NovelToon NovelToon
Fragmen Yang Tertinggal

Fragmen Yang Tertinggal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Romansa / Enemy to Lovers / Cintapertama / Cinta Murni / Berbaikan
Popularitas:27
Nilai: 5
Nama Author: tanty rahayu bahari

​Di antara debu masa lalu dan dinginnya Jakarta, ada satu bangunan yang paling sulit direnovasi: Hati yang pernah patah.
​Lima tahun lalu, Kaluna Ayunindya melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya: meninggalkan Bara Adhitama—pria yang memujanya—dan cincin janji mereka di atas meja nakas tanpa sepatah kata pun penjelasan. Ia lari ke London, membawa rasa bersalah karena merasa tak pantas bersanding dengan pewaris tunggal Adhitama Group.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Runtuhnya Pondasi

​Pagi itu, Hotel Menteng tidak menyambut kedatangan arsitek dan CEO-nya dengan deru mesin konstruksi yang bersemangat, melainkan dengan keheningan yang mencekam dan kerumunan pekerja yang berkumpul di area loading dock belakang.

​Bara memarkir mobilnya di area VIP. Begitu ia dan Kaluna turun, puluhan pasang mata langsung menatap mereka. Bukan tatapan kagum atau hormat, melainkan tatapan curiga bercampur takut. Ponsel-ponsel pintar di tangan para tukang tampak menyala, menampilkan headline berita pagi ini: "Skandal Adhitama: CEO Muda Tinggalkan Pesta Demi Arsitek Misterius."

​Bara memasang kacamata hitamnya, wajahnya keras dan tidak terbaca. Ia berjalan di samping Kaluna, tidak menggandengnya, namun posisinya jelas melindungi sisi kiri wanita itu.

​"Jangan pedulikan mereka. Jalan terus," bisik Bara tanpa menoleh.

​Kaluna mengangguk kaku, memeluk tabung gambarnya erat-erat ke dada. Ia mengenakan kemeja kerjanya sendiri (Rian mengantarkan baju ganti dan make-up ke apartemen Bara subuh tadi), tapi ia merasa seolah masih telanjang di bawah tatapan penghakiman ini.

​"Pak Bara! Bu Kaluna!"

​Pak Hadi, kontraktor utama, berlari tergopoh-gopoh menghampiri mereka. Wajah pria paruh baya itu pucat pasi, helm proyeknya miring. Keringat sebesar biji jagung membasahi dahinya.

​"Ada apa, Pak Hadi? Kenapa semua orang berkumpul di belakang?" tanya Bara tajam.

​"Gawat, Pak. Bapak harus lihat sendiri. Gudang material A... dibobol semalam," lapor Pak Hadi dengan suara gemetar.

​Bara dan Kaluna saling pandang. Gudang A adalah tempat penyimpanan material finishing paling mahal.

​"Apa yang hilang?" tanya Kaluna cepat, firasat buruk menyergapnya.

​"Bukan hilang, Bu. Tapi... hancur," jawab Pak Hadi lirih.

​Pemandangan di dalam Gudang A membuat lutut Kaluna lemas seketika.

​Puluhan lempengan marmer Statuario Italia—marmer putih dengan urat abu-abu yang harganya ratusan juta per lembar—kini hanyalah tumpukan puing tak berharga. Marmer-marmer itu hancur berkeping-keping, seolah dipukul berulang kali dengan palu godam.

​Tidak hanya itu. Kaleng-kaleng cat pelapis dinding dan tumpukan semen putih telah ditumpahkan ke atas puing-puing marmer itu, menciptakan bubur adonan yang mengeraskan kerusakan itu secara permanen.

​Baunya menyengat. Bau kehancuran. Bau uang miliaran rupiah yang menguap dalam semalam.

​"Ya Tuhan..." desis Kaluna, menutup mulutnya dengan tangan. Ia merasa mual. Marmer ini dipesan khusus dari Carrara, Italia. Butuh waktu dua bulan untuk pengiriman. Dengan Grand Opening yang tinggal empat bulan lagi, kerusakan ini adalah bencana logistik.

​Bara berdiri diam mematung. Rahangnya mengetat hingga urat lehernya menonjol. Tangannya terkepal di samping tubuh. Ia menatap kehancuran itu dengan mata nyalang.

​"Siapa yang jaga malam?" suara Bara rendah, tapi getarannya membuat nyali semua orang ciut.

