Revisi PUEBI
Diminta oleh orang tuanya untuk menyelesaikan persoalan hutang keluarga serta harus mengganti rugi dari kerusakan mobil yang Aruna tabrak.
Manakah takdir yang dipilih untuk menyelesaikan persoalannya. Menjadi istri muda Broto sebagai pelunasan hutang atau menjalani One Night Stand dengan Ben agar urusan ganti rugi mobil selesai. Juga cinta Alan pada Aruna yang terhalang status sosial.
Manakah pilihan yang diambil Aruna ? Dengan siapakah Aruna akan menjalani hidup bahagia penuh cinta. Ben atau Alan ? Ikuti terus kisah Aruna
Cerita ini hanya kehaluan author untuk hiburan para pembaca. Silahkan ambil pesan yang baik dan tinggalkan yang buruk.
ig : dtyas_dtyas
fb : dtyas auliah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Adalah Aruna
Jam dinding menunjukan sudah lewat 15 menit dari berakhirnya jam kerja. Una masih merapihkan mejanya dan mematikan komputer.
"Na, pulang naik apa ?" Tanya Lila
"Aku bawa motor, kamu ?"
"Dijemput sama calon suami," jawab Lila sambil senyum.
"Oh, so sweet bener deh. Bareng ke bawah atau aku duluan nih,"
"Bareng yuk, Abil sama yang lain udah keluar dari tadi."
"Ok."
Una menghampiri motornya mengambil helm untuk dipakai
"Na, bawa motor juga?" Tanya Abil sambil merokok dia duduk pada salah satu motor sport yang mungkin miliknya.
"Iya, belum punya yang roda empat," jawab Una sambil memakai helm
"Warnanya gak salah Na," komentar Abil menanggapi warna motor Una yang berwarna pink.
"Salah satu bukti bahwa aku bener-bener cewek, duluan ya," sahut Una yang dibalas Abil dengan lambaian tangan.
***
Drt drt drt
Ponsel Ben terus bergetar dan berdering, sedangkan pemiliknya masih terlelap dengan selimut hanya menutup sampai pinggangnya. Tanpa menggunakan atasan terlihat dada kekar dan berbidang.
"Ish, Ben. Ponselmu," Ucap seorang wanita tanpa membuka matanya yang berbaring disebelah Ben dalam ranjang dan selimut yang sama dengan Ben.
"Arghhh, halo. Astaga Gery."
"Ckk, cepat kemari. Kita ada pertemuan 30 menit lagi"
"Okey."
"Ben, serius jangan sampai telat"
Ben mengakhiri panggilan telponnya beranjak bangun, mencari pakaiannya yang semalam entah ia lempar kemana.
"Hey, kenapa bangun. Kita baru tidur beberapa jam Ben."
"Pulanglah Clara!" Ucap Ben lalu masuk ke kamar mandi.
Clara bangun dan telah mengenakan pakaiannya, saat Ben keluar dari walk in closet dengan mengenakan suit kerjanya.
"Ben, apa kita akan begini terus?"
"Maksudmu?" Tanya Ben, sambil mengenakan dasi.
"Tidak bisakah kita menjalin hubungan yang serius Ben. We not young anymore Ben."
"Clara dari awal aku sudah menekankan, we just friend," ujar Ben
"With benefit Ben."
"Itu kesepakatan kita berdua, bukan hanya aku disini yang membutuhkan kepuasan."
Clara, wanita yang semenjak Ben menetap di Singapur selalu menemaninya. Putri dari salah satu kerabat ayah Ben. Dengan postur tubuh yang cukup tinggi, wajah yang sangat cantik, rambut panjang dengan warna coklat. Sekilas orang akan menduga bahwa Clara adalah seorang model.
Empat tahun lalu saat Ben meninggalkan Indonesia ketika sang ayah jatuh sakit hingga akhirnya meninggal, Ben memutuskan untuk meneruskan perusahaan ayahnya bersama Gery.
"Kita bisa coba dulu Ben, memangnya kamu enggak ingin menikah, memiliki keluarga, hidup dengan penuh cinta," tutur Clara.
"Tidak ada cinta dalam kamus hidupku. Clara sejak awal aku sudah sampaikan tidak akan menjanjikan apapun padamu, kita tetap seperti ini atau kau boleh pergi," ungkap Ben.
Merasa pernyataan Ben sangat merendahkannya, mata Clara mengembun. Dipastikan sesaat lagi dia akan menangis, mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan apartement Ben.
Ben mengendarai mobilnya menuju perusahaan, memikirkan apa yang Clara sampaikan.
'Cinta, bagiku cinta adalah Aruna. Ya, Aruna. Entah dimana dia sekarang, dia tidak menghubungiku artinya dia tidak menerima ku. Untuk apa aku hidup dengan cinta yang seperti itu, Perset*an dengan cinta' batin Ben.
Ben dan Gery telah mengakhiri pertemuan bisnisnya, masih bersandar pada sofa ruangannya.
"Kejam bener sama perempuan," ucap Gery setelah mendengar cerita Ben mengenai perselisihan dengan Clara yang hampir membuatnya terlambat.
"Aku sudah minta dia jangan gunakan perasaan, kalau sudah begini ya itu salahnya."
"Ingat dong, dia sudah mendampingimu sejak kapan, masa iya sedikit pun enggak ada rasa sama dia."
"Nope," jawab Ben singkat.
"Tapi mendesah buat Clara mah bisa ya," sahut Gery.
"Ck, bukan hanya aku yang diuntungkan di sini."
"Ben, sebagian perempuan melakukannya dengan perasaan bukan naf_su, mungkin Clara termasuk di dalamnya."
Dengan perasaan, apakah Aruna saat itu melakukannya dengan perasaan.
Arghhhh, Ben menyugar rambutnya.
Perjodohan Arini
Suami absurd
Suami rupa madu mulut racun