Kyara harus menerima ujian pahit dalam hidupnya ketika dihadapkan dengan kenyataan harus menerima tawaran menjadi istri dari Bos tempat ia bekerja demi permintaan pria tua yang sangat ia sayangi. Membuat Kyara harus berada di posisi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Bagaimana nasib pernikahan yang Kyara jalani tanpa ada satu orang pun yang tahu jika dirinya sudah menikah bahkan tidak dianggap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita ceroboh
Kyara nampak berjalan tergesa-gesa memasuki pagar perusahaan. Akibat tidurnya yang terlalu nyenyak setelah pergumulannya tadi malam bersama Gerry yang menguras tenaga, membuatnya bangun kesiangan. Kyara bahkan tidak melihat keberadaan Gerry di kamarnya. Wajar saja jika pria itu tidak ada. Pagi-pagi sekali Gerry sudah berangkat bekerja karena ada agenda penting yang harus ia hadiri di perusahaan rekan kerjanya.
Sedangkan Kakek Surya, Papa dan Mama Gerry setelah acara pernikahan mereka memutuskan untuk menginap di hotel membiarkan pengantin baru itu menikmati malam pertama mereka tanpa gangguan di mansion Karena Gerry menolak untuk menginap di hotel.
Untung saja tadi pagi kepala pelayan keluarga suaminya sudah menyiapkan supir untuk dirinya pergi bekerja. Sehingga Kyara tidak perlu repot lagi mencari kendaraan umum untuknya menuju perusahaan.
"Untung saja masih aman. Jika aku terlambat lagi, bisa-bisa aku dipecat saat ini juga." gumam Kyara mengelus dadanya, lega. Berjalan masuk ke dalam ruangan khusus OB untuk meletakkan tas selempangnya di dalam loker. Setelah mengambil alat-alat kebersihan yang dibutuhkannya, Kyara mulai mengerjakan pekerjaan yang sudah biasa dikerjakannya.
Untuk masalah pernikahannya kemarin dengan Gerry, Kyara tidak terlalu mengkhawatirkannya. Karena acara pernikahan merek diadakan di hari libur kantor. Sehingga Kyara tidak perlu takut jika ada yang mencurigainya.
Perusahaan masih sepi. Hanya ada dirinya dan beberapa OB yang sudah mulai melakukan pekerjaan mereka. Kyara meringis ketika masih meraskan perih di are* kewanita*nnya ketika mengepel lantai. Saat bagun tidur tadi dan ingin beranjak dari tempat tidur, Kyara memang merasakan sakit yang teramat di area kewanitaanya. Dan ternyata rasa sakitnya belum hilang sampai sekarang walau sedikit mendingan dibandingkan pagi tadi.
"Perih sekali." lirih Kyara memejamkan matanya sejenak.
"Kau kenapa, Kyara?" tanya Rania yang melihat Kyara seperti menahan sakit. Rania baru saja sampai di lantai 10 setelah selesai menerima tugas dari Bu Retno untuk memesankan sarapan pagi untuknya.
"Aku tidak apa-apa." jawab Kyara mencoba menetralisir rasa sakitnya.
"Apanya yang tidak apa-apa? Aku melihat jelas kau seperti kesakitan begitu?" tanya Rania lagi yang merasa tidak puas dengan jawaban Kyara.
"Aku sungguh tidak apa-apa. Lanjutkan saja pekerjaanmu, Rania. Sebelum Bu Retno datang menegur kita." suruh Kyara mendorong Rania untuk melanjutkan pekerjaannya. Rania hanya mendengus mendengar ucapan Kyara yang lagi-lagi tak jujur padanya.
***
Setelah memastikan seluruh ruangan sudah bersih, Kyara meletakkan kembali alat-alat kebersihan yang semula ia gunakan. Selembar tisu yang baru saja Kyara tarik dari kotaknya Kyara gunakan untuk mengelap keringat yang sedikit membanjiri pelipisnya. Kyara membuang nafasnya pelan ke udara. Tangannya yang bebas ia gunakan untuk mengipaskan wajahnya yang terasa panas.
Satu gelas air dingin yang baru saja ia ambil dari dispenser berhasil membuat tenggorokannya terasa lega. Kyara memilih duduk sejenak mengistirahatkan tubuhnya. Baru saja Kyara mendaratkan bokongnya di kursi, suara panggilan memanggil namanya dengan keras membuat Kyara segera bangkit menuju asal suara.
"Iya, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Kyara pada Eli wanita berusia tigapuluh tahunan yang sudah biasa meminta tolong bantuannya.
"Kyara, bisa saya minta tolong untuk mengambilkan berkas saya yang ketinggalan di bagian resepsionis? Saya sangat membutuhkannya saat ini. Tadi suami saya yang mengantarkannya. Karena buru-buru dia menitipkannya ke bagian resepsionis." jelas Eli tidak enak.
"Baik, Bu. Saya akan mengambil berkas Ibu. Kalau begitu saya pamit dulu, Bu." pamit Kyara.
Ibu Eli mengangguk seraya tersenyum. "Terimakasih, Kyara. Maaf sudah merepotkan." ucapnya tulus.
Kyara hanya tersenyum sebagai jawaban. Segera wanita itu melangkahkan kakinya menuju lobby perusahaan dimana tempat resepsionis berada.
Setelah mendapatkan berkas Ibu Eli di bagian resepsionis. Kyara yang terburu-buru karena ingin secepatnya memberikan berkas itu kepada ibu Eli pun berjalan dengan langkah lebar. Karena tidak terlalu memperhatikan sekitar, Kyara yang sedang berjalan ke arah lift tidak sengaja menabrak pria tinggi berbadan kekar yang juga akan masuk ke dalam lift petinggi perusahaan. Untung saja berkas itu Kyara pegang dengan erat sehingga tidak jatuh ke lantai.
Pria yang ditabrak Kyara menatap nyalang pada wanita di depannya. Wanita yang sama sekali tidak diharapkannya. Wanita yang sudah berani-beraninya masuk ke dalam hidupnya.
"Apa kau tidak bisa menggunakan matamu lagi dengan benar?!" pekik Gerry membentak Kyara.
Para karyawan yang kebetulan sedang berada di sana pun menatap iba pada Kyara yang sepertinya akan mendapatkan masalah besar karena sudah berurusan dengan presdir mereka. Sedangkan Kyara hanya bisa mencengkram erat ujung baju yang dikenakannya. Mendengar suara pria di depannya membuat tubuh Kyara bergetar hebat.
"Siapa yang sudah berani memperkerjakan wanita ceroboh seperti kau di perusahaan ini, huh?!" bentak Gerry lagi. Tatapan elangnya beralih ke arah asistennya. "Pastikan jika di perusahaan ini tidak ada lagi wanita ceroboh seperti dirinya yang bekerja di sini!" perintahnya segera masuk ke dalam lift khusus petinggi perusahaan.
***
*Happy reading!:)
Jangan lupa like, komen, vote dan rate bintang 5 supaya author makin semangat nulisnya. Dukungan teman-teman sangat berarti untuk kinerja jari author dalam menulis😉
bab ini kata Calvin wajah Cilla mirip dengan Bianca
Eeeeee...ini masalah Citra juga lamban dalam mengatasi kecurigaan Rania. Bahkan sudah ada peristiwa berani pegang atau mau betulin dasi juga masih lamban mengatasi Citra. Tapi bukan William kalau tidak heboh dulu wkwkwk
Ato bumil...hajar tuh pelakor tanpa ampun