Kisah ini menceritakan tentang dua insan manusia yang terpaksa menikah hanya untuk membahagiakan orang tua masing-masing.
Aluna Alexander seorang mahasiswi keperawatan terpaksa menikah dengan seorang pria asing putra dari sahabat Alexander.
Bryan Smith seorang CEO dingin, memiliki sifat cuek dan anti wanita. Baginya wanita yang patut dicintai di dunia ini hanya Eliza cinta pertama Bryan.
Akankah cinta mereka bersemi atau malah layu disaat cinta itu belum tumbuh?
Penasaran? Yuk baca trus ceritanya. 🤗
Jangan lupa masukan dalam list favorit agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memilih Seragam Batik
Minggu pagi di kota Jakarta seperti biasa indah. Langit masih berkabut karena matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Udara dingin terasa menusuk kulit menembus tulang. Nampak sebutir embun menggumpal di lengkung dedaunan jatuh ke tanah dan menjadi satu dengan bumi. Kicau burung terdengar seperti sedang bernyanyi. Sungguh indah ciptaan Sang Maha Kuasa.
Sedikit demi sedikit matahari naik memancarkan sinar dan kehangatnya kepada semua manusia. Secercah sinar mentari masuk menerobos tanpa izin melalui celah gorden berwarna biru milik Bryan. Pria itu masih terlelap dikasur empuk berukuran king size, dilapisi sprei berwarna biru bermotif putih warna kesukaannya.
Dia masih sibuk dengan selimut dan bergelut dengan mimpi indah. Sementara diluar sana semua orang sedang disibukan dengan aktifitas masing-masing seperti berbelanja, berolah raga dan sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
"Shera, kakak mu belum bangun?"
"Sepertinya belum mom. Aku perhatikan semenjak bertemu dengan Kak Aluna, Kak Bryan jadi sering bangun siang. Bukan hanya pas akhir pekan tapi hari kerjapun begitu."
"Ya bagus dong sayang, itu artinya Kak Aluna memberikan perubahan kepada kakak mu."
"Nyonya, makanannya sudah siap. Apakah mau dihidangkan sekarang?" Tanya Mbak Ijah.
"Boleh mbak, tolong hidangkan dimeja. Saya akan memanggil Mas Reymond dulu."
"Baik nyonya."
"Shera, mommy minta tolong bangunkan kakak mu. Minta dia segera turun ke meja makan untuk sarapan."
"Baik mom." Shera langsung berjalan menaiki satu per satu anak tangga dan dari jarak yang tidak terlalu jauh nampak pintu kamar Bryan. Segera Shera mengetuk pintu.
tok tok tok
"Kak Ry, bangun. Ditunggu mommy dan daddy sarapan tuh."
Karena tidak mendapat respon, Shera mengulanginya kembali.
"Kak Ry, bangun!"
Bryan yang masih belum sadarkan diri hanya membalas seenaknya.
"Hum."
"Ya sudah, aku tunggu dibawah." Ucap Shera sambil turun kembali."
"Sudah bangun?"
"Tadi sih sudah menjawab, tapi tidak tahu apakah tidur lagi atau tidak. Aku capek terlalu lama berdiri mom, biarkan saja Kak Bryan kelaparan. Salah sendiri dia selalu bangun siang."
"Ada apa pagi-pagi sudah ribut?" Tanya Reymond ketika memasuki ruang makan.
"Itu loh dad, Kak Bryan akhir-akhir ini selalu bangun siang. Aku perhatikan semenjak bertemu Kak Aluna jadi berubah. Bangun tidur rambutnya selalu basah dan wajahnya nampak lebih cerah. Terlihat sekali perbedaannya antara sebelum dan sesudah bertemu Kak Aluna." Ucap Shera polos.
Shera tidak tahu akibat dari kepolosannya, membangkitkan rasa keingintahuan Reymond dan Ayunda. Mereka saling melirik dan ibarat berkomunikasi lewat telepati keduanya tersenyum dan membuat Shera yang melihat menjadi heran.
"Mommy dan daddy kenapa tersenyum. Apakah aku salah berbicara?"
"Tidak sayang, sudah kamu lanjutkan saja makan. Biarkan kakak mu makan belakangan."
Reymond selaku kepala keluarga memimpin doa pagi sebelum makan sebagai tanda syukur karena Tuhan masih memberikan kelapangan rezeki sehingga mereka bisa makan enak.
Sementara Bryan masih bermalas-malasan diatas ranjang, dia berguling kekanan-kekiri dan memeluk erat guling yang ada tepat disampingnya.
gedebug
Rupanya dia terjatuh dari ranjang akibat terlalu menikmati mimpi.
"Ah sialan. Rasanya sakit sekali. Dan ini kenapa aku memimpikan gadis aneh itu lagi!" Bryan segera bangkit, meletakan guling diatas kasur dan berjalan menuju kamar mandi.
