NovelToon NovelToon
Obsesi Tuan Adrian

Obsesi Tuan Adrian

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Diam-Diam Cinta / Mafia / Cintapertama / Balas Dendam
Popularitas:720
Nilai: 5
Nama Author: Azona W

Di tengah gemerlap kota yang tak pernah tidur, hidup mereka terikat oleh waktu yang tak adil. Pertemuan itu seharusnya hanya sekilas, satu detik yang seharusnya tak berarti. Namun, dalam sekejap, segalanya berubah. Hati mereka saling menemukan, justru di saat dunia menuntut untuk berpisah.

Ia adalah lelaki yang terjebak dalam masa lalu yang menghantuinya, sedangkan ia adalah perempuan yang berusaha meraih masa depan yang terus menjauh. Dua jiwa yang berbeda arah, dipertemukan oleh takdir yang kejam, menuntut cinta di saat yang paling mustahil.

Malam-malam mereka menjadi saksi, setiap tatapan, setiap senyuman, adalah rahasia yang tak boleh terbongkar. Waktu berjalan terlalu cepat, dan setiap detik bersama terasa seperti harta yang dicuri dari dunia. Semakin dekat mereka, semakin besar jarak yang harus dihadapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azona W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Selalu Adrian

Pagi itu, sinar matahari Verona menembus tirai tipis kamar Elena. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia bangun dengan sedikit rasa lega. Ada pekerjaan menunggunya. Ada sesuatu yang bisa ia lakukan, bukan hanya menatap tagihan atau mendengar detak jam tua yang menakutkan.

Ia mengenakan seragam abu-abu, merapikan rambut, lalu mencium kening ayahnya yang masih tidur. “Aku akan bekerja keras, Papa. Demi kita berdua.”

Dengan langkah ringan, ia berangkat ke kantor perusahaan jasa kebersihan. Gedung itu sederhana, tetapi baginya, tempat itu terasa seperti sebuah kesempatan baru.

Hari-harinya diisi dengan jadwal ketat. Pagi membersihkan kantor-kantor kecil, siang membantu menata ruang rapat, sore kadang dikirim ke apartemen atau rumah klien.

Lelah, tentu saja. Tangannya sering perih, punggungnya pegal, tapi rasa lelah itu terasa jujur. Rasa lelah yang menumbuhkan secercah harapan. Berbeda dari putus asa yang menghantamnya selama berminggu-minggu terakhir.

Sophia sering menelpon, memastikan sahabatnya baik-baik saja. “Aku bangga padamu, El. Kau sudah bertahan sejauh ini.”

Elena tersenyum setiap kali mendengar suaranya. “Aku hanya… takut ini semua tidak akan bertahan lama. Tapi setidaknya untuk sekarang, aku merasa sedikit lebih bebas.”

Namun kata “bebas” itu hanya sementara.

....

Hari itu, Elena dipanggil ke ruang kantor manajer. Ruangan itu rapi, dindingnya dipenuhi rak buku, aroma kopi masih samar di udara. Di balik meja, duduk seorang pria dengan jas mahal yang tampak terlalu mewah untuk sekadar pemilik perusahaan jasa kebersihan.

Damian Cross.

Elena pernah mendengar namanya dari bisik-bisik para pegawai. Seorang pengusaha muda yang penuh misteri. Tampangnya menawan, senyumannya ramah, tapi ada sesuatu di balik matanya yang terasa… berbahaya.

“Ah, jadi ini pegawai baru yang semua orang bicarakan,” ucap Damian sambil menatap Elena dari ujung kepala hingga kaki. “Elena Marcellis, bukan?”

Elena menegang, nama keluarganya membuat bahunya kaku. “Ya, Pak.”

Damian tersenyum tipis. “Jangan tegang. Aku hanya ingin mengenal orang-orang yang bekerja di bawahku. Dan kau tampaknya cukup… menarik.”

Elena menunduk, berusaha menjaga profesionalitas. “Terima kasih atas kesempatan yang Anda berikan. Saya akan bekerja sebaik mungkin.”

“Bagus.” Damian bersandar di kursinya, menatapnya dengan mata yang penuh arti. “Aku suka orang yang tahu caranya bertahan hidup. Dunia ini keras, Elena. Jika kau ingin tetap berdiri, kau harus siap menerima permainan yang kadang… kotor.”

