Dijual oleh Ayah kandungnya sendiri sebagai pengganti taruhan berjudi, Zena gadis berusia 21 tahun yang pergi dari rumah, dia meminta pertolongan dari ibu kandungnya, tidak disangka, ditempat ibu kandungnya dia hampir dilecehkan oleh Ayah tirinya,
Depresi, trauma sempat mengguncang jiwa Zena, lalu tidak disengaja dewa penyelamat datang, Steven Fernando, pria berusia 35tahun yang sudah 3 tahun bertahan dengan statusnya yang Duda,
Setelah diselamatkan oleh Steven, siapa sangka hidup Zena semakin hancur, Steven meminta Zena menjadi partner ranjangnya,
Ancaman akan dikembalikan pada rentenir paruh baya itu dan keselamatan keluarga ibunya mengakibatkan Zena menurut patuh menyetujui semua syarat dan peraturan yang diberikan Steven
Hari demi hari Zena menjadi partner ranjang dari seorang Steven yang mempunyai libido akut,
Akankah Zena bisa bertahan dan mencintai Steven
Jika berjalan maju membuat Zena menelan kepahitan, dan jika berjalan mundur Zena akan membuat keluarga ibunya hancur.
Seperti apa kisahnya, ayok kita simak cerita Zena dan Steven
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19_Patuh 2
Perlahan Zena melepas celana kain itu, tak berani Zena menatapnya, sambil memejamkan mata akhirnya Zena bisa melepas celana yang melekat di tubuh suaminya, tersisa hanya dalaman saja
"Sudah Tuan"
"Bagus, sekarang ikut aku ke kamar mandi"
"Baik Tuan" Zena berjalan mengekor Steven yang masuk kedalam kamar mandi, tubuhnya semakin menegang saat Steven menyuruhnya melepas celana dal*m milik Steven
Glek, dia berusaha menutup matanya tapi tak sengaja Zena menyenggol bagian sensitif suaminya membuat benda itu berdiri tegak
Glek, Zena menelan salivanya sekali lagi dengan susah, fikirannya sudah cemas tangan dan seluruh tubuhnya gemetar hebat, dia membutuhkan waktu lama untuk melepas ****** ***** suaminya
"Sudah Tuan" Akhirnya misi terakhir selesai juga, Zena sudah melucuti semua pakaian yang melekat di tubuh suaminya, lalu dia diam terpaku membuat Steven mengernyitkan keningnya
"Kau ingin melihatku mandi ha! Cepat keluar! "
"Atau kau ingin kita bermain disini" Ucap Steven dengan seringai licik membuat Zena langsung terbirit-birit keluar kamar mandi
Saat Zena sudah keluar dari kamar mandi, tawa Steven pecah, dia tertawa puas saat melihat mainannya takhluk padanya
"Tak kusangka mempunyai boneka seperti dia sangat menyenangkan, naf*uku tersalurkan dan aku mendapatkan hiburan gratis saat melihat ekspresi wajahnya yang ketakutan hahaha"
"Hahahahaha"
Mendengar suara tawa dalam kamar mandinya membuat Zena berfikir yang tidak-tidak, dia berfikir bahwa suaminya sedang menyusun rencananya yang bersangkutan dengan hidupnya
"Kenapa dia tertawa, apa dia sedang menertawakanku, atau dia sedang menyusun rencana mempermalukan aku" Fikir Zena sambil berjalan dan menaiki ranjangnya, logika dan perasaannya sedang bertarung hebat
30 menit kemudian Steven keluar dari kamar mandinya masih menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya, dia berjalan dan menaiki ranjang king sizenya
"Layani aku! "
"Em," Zena menunduk dia bingung harus melakukan apa, rasanya sangat malu, setiap kali Steven meminta dia melayaninya pasti dia terasa gugup
"Cepat naik dan layani aku"
"Aku tak suka dibantah" Lanjutnya lagi sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya
Zena menunduk dia menaiki tubuh Steven lalu perlahan dia memejamkan matanya dan mencium serta melu**t bibir Steven, tak cukup Zena meninggalkan tanda kepemilikannya disetiap bagian tubuh Steven
"Okeh juga, semakin hari semakin pintar" Gumam Steven dalam hati saat melihat istrinya bermain diranjang,
Melihat pergerakan malu-malu istrinya membuat Steven gemas dan libidonya yang sudah kambuh pun tak bisa ditahan terlalu lama, dengan santai Steven mengambil alih permainan, dia memutar tubuh Zena agar berada dibawah kendalinya,
Mengingat istrinya masih dalam keadaan sakit, Steven melakukannya dengan hati-hati membuat tubuh Zena mabuk kepayang.
