Ragil yang sedang menyamar menjadi seorang duda dan laki-laki yang buta harus dipertemukan dengan seorang gadis yang menyebalkan baginya dan hampir saja membuat gagal rencananya.
"Sekali lagi kamu mengganggu saya. Saya akan m3m6unuhmu!" Ragil.
"Ayo kita menikah, Om duda!" Adele.
Ragil merasa geram karena Adele seperti tidak takut dengan dirinya.
Apakah Ragil akan berhasil dengan semua rencananya atau justru berakhir takhluk dengan gadis lugu seperti Adele yang sifatnya seperti anak kecil.
Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria_azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMBERI BALASAN
Tangis Gania pecah karena putri yang sangat dia sayangi sudah meninggal dunia. Dan sarapan pagi tadi adalah momen terakhir berbicara plus bertemu dengannya sebelum akhirnya Ines pergi untuk selama-lamanya.
Sekitar empat jam dilakukan autopsi di rumah sakit terdekat dengan tempat terjadinya kecelakaan, akhirnya jenazah Ines sudah bisa dibawa pulang ke rumah duka.
Sebagai seorang kakak, Ridwan sangat sedih sekali kehilangan adik perempuan satu-satunya. Padahal tanpa Ridwan ketahui jika dia masih punya adik perempuan lagi cuma beda mama yaitu Clara yang sudah berusia dua puluh tiga tahun.
Itu artinya selama puluhan tahun Dika sudah berselingkuh dengan Rona dari Gania. Tapi Rona tahu jika Dika sudah punya istri dan juga anak.
Sejak tadi Ridwan selalu berada di rumah sakit untuk mengawal kasus sang adik. Dan ketika sudah selesai diautopsi Ridwan ikut berada di dalam ambulance yang membawa tubuh sang adik untuk pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah kedatangan jenazah Ines disambut duka mendalam oleh Gania selaku mama kandungnya.
Dika sendiri juga merasa bersedih tapi dia masih bisa terlihat tenang tidak seperti Gania yang histeris dan meratapi kepergian sang putri.
Sedang berduka seperti sekarang tiba-tiba ponsel Dika berdering, setelah dilihat ternyata dari Rona.
Dika sedikit menjauh dari semua orang untuk mengangkat teleponnya. "Halo."
"Pa. Kapan Papa mau pulang ke sini. Mama kangen dan uang bulanan Mama sudah habis," ucap Rona.
"Tidak bisa sekarang atau akhir-akhir ini."
"Untuk uang bulanan bisa Papa transfer lagi nanti," jawab Dika.
"Kenapa sih Papa selalu lebih mementingkan Gania dan anak-anaknya dari pada Mama dan Clara!"
"Papa yang adil dong!" marah Rona.
"Rona!"
"Ines meninggal hari ini karena kecelakaan! Bisa-bisanya kamu bicara seperti itu!" marah Dika.
"Baguslah biar mereka semua mati dan Papa bisa fokus dengan Mama sama Clara saja," ujar Rona.
"Kamu keterlaluan Rona!"
"Bagaimana pun juga Ines itu putri kandung Papa. Dia kakak perempuannya Clara!"
"Papa tidak akan mentransfer uang kepada Mama. Biar Mama kelaparan saja!" ujar Dika lalu dia mematikan sambungan teleponnya.
"Pa!"
"Halo, Papa!" teriak Rona karena teleponnya terputus.
"Argh, kurang ajar!" geram Rona.
"Sudah mati saja menyusahkan orang lain!" ucapnya.
Dika yang sudah menyelesaikan menerima telepon dari Rona lalu ikut bergabung lagi bersama yang lainnya tanpa mengetahui jika Ragil bersama Arfan mendengar semuanya.
Yaps. Ragil dan Arfan sudah berada di kota tempat tinggalnya lagi setelah tadi mendengar kabar jika Ines meninggal.
Ragil memakai pakaian serba hitam dan kaca mata hitam untuk berbela sungkawa atas meninggalnya adik sepupunya.
Semua orang yang merasa ditinggalkan Ines menangis tersedu-sedu untuknya. Sedangkan Ragil memilih diam duduk di kursi yang sudah disediakan sambil ditemani oleh Arfan.
"Dulu waku aku menangisi mama dan ayah, kalian semua sedikit pun tidak bersimpati atau berempati kepadaku."
"Kalian tutup mata padahal kalian semua masih termasuk keluargaku."
"Tidak ada yang menghiburku. Kalian semua sibuk sendiri-sendiri. Dan setelah satu hari kedua orang tuaku dimakamkan, Dika merencanakan rencana untuk merubah warisan yang ayah dan mama tinggalkan untukku." Batin Ragil sambil memperhatikan semua orang dari balik kaca mata hitamnya.
"Sekarang kalian sudah saatnya menerima balasan dariku seperti apa yang sudah kalian berikan kepadaku enam tahun yang lalu." Geramnya.
Setelah semua serangkaian acara prosesi pemakaman akhirnya jenazah Ines dibawa ke makam terdekat dari rumah.