​"Dua satpam, Pak. Tapi mereka bilang mereka minum kopi jam 12 malam, lalu ketiduran sampai subuh. Kemungkinan kopinya dicampur obat tidur," jelas Pak Hadi takut-takut.

​"Cek CCTV," perintah Bara.

​"Sudah, Pak. Kabel CCTV diputus dari sentral. Pelakunya tahu seluk-beluk kelistrikan di sini," tambah Pak Hadi.

​"Polisi sudah dihubungi?" tanya Bara lagi.

​"Sudah, Pak. Sedang dalam perjalanan."

​Tiba-tiba, seorang pria berjas rapi—yang Kaluna kenali sebagai Manajer Audit Internal dari pihak investor Maheswari Group—melangkah maju membelah kerumunan. Namanya Pak Burhan. Orang kepercayaan ayah Siska.

​"Selamat pagi, Pak Bara," sapa Pak Burhan dengan nada dingin yang dibuat-buat sopan. "Kami sudah menerima laporan insiden ini. Bu Siska sangat kecewa."

​"Saya juga kecewa, Pak Burhan," balas Bara datar. "Kita akan investigasi ini sampai tuntas."

​"Tentu saja," Pak Burhan tersenyum miring. Ia mengeluarkan sebuah kantong plastik bening berisi kunci. "Tapi sepertinya pelakunya tidak terlalu pintar. Satpam menemukan ini terjatuh di dekat pintu gudang yang tidak rusak kuncinya. Artinya, pintu dibuka dengan kunci asli, bukan dipaksa."

​Pak Burhan mengangkat kantong plastik itu tinggi-tinggi.

​"Ini kunci cadangan Gudang A yang seharusnya dipegang oleh penanggung jawab material."

​Mata Pak Burhan beralih menatap Kaluna tajam.

​"Dan setahu saya, berdasarkan logistik yang ditandatangani kemarin sore... kunci ini dipegang oleh Bu Kaluna Ayunindya untuk pengecekan stok terakhir."

​Dunia Kaluna serasa runtuh. Semua mata kini tertuju padanya.

​"Apa?" Kaluna menggeleng panik. "Tidak! Itu tidak benar! Saya memang mengecek stok kemarin sore, tapi saya kembalikan kuncinya ke Pak Yanto, kepala gudang! Saya tidak bawa pulang kuncinya!"

​"Pak Yanto?" panggil Pak Burhan.

​Seorang pria kurus berwajah licik maju ke depan. Ia tidak berani menatap mata Kaluna.

​"Ba-bagaimana, Pak Yanto?" desak Pak Burhan. "Apa benar Bu Kaluna mengembalikan kuncinya?"

​Pak Yanto menunduk dalam-dalam. "Ma-maaf, Bu Kaluna... tapi Ibu bilang kemarin mau pegang kuncinya sebentar karena mau cek ulang malam-malam. Saya... saya tidak berani nolak karena Ibu Arsitek Kepala."

​"Bohong!" teriak Kaluna, suaranya melengking karena syok dan marah. "Kamu bohong, Pak Yanto! Saya kasih kunci itu ke tangan Bapak jam 5 sore sebelum saya pulang! Ada Rian saksinya!"

​"Saya nggak lihat Mas Rian di sana, Bu," elak Pak Yanto.

​Kaluna menoleh mencari Rian. Rian berdiri di belakang dengan wajah bingung. "Mbak... waktu Mbak ke gudang kemarin sore, saya lagi di toilet. Jadi saya nggak lihat pas Mbak balikin kunci."

​Kaluna merasa terpojok. Ini jebakan. Jebakan yang sangat rapi dan terencana.

​Pak Burhan tersenyum penuh kemenangan. "Kunci ditemukan di TKP. Tidak ada tanda paksaan masuk. Dan saksi bilang kunci terakhir ada di tangan Bu Kaluna. Ditambah lagi... motifnya mungkin dendam pribadi? Kita semua tahu hubungan Bu Kaluna dan Pak Bara sedang... rumit."

​Pak Burhan sengaja menekankan kata 'rumit' untuk mengingatkan semua orang pada skandal pesta semalam. Narasi yang dibangun Siska sangat jahat: Kaluna menghancurkan proyek karena cemburu atau emosi labil.

​"Cukup," potong Bara.