Steven dengan lembut mencium dan melu**t bibir mungil istrinya, puasa 1 hari serasa 1 tahun bagi Steven, tak puas, Steven meninggalkan jejak kepemilikannya di leher serta di dua benda kenyal yang menjadi mainan favoritnya, lingerie yang dipakai Zena sudah dirobek paksa oleh Steven, dan kini tangannya sudah merem*s dua benda kenyal itu tak segan-segan Steven menghisapya,
Digigitnya bibir bagian bawah Zena, desah*n yang sudah diujung mulutnya berusaha dia tahan
"Aaaahhhh" Akhirnya desah*n itu lolos keluar dibibir Zena membuat Steven semakin bersemangat menyetubuhi istrinya, puas bermain di dua benda kenyal istrinya, senjata yang sudah menegang langsung dia tancapkan kedalam sarangnya, goyangan pinggul Steven yang lembut mampu membuat Zena merasakan kenikmatan surga Dunia,
Tak segan-segan Zena meminta mempercepat ritme goyangan Steven
Beberapa kali mereka melakukan penyatuan, membuat tubuh keduanya ambruk, Steven ambruk di atas tubuh Zena saat permainan terakhirnya selesai
"Tidurlah," Ucap Steven yang diangguki oleh Zena
Keesokan harinya, dan seperti biasa Zena bangun tak ada Steven di kamarnya, tubuhnya terasa begitu lebih segar, dia berniat untuk kembali bekerja lebih tepatnya mengundurkan diri karna dia tidak mau kejadian kemarin terulang kembali
"Bi, aku pergi dulu ya" Ucap Zena berpamitan pada bi sari,
"Oh iya, aku akan bawa mobil"
"Tapi Nyonya belum sembuh total"
"Saya sudah baikan bi, bibi tenang saja, saya juga hanya keluar sebentar"
"Baik Nyonya"
Setelah kepergian Nyonya mudanya, bi sari langsung menghubungi sekretaris Nanda, ucapan Tuan Mudanya untuk selalu mengawasi Nyonya mudanya selalu terlintas dipikiran bi sari
Setelah menelfon sekertaris Nanda, bi sari melanjutkan pekerjaannya, dan sekertaris Nanda, dia menceritakan kepergian Nyonya mudanya pada Tuan Mudanya
"Dasar keras kepala, sudah aku peringatkan untuk beristirahat dirumah tapi dia tetap saja melawan"
"Saya sudah memerintahkan anak buah saya untuk mengawasi pergerakan Nyonya muda Tuan"
"Bagus, awasi dia,"
"Aku akan menelfonnya"
Steven mencari ponselnya lalu mencari kontak istrinya
Tak berselang lama telfon itu diangkat, Zena yang tidak mengetahui nomor tak dikenal pun terkejut
"Pagi-pagi begini masih saja ada orang yang iseng" Gumam Zena mengabaikan telfon nomor tak dikenal
Drt.. Drtt..
Beberapa kali ponselnya berdering membuat Zena kesal lalu menekan tombol hijau dan mengumpat tak jelas
"Siapa,!!" Ketus Zena
"-_-" Steven terkejut saat panggilannya di angkat dengan nada yang tak bersahabat
"Hei! Siapa disana! Kenapa diam saja! Jika tidak ingin bicara aku akan matikan telfonnya! "
"Tut.. Tut... "
"Rasain! Manusia iseng memang harus diberikan pelajaran, haha" Zena menaruh ponselnya lalu fokus menyetir, dia sangat menikmati perjalanannya kali ini tanpa disadari sebuah mobil mengikutinya dari belakang
Di ruang kerja Steven, dia baru saja membanting ponselnya menjadi beberapa bagian, membuat sekertaris Nanda terdiam, tak ingin bicara melihat raut wajahnya saja dia tidak berani
"Beraninya dia mematikan telfonku! Rupanya kelembutanku selalu disalah artikan olehnya, akan kubuat perhitungan dengannya" Geram Steven
"Ma-maaf Tuan, mungkin Nyonya tidak mengetahui bahwa yang menelfon anda, jika Nyonya tahu yang menelfon anda, pasti Nyonya tidak akan berani mematikannya"
Steven tersenyum sinis saat sekertarisnya membela istrinya, dia melempar dokumen ke arah sekertarisnya itu
"Jangan bilang kau suka dengan isriku hah! "
Glek, sekertaris Nanda memundurkan langkahnya,"Tidak Tuan, maafkan saya, saya salah bicara"
"Maafkan saya" Sambungnya lagi sambil menundukan kepalanya ketakutan
Steven langsung mencari senjata kesayangannya yang dia simpan di dalam laci, lalu mengeluarkannya, membuat tubuh sekertaris Nanda gemetar ketakutan, perlahan Steven berjalan menghampiri sekertaris Nanda, dia memainkan pistolnya dengan jemari tangannya
"Tu-tuan, apa yang akan anda lakukan"
"Saya meminta maaf pada Tuan, tapi saya mohon jangan bunuh saya, saya masih ingin hidup"
Steven seakan tuli, dia mengarahkan pistolnya pada sekertaris Nanda membuat sekertaris Nanda memundurkan langkahnya membentur tembok
"Tu-tuan" Keringat dingin bercucuran membasahi wajah sekertaris Nanda, dia pernah menyaksikan kekejaman Tuan mudanya membunuh semua musuhnya
Bersambung😘