Novel Noda Merah Pernikahan adalah webseries Novel Pertama yang tayang di Genflix dengan judul "Cinta Albirru" yang dibintangi oleh Michelle Joan dan Kiki Farel.
Zeya gadis yatim piatu yang terpaksa karena keadaan membuat dirinya terjun ke dunia hitam menjadi seorang wanita penghibur.
Suatu hari tanpa di duga ia bertemu dengan seorang pria yang bernama Albirru anak seorang ustad.
Tak lama berkenalan Albirru mengajak Zeya menikah, Zeya yang memang ingin bebas dari dunia hitam menerima tawaran Albirru untuk menikah dengannya walaupun hanya secara siri.
Belum genap setahun pernikahan mereka, Zeya harus menerima kenyataan jika suami yang ia harap dapat membimbingnya menjadi wanita yang lebih baik ternyata telah menikah lagi dengan jodoh dari kedua orang tuanya.
Apakah yang akan Zeya lakukan. Apakah ia bisa menerima pernikahan suaminya.
Siapkan sapu tangan dan tisu. Novel ini akan banyak menguras air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Haikal Azril Ansa
Pagi pagi Azril mendatangi toko roti milik ibu Nur. Zeya yang sedang melayani tamu lain menjadi kaget melihat Azril.
"Selamat pagi, mbak," ucap Azril.
"Selamat Pagi. Kamu kok bisa sampai di sini."
"Aku juga mau tanyakan ini, kenapa mbak ada disini. Apakah mak berasal dari kota ini juga."
"Itu privasi. Ada yang bisa saya bantu."
"Saya ingin bertemu ibu Nur. Kami ada janji .... "
"Ibu Nur biasanya datang satu jam lagi. Sekitar pukul sepuluh."
"Nggak masalah, aku bisa menunggu."
"Silakan duduk dulu, mas. Aku masuk sebentar."
Zeya masuk ke dapur melihat roti yang sedang di panggang dan membuatkan Azril segelas teh hangat.
"Silakan di minum mas."
"Kamu bekerja di sini." Azril berpura-pura nggak tahu.
"Iya, mas."
"Apakah suami kamu mengizinkan kamu bekerja ke luar kota begini."
"Maaf mas, itu privasi."
"Maaf, aku bukannya ingin ikut campur. Cuma heran saja, kenapa seorang suami bisa membiarkan istrinya kerja di luar kota jauh darinya."
"Mas, aku sedang membuat roti ... jadi maaf jika aku tak bisa menemani mas mengobrol."
"Silakan .... "
Zeya masuk ke dapur, ia langsung menuju kamar mandi. Ia memuntahkan semua isi perutnya. Ia telah menahannya dari tadi."
Azril yang mengikuti langkah Zeya mendengar suara muntahan wanita itu menjadi sangat kuatir.
Dua karyawan lain yang membantu Zeya bertanya, ada perlu apa Azril masuk ke dapur. Tapi Azril tak menghiraukan, ia melangkah cepat menuju kamar mandi dan melihat Zeya muntah.
Zeya memang tak sempat menutup pintu karena sudah tak tahan ingin muntah. Azril mendorong pintu agar terbuka lebar dan memegang pundak Zeya.
Zeya kaget dan melihat siapa yang memegang pundaknya. Melihat Azril, ia langsung menjauh.
"Kamu mau apa."
"Kamu sakit?" ucap Azril balik bertanya.
"Sebaiknya kamu keluar, tak baik seorang wanita dan pria yang bukan mahromnya ada di dalam satu kamar mandi. Itu akan mendatangkan fitnah."
"Tapi kamu sakit, aku antar ke rumah sakit."
"Terima kasih, tapi aku tak apa-apa."
"Bagaimana bisa kamu mengatakan tak apa-apa. Kamu muntah-muntah begini."
"Aku saat ini sedang hamil muda, tadi malam aku telah periksa. Bidan mengatakan ini biasa."
"Kamu hamil .... " ujar Azril kaget.
"Iya, kenapa kaget?"
"Nggak ada, aku kaget karena setahu aku wanita hamil muda itu harus banyak istirahat dan berdiam diri."
"Udahlah, sebaiknya kamu menunggu ibu Nur di luar saja. Kamu lihat, karyawan yang lain memperhatikan kita."
Azril keluar dari dapur dan kembali duduk ditempatnya tadi, ia tampak termenung.
Ternyata Zeya lagi hamil. Apakah suaminya mengetahui tentang kehamilannya ini. Kenapa Zeya kabur di saat ia berbadan dua.
"Selamat siang pak Azril," ucap bu Nur, membuat Azril tersadar dari lamunannya.
"Selamat pagi bu Nur."
"Maaf, karena bapak harus menunggu."
"Nggak apa bu. Saya yang kecepatan datangnya."
Ibu Nur duduk dihadapan Azril. Mereka mengobrol tentang kerjasama yang akan mereka lakukan.