Kalimat itu membuat Elena merinding, tapi ia hanya mengangguk pelan. “Saya akan mengingatnya.”

....

Sepulang kerja, Elena berjalan melewati jalan utama Verona. Angin sore berhembus, membawa aroma hujan yang masih tertinggal.

Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok pria di seberang jalan. Tinggi, tegap, jas hitam rapi.

Adrian Valtieri.

Pria itu berdiri diam, kedua tangannya masuk ke saku celana. Tatapannya lurus ke arahnya, intens, seolah waktu berhenti.

Elena membeku. Napasnya tercekat, jantungnya berdetak kencang. Ia ingin berbalik, ingin lari, tapi tubuhnya tetap di tempat.

Mobil hitam berhenti di belakang Adrian. Ia berjalan perlahan menuju mobil itu, tetapi sebelum masuk, ia menoleh sekali lagi. Tatapan mata itu, tajam dan penuh kuasa, membuat Elena lemas.

Mobil itu kemudian meluncur pergi, meninggalkan Elena berdiri di trotoar dengan tubuh gemetar.

Ia menutup wajah dengan kedua tangannya. Kenapa dia selalu muncul? Kenapa di mana pun aku berada, dia ada?

....

Hari keempat kerja, Elena kembali dipanggil ke ruang manajer. Kali ini Damian tidak duduk di balik meja, melainkan berdiri di depan jendela besar, memandang ke arah kota yang berkilau dengan lampu sore.

“Elena,” suaranya berat tapi tenang, “kau tahu kenapa aku memberimu kesempatan?”

Elena berdiri tegak, tangannya menggenggam erat buku catatan. “Karena saya membutuhkan pekerjaan, Pak.”

Damian menoleh, menatapnya lama dengan senyum tipis. “Bukan. Karena kau berbeda. Kau punya sesuatu yang orang lain tidak punya yaitu keberanian untuk bertahan.”

Elena menunduk, hatinya berdebar. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

Damian berjalan mendekat, jaraknya kini hanya beberapa langkah. “Aku ingin menawarkan sesuatu. Pekerjaan tambahan. Bayarannya jauh lebih tinggi daripada sekadar membersihkan kantor.”

Elena menatapnya dengan bingung. “Pekerjaan… seperti apa, Pak?”

Damian tersenyum samar, mencondongkan tubuh sedikit. “Mengurus rumah pribadi. Klien istimewa. Orang yang sangat… berpengaruh. Tugasnya sederhana, tapi harus dilakukan dengan kerahasiaan penuh. Jika kau melakukannya dengan baik, aku pastikan masalah keuanganmu selesai lebih cepat dari yang kau bayangkan.”

Kalimat itu menusuk telinga Elena. Masalah keuangan… Papa… rumah ini.

Ia terdiam lama. “Siapa… klien itu?”

Damian tidak menjawab langsung. Ia hanya menatapnya, seakan menimbang reaksi.

“Seseorang yang sudah lama memperhatikanmu.”

Napas Elena tercekat. Jantungnya seakan berhenti berdetak sesaat. Ia tahu siapa yang dimaksud bahkan tanpa menyebut nama.

Adrian Valtieri.

......

Sepulang dari kantor, Elena berjalan pelan menyusuri jalan berbatu Verona. Angin malam begitu dingin, tapi pikirannya jauh lebih dingin. Tawaran Damian terus bergema di kepalanya.

Mengurus rumah pribadi… seseorang yang sudah lama memperhatikanmu.

Ia memeluk tubuhnya sendiri, langkahnya berat. Di satu sisi, bayaran besar itu bisa menyelamatkan ayahnya. Di sisi lain, ia tahu tawaran itu bukan sekadar pekerjaan. Itu adalah pintu. Dan pintu itu pasti membawa ke Adrian.

Saat ia melewati sebuah gang kecil, suara mesin mobil membuatnya menoleh. Mobil hitam meluncur perlahan di sampingnya, berhenti hanya beberapa meter di depan.

Kaca jendela perlahan turun.

Adrian duduk di dalamnya, wajahnya teduh, matanya gelap. “Naiklah.”

