NovelToon NovelToon
Dibalik Istana Naga

Dibalik Istana Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Romansa / Fantasi Wanita / Harem / Balas Dendam / Enemy to Lovers
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Untuk membalaskan dendam keluarganya, Swan Xin menanggalkan pedangnya dan mengenakan jubah sutra. Menjadi selir di Istana Naga yang mematikan, misinya jelas: hancurkan mereka yang telah membantai klannya. Namun, di antara tiga pangeran yang berebut takhta, Pangeran Bungsu yang dingin, San Long, terus menghalangi jalannya. Ketika konspirasi kuno meledak menjadi kudeta berdarah, Swan Xin, putri Jendral Xin, yang tewas karena fitnah keji, harus memilih antara amarah masa lalu atau masa depan kekaisaran. Ia menyadari musuh terbesarnya mungkin adalah satu-satunya sekutu yang bisa menyelamatkan mereka semua.
Langkah mana yang akan Swan Xin pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 Malam di Perpustakaan Terlarang.

“Di puncak Gunung Giok.”

Kata-kata itu jatuh ke dalam keheningan teras yang dingin seperti batu yang dijatuhkan ke danau beku, riaknya menyebar tanpa suara, membekukan darah di pembuluh darah Swan Xin. Prajurit Bayangan itu tidak menunggu jawaban. Dengan satu gerakan lentur, ia melebur kembali ke dalam bayang-bayang pilar dan lenyap, seolah ia tidak pernah ada di sana. Hanya desau angin malam yang tersisa, membisikkan kembali kalimat yang mengerikan itu.

{Gunung Giok}.

Tempat di mana ia ditempa. Tempat di mana ia dilahirkan kembali dalam api dan baja. Tempat yang hanya diketahui oleh segelintir orang paling tepercaya di seluruh kekaisaran. Dan San Long, Pangeran Bungsu yang dingin dan bengis itu, membawa tanah dari sana di sepatunya.

Swan berdiri mematung, buku tua di tangannya tiba-tiba terasa seberat gunung itu sendiri. Jantungnya berdebar kencang, sebuah ritme liar yang memukul-mukul rusuknya. Kebingungan, kecurigaan, dan amarah yang dingin berputar di dalam benaknya menjadi badai yang menyesakkan. Ini bukan lagi sekadar intrik. Ini pengkhianatan di tingkat yang paling dalam.

"Tidak,” bisiknya pada angin. “Tidak mungkin.”

Ia berbalik dengan cepat, langkahnya tegas dan tanpa ragu. Ia masuk kembali ke kamarnya, membanting pintu sedikit lebih keras dari yang seharusnya.

“Bi Lan!” panggilnya.

Kepala pelayannya itu muncul dari kamar sebelah, wajahnya penuh kecemasan. “Ya, Nona? Apa prajurit itu sudah pergi?”

“Dia sudah pergi,” jawab Swan singkat. Ia mulai melepaskan jubah luarnya yang anggun, melemparkannya ke atas kursi. “Siapkan pakaian hitamku lagi. Yang paling sederhana.”

Mata Bi Lan melebar ngeri. “Lagi, Nona? Anda mau ke mana lagi malam ini? Ini sangat berbahaya!”

“Bahaya kalo aku cuma duduk diam di sini dan menunggu,” sahut Swan dingin, matanya berkilat seperti baja di bawah cahaya lentera. “Aku tidak akan tidur nyenyak sebelum melihatnya sendiri dengan mata kepalaku.”

“Melihat apa, Nona?”

“Melihat hantu,” desis Swan.

Satu jam kemudian, kegelapan sekali lagi menjadi sekutunya. Swan bergerak melewati taman-taman yang tertidur dengan keheningan yang dipelajari dengan susah payah. Malam ini terasa berbeda. Setiap bayangan seolah menyembunyikan mata yang mengawasi, setiap gemerisik daun terdengar seperti langkah kaki yang mendekat.

Ia tiba di belakang perpustakaan kekaisaran, bangunan raksasa itu tampak seperti kerangka binatang purba di bawah langit tanpa bintang. Tanpa ragu, ia memanjat dinding rambat, gerakannya cepat dan efisien. Jendela di lantai dua terbuka dengan bunyi *klik* yang nyaris tak terdengar. Ia menyelinap masuk, mendarat di lantai kayu dengan kelembutan seekor kucing.

Aroma kertas tua dan debu menyambutnya seperti kawan lama yang muram. Ia tidak membuang waktu. Ia tidak mencari buku. Ia mencari tempat persembunyian. Sebuah celah sempit di antara dua rak buku raksasa di bagian arsip militer, cukup gelap untuk menelan bayangannya, namun memberinya pandangan yang jelas ke lorong utama di depannya.

Lalu, ia menunggu.