Zeya yang melihat bu Nur, membuatkan segelas teh buatnya. Setelah itu ia membawanya kehadapan bu Nur.
"Zeya duduklah, kenalkan ini bapak Azril. Bapak Azril ingin bekerjasama untuk mengembangkan toko roti milik ibu."
Azril, Zeya dan ibu Nur mengobrol bagaimana langkah selanjutnya yang akan mereka lakukan.
Akhirnya mereka sepakat akan mengontrak sebuah gedung yang berada dekat kota di tengah keramaian dan merekrut karyawan lagi.
Azril senang, dengan begitu ia bisa lebih dekat dengan Zeya. Di mana kebetulan usahanya juga ada di kota yang sama.
Besok ia dan Azril akan mencari tempat yang cocok untuk membuka usaha.
..............
Di tempat lain, Zahra telah kembali ke rumah lagi setelah tiga hari di rawat. Ia diminta untuk beristirahat, karena kandungannya sangat lemah.
"Mas, apa mas tak kerja," tanya Zahra saat Albirru menyuapi dirinya.
"Aku tak tega tinggalin kamu sendiri,"
"Ada bibi yang menemani."
"Bibi tak mungkin di samping kamu terus."
"Aku tak apa ditinggalin. Nanti jika aku butuh bantuan bisa minta tolong bibi. Lagi pula mas harus kembali ke rumah mbak Zeya. Mas udah terlalu lama bersamaku."
"Aku sudah hubungi ponselnya, tapi sudah empat ponselnya tak hidup."
"Kenapa mas tak melihat ke rumah."
"Nanti siang mas pulang, sekalian minta tolong Zeya untuk menjagamu besok ketika mas kerja."
"Nggak perlu, mas. Tak enak aku sama mbak Zeya, selalu saja merepotkan dirinya."
"Mas rasa Zeya tak akan keberatan"
Setelah menyuapi Zahra, Albirru mandi dan pamit ingin kembali ke rumah Zeya.
Sampai di rumah ia melihat rumahnya sepi. Albirru mencari dan memanggil Zeya tapi tak dapat ia temui.
Albirru membuka tudung saji dan melihat lauk yang empat hari lalu dimasak Zeya. Udah tampak berjemur dan bau.
Kemana Zeya. Jika lauk sampai berjamur begini, berarti ia telah pergi lama. Dan tampaknya ini lauk yang aku makan empat hari lalu saat Zahra terjatuh.
Albirru menghubungi tante Angel dan bertanya tentang Zeya. Tante Angel kaget dan mengatakan jika Zeya tak pernah ketempatnya lagi setelah waktu itu.
Albirru tak tau harus mencari apa. Ia teringat Zeya pernah mengatakan jika ia mengaji pada seorang Ustadzah, tapi bodohnya Albirru tak pernah bertanya dimana rumah Ustadzah itu.
Albirru pernah meminta Zeya mengaji dengan salah seorang Ustadzah kenalannya. Nggak tau karena alasan apa, Zeya berhenti dan mencari Ustadzah sendiri.
Ia masuk ke kamar dan pandangannya yang tertuju ke atas tempat tidur kaget melihat tas koper sudah tidak ada.
Albirru membuka lemari pakaian, tampak sebagian pakaian Zeya sudah tak ada. Yang tersisa hanya pakaiannya yang terbuka.
Zeya ... kamu kemana. Kenapa kamu tak mengabari aku tentang kepergianmu. Katakan dimana salahku, Zeya. Apakah kamu benar-benar ingin meninggalkan aku. Tak boleh, kamu tak boleh meninggalkan aku.
Albirru mengambil kunci mobilnya. Setelah mengunci rumahnya, ia melarikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Albirru masuk ke kompleks hiburan itu dengan langkah tergesa. Beberapa wanita menggoda dirinya, Albirru tak peduli.
Sampai dihadapan rumah yang di huni tante Angel. Albirru langsung menemuinya.
"Udah aku katakan jika Zeya tidak berada di sini. Emangnya kenapa. Kalian bertengkar lagi."
"Kami tidak pernah bertengkar."
"Tidak pernah bertengkar, tapi Zeya sering kabur. Cobalah kamu pikirkan. Pasti ada yang terjadi, yang membuat Zeya kecewa. Ia wanita yang sabar, jika belum melebihi batas pasti ia akan menahannya. Aku rasa kali ini kamu telah melakukan kesalahan fatal. Karena ia kabur dengan membawa pakaiannya."
Albirru meninggalkan kompleks itu dan kembali ke rumah kontrakan itu lagi.
Zeya, aku harap kamu hanya pergi untuk sementara. Hanya untuk menghilangkan kebosanan kamu. Apakah kamu marah karena aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Zahra? Tapi selama ini aku lihat kamu bisa menerimanya. Zeya, pulanglah. Katakan apa salahku, biar aku bisa memperbaikinya.
Bersambung
********************
Terima kasih