NOVEL INI MERUPAKAN SEKUEL
"MENJADI YANG KEDUA"
TAPI FLLL BISA JUGA DIBACA LANGSUNG KOK .
SEMOGA KALIAN SUKA 🙏🤗
OH YA BAGI SESAMA AUTHOR YANG INGIN PROMOSI NOVEL KALIAN, SILAHKAN DI NOVEL-NOVEL EMILY NGAK ADA LARANGAN 🤗 SENENG SEKALI RASANYA BISA SALING BANTU 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKU MENYUKAI MU
MAU UP LAGI? KIRIM FLLL VOTE LIKE KOMEN KOPI DAN BUNGA YA 🙏
"Salah lagi, Ahh membuatku kesal saja dari tadi hanya kesalahan saja yang aku lakukan".
Arianna menyandarkan punggungnya, mengenadahkan kepalanya sambil memejamkan kedua netra beningnya yang tampak lelah. Sudah terlihat lingkaran berwarna hitam di bawah matanya.
Perlahan Arianna membuka matanya, tangannya meraih gelas kopi. "Huhh...sudah habis lagi".
Arianna beranjak dari tempat duduknya, merenggangkan tubuhnya. Ia membuka brazer berwarna biru yang di pakainya sedari pagi, di sampirkannya di sandaran sofa. Bahkan mandi sore hari pun terlewatkan. Rambut panjangnya terlihat kusut dan berantakan.
"Mataku harus tetap terjaga malam ini. Aku harus bekerja lebih keras lagi. Pekerjaan ku harus selesai dan berhasil dengan baik", gumamnya.
"Kau cerdas Arianna, kau pasti bisa menyelesaikannya sendirian tanpa bantuan orang lain", batinnya.
"Kau selalu berhasil dalam segala hal seorang diri, kau tidak membutuhkan seorang pria mana pun. Cukup dirimu sendiri Arianna", ucap Arianna lagi sambil berkacak pinggang dan menatap ke meja kerjanya.
Arianna mengambil gelas kopi dan keluar dari ruangannya menuju pantry. Diluar suasana sepi dan hening tampak mencekam. Sebagian lampu-lampu ruangan sudah dipadamkan. Tersisa hanya beberapa ruangan saja yang masih terlihat terang. Dan masih terlihat cleaning servis membersihkan ruangan.
Ruangan kerja Arianna terdapat di lantai lima puluh menara Abraham groups yang terdiri dari tujuh puluh lantai. Artinya dua ratus meter lebih dari permukaan tanah.
Arianna kembali keruang kerjanya sambil membawa gelas baru yang berisi kopi pahit lagi. Sekarang ia menggelung rambutnya keatas dengan acak. Walaupun terlihat berantakan justru membuat penampilan gadis itu menjadi seksi.
Ceklek
"Oh my God...prangg".
Gelas yang berada dalam genggaman tangan Arianna terlepas. "Kenapa kau ada di ruangan ku, kau mengagetkan saja. Lihatlah akibatnya, kopi ku tumpahkan", ketus Arianna dengan nada keras karena kesal.
"Kenapa sudah malam begini kau masih bekerja, Arianna. Kau terlihat sangat kacau. Ada apa dengan mu, hem?", suara Axel langsung terdengar mencerca dengan beberapa pertanyaan.
"Bukan urusan mu, kau sebaiknya pulang. Aku harus menyelesaikan pekerjaan malam ini juga. Pulanglah!", ketus Arianna. Melangkahkan kakinya melewati sofa tempat duduk Axel yang beberapa saat yang lalu masuk kedalam ruang kerja Arianna.
Dan ia sangat terkejut menyaksikan kondisi ruang kerja Arianna yang sangat berantakan. Disekitar meja kerja penuh dengan remukan kertas. Sementara diatas meja.
berserakan lembaran kertas yang masih utuh.