Menit-menit merayap seperti jam. Keheningan perpustakaan begitu total hingga ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Pikirannya berpacu.

[Kenapa dia melakukannya? Apa dia salah satu dari Pasukan Bayangan, menyamar sebagai pangeran? Gak masuk akal. Apa dia mata-mata yang berhasil menyusup ke markas? Lebih tidak masuk akal lagi].

Tiba-tiba, ia merasakannya. Perubahan. Bukan suara. Bukan gerakan. Hanya pergeseran samar di udara, seolah pintu menuju dunia lain baru saja terbuka di suatu tempat di ruangan ini. Indranya yang terlatih berteriak waspada.

Sesosok bayangan muncul di ujung lorong. Tidak ada suara langkah kaki. Tidak ada cahaya obor. Sosok itu hanya… ada di sana. Bergerak melewati pilar-pilar cahaya bulan yang tipis dengan keanggunan hantu. Jubah hitamnya menyerap semua cahaya, membuatnya tampak seperti lubang kosong dalam realitas.

Sosok itu berhenti, tepat di bagian arsip militer terlarang. Di bagian yang sama tempat Swan menemukan buku besar Jenderal Zen. Dengan gerakan yang familier, sosok itu menarik sebuah gulungan perkamen yang tebal dari salah satu rak paling atas.

Dan kemudian, sosok itu berbalik sedikit, wajahnya kini tersapu oleh seberkas cahaya bulan yang pucat dari jendela tinggi.

San Long.

Amarah dingin dan jernih mengkristal di dalam dada Swan. Semua keraguannya lenyap, digantikan oleh kepastian yang pahit. Prajurit Bayangan itu tidak berbohong.

San Long tidak terlihat seperti sedang mencari bukti. Ia membuka gulungan itu di atas meja baca yang berdebu. Matanya bergerak cepat, memindai diagram dan teks kuno di atasnya. Ada fokus yang intens di wajahnya, sebuah konsentrasi yang belum pernah Swan lihat sebelumnya. Dia tidak sedang memata-matai. Dia sedang… belajar.

Cukup sudah. Swan tidak tahan lagi. Dengan gerakan yang sama sunyinya dengan gerakan San Long, ia melangkah keluar dari persembunyiannya.

“Anda sepertinya sangat suka tempat ini, Yang Mulia,” kata Swan, suaranya memecah keheningan sakral perpustakaan.

San Long tersentak kaget. Seluruh tubuhnya menegang, dan dalam sekejap mata, gulungan itu telah ia gulung kembali dan sembunyikan di balik punggungnya. Ia berbalik, matanya yang dingin melebar sesaat sebelum kembali menjadi topeng es yang tak terbaca.

“Kau lagi,” desisnya. Ada nada frustrasi yang tulus dalam suaranya. “Apa kau memang punya keinginan untuk mati?”

“Aku bisa menanyakan hal yang sama pada Anda,” balas Swan, melipat tangannya di dada sambil berjalan perlahan mendekatinya. “Hantu perpustakaan, ya? Misteri yang menarik. Aku penasaran, bagaimana caranya Anda masuk dan keluar tanpa ada yang melihat?”

“Itu bukan urusanmu,” jawabnya dingin. “Kau seharusnya tidak ada di sini. Pergi, sekarang juga.”

“Aku rasa aku akan tetap di sini,” cibir Swan. “Aku jadi sangat tertarik dengan bacaan tengah malam Anda. Apa yang begitu penting di bagian arsip militer ini sampai seorang pangeran harus menyelinap seperti pencuri?”

“Aku mencari sesuatu yang hilang,” katanya singkat.

“Bohong,” sahut Swan cepat. “Anda tidak mencari. Anda membaca. Aku melihatmu. Anda mempelajari gulungan-gulungan itu.” Ia berhenti, kini hanya berjarak beberapa langkah darinya. “Jadi, cerita soal tanah dari Gunung Giok itu benar adanya. Anda adalah salah satu dari mereka, bukan? Seorang Prajurit Bayangan?”

San Long menatapnya tajam, keheningan menyelimuti mereka. “Jangan bicara omong kosong.”

“Lalu jelaskan!” tuntut Swan, suaranya kini sedikit naik. “Jelaskan kenapa Anda diam-diam mempelajari strategi perang. Untuk siapa? Untuk kakak sulungmu yang bodoh itu? Atau untuk Zheng Long yang licik?”

“Jaga mulutmu,” geram San Long. “Jangan pernah samakan aku dengan mereka.”

“Beri aku alasan untuk tidak melakukannya!” tantang Swan. Ia melirik ke tangan San Long yang masih menyembunyikan gulungan di belakangnya. “Apa yang Anda sembunyikan di sana? Rencana penyerangan? Atau mungkin… rencana pertahanan?”