Elena membeku. “Tidak…” bisiknya.

Adrian tidak memaksa, hanya menatapnya dengan tenang. Tapi tatapan itu, intens dan mengikat, membuat Elena tak bisa menggerakkan kakinya.

“Elena.” Suaranya rendah, hampir seperti bujukan beracun. “Cepat atau lambat, kau akan tetap datang padaku. Pertanyaannya hanya… apakah kau akan datang dengan sukarela, atau dengan paksa.”

Elena terisak, matanya panas. Ia berlari, meninggalkan mobil itu di belakang. Tapi bahkan saat berlari, ia tahu kata-kata Adrian sudah menempel di hatinya, seperti racun yang perlahan meresap.

Di dalam mobil, Adrian menatap punggung Elena yang menjauh. Bibirnya melengkung samar.

“Berlari sesukamu, Elena. Karena pada akhirnya… jalanmu tetap berakhir di sisiku.”

Mobil itu melaju pelan, menyatu dengan gelap malam, meninggalkan jejak samar dari obsesi yang tak terbendung.

......

Rumah tua itu sunyi ketika Elena tiba malam itu. Hanya suara detak jam tua yang menemani langkahnya. Ia menutup pintu perlahan, menyandarkan tubuh pada kayu usang itu, lalu terisak tanpa bisa ditahan lagi.

Tangannya masih gemetar, kakinya terasa lemas, seolah semua tenaga telah direnggut.

Damian… Adrian… semua jalan berakhir pada mereka.

“Elena?” Suara lembut Sophia memecah keheningan. Gadis itu muncul dari dapur, mengenakan sweater kusam, matanya langsung melebar saat melihat keadaan sahabatnya. “Apa yang terjadi?”

Elena langsung jatuh ke pelukan Sophia. Tangisnya pecah, tubuhnya bergetar hebat. “Soph… aku tidak bisa… aku tidak bisa lari darinya.”

Sophia memeluk erat, mengusap punggung Elena. “Katakan padaku. Apa yang dia lakukan kali ini?”

Elena menatap sahabatnya dengan mata sembab. “Damian Cross. Dia menawarkan pekerjaan tambahan… mengurus rumah pribadi seseorang. Aku tidak bodoh, Soph. Aku tahu siapa yang dia maksud.”

Sophia tercekat. “Adrian.”

Elena mengangguk, air matanya mengalir deras. “Aku sudah berusaha lari. Aku mencoba kerja jujur, aku mencoba membangun hidupku lagi. Tapi dia selalu muncul. Selalu menunggu. Seolah-olah dunia ini hanya permainan yang sudah dia rancang, dan aku hanya pionnya.”

Sophia menggenggam wajah Elena dengan kedua tangannya, menatapnya dalam. “Dengarkan aku, Elena. Kau bukan pion. Kau masih punya pilihan.”

Elena menggeleng keras, rambutnya berantakan. “Tidak ada pilihan, Soph! Setiap kali aku mencoba keluar, aku malah semakin dekat dengannya.”

Tangisnya makin pecah. Ia jatuh terduduk di lantai, memeluk lututnya erat-erat. “Aku takut…"

Sophia terdiam. Kata-kata itu menampar hatinya. Ia tahu bahaya yang sedang terjadi. Bukan hanya Adrian yang semakin mengikat Elena, tapi Elena sendiri yang perlahan tenggelam dalam jebakan itu.

Sophia berlutut, memeluknya erat. “Aku tidak akan membiarkanmu sendirian, El. Jika kau jatuh, aku akan menarik mu kembali. Aku janji.”

Namun jauh di lubuk hati Elena, ia tahu janji itu mungkin mustahil ditepati.

Karena semakin keras ia melawan, semakin kuat jerat Adrian mengikatnya.

Dan malam itu, ketika ia akhirnya terlelap dengan mata bengkak karena tangis, mimpinya kembali dihantui oleh lorong panjang dengan pintu-pintu terkunci.

Hanya satu pintu terbuka di ujung lorong.

Dan di baliknya, Adrian menunggu.

Selalu Adrian.

1
Mentariz
Penasaran kelanjutannya, ceritanya nagih bangeett 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!