wajah khawatir, tentu nya dia takut karena sudah gagal menjaga gadis tuan nya.
Apalagi kejadian nya terjadi di mansion, sudah pasti mereka akan di sidang nanti, hanya karena satu maid pendendam yang doyan membuat masalah.
"Gak apa-apa bi, Ica baik.."
"Tapi pipi Nona memerah bekas tamparan itu, apa Nona yakin?"
"Hanya luka kecil seperti ini Bi, ini sama sekali bukan masalah. Jangan terlalu khawatir, lagi pula aku sudah terbiasa mendapat kekerasan semacam ini, bahkan lebih." Jawab Ica, bahkan gadis itu masih bisa menyunggingkan senyuman tulus nya.
"Ica ke kamar dulu, mau mandi terus sarapan."
Ica menaiki tangga dan masuk ke kamar nya, dia segera membersihkan tubuh nya dan turun ke lantai bawah setelah selesai dengan kegiatan nya.
...
Ica tengah memasak untuk makan siang Daddy nya di kantor, sebagai mantan orang susah. Tentu nya dia terbiasa untuk mandiri, masak sendiri. Bahkan menyiapkan sarapan, makan siang dan malam adalah tugas nya dulu sewaktu masih tinggal bersama ibu tiri nya.
Belum lagi tugas beres-beres rumah, mencuci dan sebagai nya, itu semua tugas nya setiap hari dan malam hari dia di tuntut untuk bekerja dan menghasilkan uang.
"Wangi banget Non, masak apa?"
"Cuma tumis pakcoy, ayam balado sama kerupuk." Jawab Ica. Terdengar sederhana, tapi bisa di pastikan rasa nya pasti enak, aroma nya tak bisa bohong.
"Tuan suka telur dadar Non, kalau mau di tambah menu nya." Usul Bi Arin.
"Telur nya habis Bi.." Jawab Ica. Tadinya dia juga ingin memasakan telur dadar ala nya, tapi tak ada telur satu pun yang tersisa di kulkas.
"Bibi lupa belum belanja Non.."
"Iya bi, gapapa kok." Ica kembali fokus dengan masakan nya yang sebentar lagi matang.
....
🌷🌷🌷
Yang nunggu adegan 21+ nya, ntar ya nunggu lolos kontrak dulu, males revisi kalo ketolak🤣🤣
Emg mo di gagahi waktu M?