​Bara melangkah maju, berdiri di depan Kaluna, memisahkan wanita itu dari tuduhan Pak Burhan.

​"Bara, ini jelas kelalaian—atau sabotase—dari arsitekmu," ujar Pak Burhan. "Sesuai kontrak investasi pasal 12 ayat 3, jika terjadi kerugian material akibat kelalaian personel kunci, investor berhak meminta personel tersebut diberhentikan sementara sampai audit selesai."

​"Saya tidak akan memberhentikan Kaluna," tolak Bara tegas. "Tuduhan ini tidak masuk akal. Untuk apa Kaluna merusak proyek yang dia desain sendiri?"

​"Orang yang sedang emosi bisa melakukan apa saja, Pak Bara," sindir Pak Burhan. "Maheswari Group menuntut Kaluna dinonaktifkan dari akses lapangan mulai detik ini juga. Atau kami akan menarik seluruh sisa dana investasi dengan alasan breach of contract (pelanggaran kontrak) dan manajemen risiko yang buruk."

​Itu ancaman mematikan. Jika Kaluna tetap di sini, dana ditarik, proyek mati. Jika Kaluna pergi, proyek jalan, tapi nama baik Kaluna hancur selamanya karena dicap sebagai penyabotase.

​Kaluna memandang punggung Bara yang tegang. Ia melihat tangan Bara yang terkepal gemetar. Bara sedang berhitung. Bara sedang mencari jalan keluar yang tidak ada.

​Kaluna menarik napas panjang. Ia tidak bisa membiarkan Bara hancur karena membelanya lagi. Semalam Bara sudah mengorbankan reputasi sosialnya. Hari ini, Kaluna tidak akan membiarkan Bara mengorbankan perusahaannya.

​"Baik," suara Kaluna terdengar bergetar namun lantang.

​Bara menoleh cepat. "Kaluna, diam."

​Kaluna melangkah keluar dari balik punggung Bara. Ia menatap Pak Burhan dengan dagu terangkat, meski matanya basah.

​"Jika kehadiran saya mengancam kelangsungan proyek ini, saya akan mundur sementara," ucap Kaluna tegas. "Tapi catat ini baik-baik, Pak Burhan. Saya tidak melakukan sabotase itu. Saya akan buktikan bahwa kunci itu tidak ada pada saya. Dan saat saya membuktikannya, saya akan menuntut balik atas pencemaran nama baik."

​"Kaluna, jangan lakukan ini!" desis Bara, mencengkeram lengan Kaluna. "Aku bisa tangani mereka."

​Kaluna menepis tangan Bara pelan, menatap mata pria itu dengan tatapan memohon. Biarkan aku yang berkorban kali ini.

​"Bapak harus fokus menyelamatkan timeline proyek, Pak CEO," ujar Kaluna formal, menahan isaknya. "Cari marmer pengganti. Jangan pikirkan saya."

​Kaluna melepaskan helm proyeknya, meletakkannya di atas tumpukan semen. Simbol penyerahan jabatan.

​"Saya pamit," ucap Kaluna.

​Tanpa menunggu jawaban, Kaluna berbalik dan berjalan cepat meninggalkan gudang, meninggalkan kerumunan yang berbisik-bisik.

​Bara hendak mengejar, tapi Pak Hadi menahannya. "Pak, Polisi sudah datang. Bapak harus tanda tangan BAP pelaporan."

​Bara menatap Kaluna yang semakin menjauh, lalu menatap puing-puing marmer yang hancur. Hatinya ikut hancur di sana.

​Siska benar-benar bermain kotor. Dia tidak hanya menyerang hati, dia menyerang hidup.

​Bara mengambil ponselnya, mengetik pesan singkat pada orang kepercayaannya di bagian IT keamanan—orang yang tidak diketahui Siska.

​To: Shadow

Cari rekaman CCTV jalan raya sekitar proyek jam 12 malam sampai subuh. Cari siapa yang masuk dan keluar. Dan selidiki rekening Pak Yanto. Aku mau bukti transaksi suap dalam 24 jam.

​Bara menyimpan ponselnya. Matanya menatap tajam Pak Burhan dan Pak Yanto bergantian.

​"Kalian menang hari ini," bisik Bara dingin dalam hati. "Tapi perang belum selesai."

 BERSAMBUNG....

Terima kasih telah membaca💞

Jangan lupa bantu like komen dan share❣️

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!