Dika yang melihat Ragil ada di situ bersama Arfan memilih diam dan menatapnya saja.
Ragil pura-pura tidak tahu, sedangkan Arfan mengangguk formal kepadanya untuk menyapa.
Arfan membantu Ragil berjalan kearah mobil untuk ikut menuju ke makam. Dan sesampainya di makam, Ragil berjalan dengan tongkatnya sambil terus dibantu oleh Arfan.
Selesai pemakaman Ines, Dika mendekati salah satu anak buahnya. "Kenapa Ragil ada di sini. Siapa yang sudah memberitahunya?" tanyanya.
"Mungkin anak buahnya, Tuan," jawab sang anak buah.
"Kalian awasi dia jangan sampai dia berbuat ulah kepada keluargaku," perintah Dika.
"Baik, Tuan," jawab sang anak buah lalu Dika beranjak pergi bersama keluarganya meninggalkan makam.
Setelah Dika pergi, Arfan diam-diam mendekati anak buah tadi. "Apa yang tadi sudah dia katakan kepadamu?" tanya Arfan.
"Tuan Dika menyuruh kami untuk mengawasi Tuan Ragil dan Anda, Tuan," jawab sang anak buah.
"Kalau begitu lakukanlah dan ikuti petunjuk dari saya saja jika ingin melapor," kata Arfan.
"Baik, Tuan," jawabnya.
Setelahnya Arfan beranjak pergi bersama Ragil dan berlalu menuju ke rumah mewah milik Ragil.
Sesampainya di rumahnya sendiri, rumah masa kecilnya bersama kedua orang tuanya, Ragil langsung menghela nafasnya.
"Ah, aku berasa tenang berada di sini. Dari pada di rumah sana berasa seperti dihantui Adele," gumam Ragil.
"Kenapa Tuan Ragil tidak menyuruh salah satu anak buah untuk memata-matai Adele apakah dia asli bodoh atau cuma pura-pura saja," saran Arfan.
"Boleh juga idemu, Arfan."
"Tapi nanti saja kalau kita sudah pulang ke sana."
"Sekarang saya ingin menikmati waktu ketenangan saya dulu," ucap Ragil.
"Oh ya, jangan lupa lakukan rencana selanjutnya," perintah Ragil.
"Karena berhubung Gania, Ridwan dan Dika sedang berduka, kita teror saja mereka. Lebih tepatnya teror Gania supaya dia stres lalu bunuh diri menyusul Ines," rencana Ragil.
Arfan menganggukkan kepalanya. "Siap, Tuan."
"Untuk Rona. Buat dia cacat, bagaimana pun caranya!" tegas Ragil.
"Saya mengerti, Tuan," jawab Arfan. Dan Arfan sangat bisa diandalkan.
"Pergilah. Dan pulanglah bawa kabar bagus untuk saya."
"Saya mau istirahat dulu," Ragil langsung berlalu masuk ke dalam kamarnya.
Sedangkan Arfan langsung pergi entah ke mana namun yang pasti dirinya mengkoordinir semua anak buah yang dia kerjakan untuk melancarkan rencananya Ragil.
Kali ini sasaran mereka adalah Rona.
Diketahui Rona sedang pergi berkunjung ke rumah super mewah yang ingin dibelinya menggunakan uang milik Dika.
Rona sangat senang sekali dengan rumah tersebut. Apalagi sang perantara atau sales marketingnya mengajaknya berkeliling.
Rona terus memperhatikan dan mendengarkan sang sales yang sedang menjelaskan semua desain rumah mewahnya.
Di saat sedang bersamanya, sang sales tiba-tiba mendapat laporan dari salah satu temannya jika sedang ada telepon penting masuk untuknya.
"Silahkan lihat-lihat sendiri dulu tidak apa-apa 'kan, Nyonya. Saya mau angkat telepon sebentar saja," ucap sang sales.
Rona mengangguk sambil tersenyum kepadanya. Setelahnya sang sales pergi meninggalkannya sendirian.
Rona diam memperhatikan seluruh ruangan. Dia melewati lorong hingga akhirnya naik ke lantai atas melewati tangga megah yang menjulang tinggi begitu mewah.
Hanya saja di saat Rona baru sampai di lantai atas, dirinya dikejutkan oleh penampakan yang begitu menyeramkan dan hanya sekilas saja dia lihat.
Karena terkejut melihat hal itu tanpa sadar membuat Rona mundur ke belakang dan akhirnya jatuh dari tangga atas sampai tangga bawah.
Rona berguling-guling di tangga yang panjang itu dan sampai lantai dasar dia langsung pingsan dengan hidung dan telinga yang mengeluarkan darah segar.
Di seberang sana Arfan yang mendapatkan laporan dari salah satu anak buah yang ditugaskan untuk mengawasi Rona langsung tersenyum senang.
"Pasti tuan Ragil akan senang mendengar hal ini." Gumamnya.
Bersambung ....
😁🤭🤭
ngk salah kamu dika
kurang sadis dek🤣🤣