"Kenapa akhir-akhir ini aku selalu memimpikannya? Dan kenapa setiap pagi aku harus membasahi rambutku? Sial, baru bertemu sekali saja sudah membuat aku berkali-kali mimpi---" Bryan tidak melanjutkan ucapannya.
"Lebih baik aku mandi dan segera turun untuk sarapan. Bukan kah siang ini aku harus menemani mommy mencari seragam batik untuk acara pertunangan." Gumam Bryan.
Dia segera menyalakan keran shower dan segera mengguyur tubuh.
"Pagi mom, dad." Sapa Bryan ketika dia melihat kedua orang tuanya sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton berita dan menikmati teh hangat buatan Mbak Ijah.
"Pagi Ry. Tumben kamu bangun siang lagi. Apakah mimpimu sangat indah sampai-sampai kamu kesiangan?" Goda Ayunda.
"Biasa saja mom mungkin karena pekerjaan yang menumpuk jadi aku selalu bangun siang." Ucap Bryan sambil berlalu menuju ruang makan.
...****************...
Tepat pukul satu siang, Reymond beserta keluarga pergi ke mall untuk mencari seragam batik.
Tiga puluh menit berlalu dan kini mereka sudah sampai ditujuan. Bryan memarkirkan mobil di basement. Reymond beserta keluarga turun dan langsung menuju pintu utama mall sementara Bryan menyusul dari belakang.
"Mommy dan daddy masuk duluan saja, nanti aku menyusul. Aku mau ke toilet sebentar." Ucap Bryan sambil melepas seat belt yang melingkar di pinggangnya.
"Baik, tapi kalau sudah selesai segera susul kami. Kamu masih ingat kan butik teman mommy?"
"Masih."
Di butik
"Hei Ayunda, apa kabar?" Tanya teman Ayunda.
"Alhamdulillah sehat. Kamu sendiri gimana kabarnya Merry?"
Merry adalah teman Ayunda sekaligus pemilik butik langganan Ayunda.
"Ada yang sedang kamu cari? Tumben sekeluarga mampir sini."
"Iya nih, aku sedang mencari seragam batik untuk keluargaku. Apakah ada model terbaru? Aku butuh dua untuk pria dan dua untuk aku dan putriku Shera."
"Kebetulan sekali, baru kemarin aku merancang seragam batik ini." Tunjuk Merry ke arah mannequin yang ada di sudut butik.
"Wah, indah sekali." Puji Ayunda sambil menyentuh batik tersebut.
Disaat Ayunda sedang memeriksa seragam batik, tiba-tiba seorang gadis tidak sengaja menabraknya.
"Aduh maaf nyonya, saya tidak sengaja." Ucap gadis itu yang tak lain adalah Aluna.
"Tidak apa-apa, ini juga salah saya. Saking asik memperhatikan dress batik ini, saya malah menghalangi jalan." Ucap Ayunda lembut.
Aluna hendak berjalan melihat-lihat batik yang ada dibutik itu tapi langkahnya dihentikan.
"Tunggu, sepertinya wajahmu tidak asing bagi saya. Apa kita pernah bertemu?" Tanya Ayunda sambil melihat Aluna dari atas kepala sampai ujung kaki.
Aluna yang merasa tidak pernah bertemu dengan Ayunda langsung merespon.
"Tidak nyonya, mungkin anda salah orang."
Reymond yang sedari tadi sibuk memainkan ponsel segera menghampiri Ayunda.
"Ada apa mom?" Tanya Reymond sambil melirik ke arah Aluna.
"Loh, kamu kan Aluna putrinya Alexander?" Tanya Reymond untuk memastikan.
"Oh Om Reymond ya! Benar om, saya Aluna. Wah kebetulan sekali bertemu disini." Ucap Aluna kikuk. Dia tidak menyangka akan bertemu keluarga Smith disini.
Ayunda yang sangat senang bisa bertemu Aluna secara refleks memeluknya dengan erat. Aluna yang mendapat pelukan hangat segera membalas. Sudah lama dia tidak merasakan pelukan hangat dari seorang ibu terakhir kali ketika dia berumur lima tahun.
"Aluna, tante senang bertemu lagi dengan kamu sayang. Apa kabar?" Ayunda melepaskan pelukan kemudian mengelus wajah Aluna.
"Alhamdulillah sehat tante. Tante dan keluarga bagaimana kabarnya? Maaf, Aluna tidak mengenali tante."
Sesungguhnya mereka (novelis dan reader) yang memuja2 pebinor adalah manusia (novelis dan reader) dengan kesetiaan sangat rendah,
Coba tanya kan pada diri kalian, juga ada wanita lain yang suka pasa suami kalian dan berusaha sok baik didepan suami kalian dan berusaha dekat dengan suami kalian dan yang paling penting bawa suami kalian pergi jauh, apakah kalian akan bilang wanita itu adalah wanita baik2 dan punya cinta tulus bukan pelakor,
Coba tolong jangan munafik dalam menilai.
Karena sesungguhnya pelakor dan pebinor sama2 menjijikan
ujung2 nya balik ke Bryan