“Aku sudah katakan, itu bukan urusanmu!” bentak San Long, nadanya kini lebih tajam. “Kau tidak tahu apa-apa soal permainan yang sedang dimainkan di istana ini!”

“Oh, aku tahu satu hal,” desis Swan. “Aku tahu Anda pembohong. Anda berpura-pura dingin dan tidak peduli, tapi di balik itu semua, Anda merencanakan sesuatu. Sesuatu yang besar.” Ia menunjuk gulungan di belakangnya. “Tunjukkan padaku. Tunjukkan apa yang Anda baca, atau aku akan berteriak dan memanggil semua penjaga ke sini.”

“Jangan mengancamku, Selir Xin.” Suara San Long kini rendah dan berbahaya.

“Ini bukan ancaman.” Swan melangkah lebih dekat lagi, tatapannya tak gentar. “Ini janji.”

Mereka berdiri berhadapan, dua predator yang terperangkap dalam kebuntuan di tengah hutan buku yang sunyi. Ketegangan di antara mereka begitu kental hingga nyaris bisa dirasakan. San Long menatapnya selama beberapa detik yang terasa seperti satu jam, seolah sedang menimbang setiap pilihan yang ada.

Akhirnya, dengan gerakan pelan yang penuh keengganan, ia membawa gulungan itu ke depan. Tatapannya tidak pernah lepas dari wajah Swan, seolah memperingatkannya.

“Kau mau lihat?” bisiknya. “Baiklah. Lihat ini baik-baik.”

Dengan satu sentakan pergelangan tangan, ia membuka gulungan itu di atas meja, membentangkannya di bawah cahaya bulan.

Napas Swan tercekat di tenggorokannya. Itu bukan diagram formasi pasukan atau strategi pengepungan biasa. Itu adalah sebuah peta. Peta yang digambar dengan sangat detail dan akurat. Peta topografi dari sebuah celah gunung sempit, lengkap dengan catatan-catatan kecil tentang titik buta, posisi penjaga, dan jalur pelarian yang tersembunyi.

Sebuah peta yang sangat, sangat ia kenali.

Itu adalah peta Gerbang Utara. Tempat ayahnya dibantai sadis delapan tahun yang lalu.

1
Yunita Widiastuti
tahta...oh ...tahta..
Yunita Widiastuti
🌹💪💪💪
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: gift. maaf typo
total 2 replies
Ita Xiaomi
Cara aman menghilangkan bukti.
Eskael Evol
luar biasa
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kakak bintang limanya. jangan bosan baca karya karya author yang ongoing ya...🌹🥳🙏😄
total 1 replies
Eskael Evol
cerita nya sangat bagus
trmkash thor good job👍❤
Ulla Hullasoh
terlalu ingin tau xin jd membahayakan orang lain
Jeffie Firmansyah
awal cerita yg mantap 💪
Wiji Lestari
penasaran💪
Wiji Lestari
💪💪
Eskael Evol
keren trmksh thor👍❤
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: 🙏🙏🥳Terima kasih kakak. semua dukungan kakak sungguh berharga buat author. Terima kasih🙏
total 1 replies
Eskael Evol
keren cerita nya smg ttp seru hingga ahir👍
Eskael Evol
bisa nggak ya nama² pemeran pakai nama biasa aja biar gak ribet dan bingung, sayang cerita bagus tapi malas baca nya
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: maaf. akan saya perhatikan selanjutnya. Terima kasih untuk masukannya. 🙏🙏
total 1 replies
Ulla Hullasoh
karya yang bagus Thor.....🥰
Ulla Hullasoh
akhirnya selamat...sampe tarik nafas 👍
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kak. udah mampir di cerita author. semoga suka. boleh klik napen author untuk pilih novel author yang lain. berbagai genre juga.
jangan lupa subscribe, like, komen, gift, vote dan klik bintang limanya. Terima kasih dukungan para pembaca setia sangat berharga buat author. lope lope sejagat... 🥳🌹😍🙏
total 1 replies
Ita Xiaomi
Demi kelangsungan hidup Kasim Li😁
Arix Zhufa
ku kira MC cewek nya kuat...ternyata
Arix Zhufa
cerita awal nya bagus tp setelah baca sampe bab ini alur nya bertele tele
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih masukannya. Akan saya perhatikan kembali. 🙏🌹
total 1 replies
Arix Zhufa
sampe di bab ini MC cewek nya keren
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: semangat bacanya ya kak. thx all.🌹🥳🙏
total 1 replies
Arix Zhufa
bab 2 aja udh keren
Arix Zhufa
mampir thor
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kakak. semoga suka ya. masih banyak kisah author yang lain. bisa klik aja napen author dan pilih kisah kisah author yang mana yang suka boleh dibaca. Jangan lupa subscribe, like, komen, gift, vote dan klik bintang limanya thx u. lope lope sejagat😍🥳🌹🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!