Axel berdiri dan menarik tangan Arianna. "Ada apa denganmu. Apa ada yang mengganggu pikiran mu Arianna? Kau terlihat sangat kacau. Bahkan kau masih memakai pakaian kerja waktu kita meeting pagi tadi. Sekarang hampir pukul sebelas malam. Kau bisa sakit Arianna", ucap Axel menampakkan perhatiannya pada gadis itu.
"Sebaiknya kau pulang Axel, aku tidak mau kekasih mu salah paham kepada ku. Aku tidak membalas hujatan wanita itu tadi karena aku menghargai mu", ucap Arianna menghentakan tangannya. Namun cengkraman tangan Axel sangat kuat.
"Apa kau cemburu pada Kylie, hem?".
"Heh...tidak ada kamus cemburu dalam hidup ku. Kau tidak mengenalku sama sekali. Aku bukan gadis kecil yang suka menangis dan mengadu kepada orang tuanya lagi saat di ganggu orang Axel. Seperti ketika dulu kau sering melukai hatiku dengan membully ku. Sekarang aku Arianna yang lain. Arianna yang dulu tidak akan pernah kau temukan pada diri ku yang sekarang. Jadi aku minta kau pergi dari ruangan ku. Aku sedang bekerja!", Ketus Arianna sambil dengan kuat menarik tangannya agar terlepas dari tangan Axel.
Bukan melepaskan, tapi Axel menarik tengkuk gadis itu. Axel mencium dengan kasar bibir Arianna. Tindakannya itu membuat Arianna terkejut, dengan kuat ia mendorong dada bidang yang menghimpit tubuhnya. Arianna terus memberontak sekuat tenaga. Namun apalah arti tenaga gadis itu bagi Axel yang memiliki tubuh atletis dengan otot menonjol dengan sempurna di bagian tertentu tubuh itu.
Arianna berusaha menampar wajah Axel, namun lagi-lagi laki-laki itu sigap menangkap tangan kanan Arianna dan membawanya keatas kepala gadis itu.
Seakan kehabisan tenaga, Arianna terdiam saat tubuh Axel mendorong tubuhnya hingga membentur meja kerja.
Arianna merasakan sekujur tubuhnya memanas dan sesak. Ia sulit bernafas seakan persediaan oksigen diruangan itu menipis dan harus berebutan menghisapnya dengan Axel.
Axel memaksa Arianna agar membuka mulutnya yang terkunci rapat. Axel kesal. Dengan kasar Axel kembali mencium mulut Arianna. Arianna merasakan perih di bibirnya akibat tekanan kuat bibir Axel di atas miliknya.
"Aku menyerah, aku tidak kuat lagi", batin Arianna membuka mulutnya. Tindakannya itu tentu tidak disia-siakan Axel. Dari ciuman kasar berubah menjadi lu*matan yang sangat lembut. Begitu lembutnya hingga membuat tubuh Arianna bergetar dan mengeluarkan suara desisan.
Axel melepaskan cengkraman kuat tangannya pada pergelangan tangan Arianna. Lidah Axel menerobos masuk hingga menjelajahi rongga mulut Arianna, bergantian mengulum bibir atas dan bibir bawah Arianna.
Walaupun Arianna tidak membalasnya, namun ciuman Axel begitu mempengaruhi tubuh gadis itu. Ia tidak pernah dicium seintens ini oleh laki-laki mana pun. Axel lah yang pertama menyentuhnya seperti itu. Tubuh Arianna bergidik, ia merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya.
Sesaat kemudian, Axel melepaskan pangutan bibirnya pada bibir Arianna. "Aku sangat menyukai mu, Arianna. Kau begitu mempengaruhi pikiran ku", ucap Axel.
Sementara Arianna tidak bisa lagi menyembunyikan perasaannya dan kondisinya saat ini. Ia yakin pasti terlihat semakin kacau saja. Sesaat akal sehatnya kembali kepikiran normalnya, ia memalingkan wajahnya. "Pergilah Axel..!"
...***...
KARYA EMILY LAINNYA :
SERPIHAN HATI ELLENA
MENJADI YANG KEDUA
PENGANTIN PENGGANTI
AIR MATA SCARLETT