NovelToon NovelToon
Dia Dan 14 Tahun Lalu

Dia Dan 14 Tahun Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers / Cintapertama / Romantis / Romansa / TimeTravel
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Spam Pink

ini adalah perjalanan hidup clara sejak ia berumur 5 tahun membawanya bertemu pada cinta sejatinya sejak ia berada di bangku tk, dan reymon sosok pria yang akan membawa perubahan besar dalam hidup clara. namun perjalanan cinta mereka tidak berjalan dengan mulus, akankah cinta itu mempertemukan mereka kembali.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Spam Pink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 18

Saat Dua Pandangan Akhirnya Bertemu**

Udara sore di kota kecil itu selalu punya cara tersendiri untuk masuk ke dada Clara dan membuatnya merasa… lebih ringan. Seolah hembusan angin dari pegunungan membawa pulang semua kenangan yang dulu ia tinggalkan begitu saja.

Sudah tiga hari sejak ia tiba di rumah neneknya. Tiga hari sejak ia menutup pintu masa lalu dengan Ares, dan tanpa sengaja membuka pintu yang lain—pintu yang aromanya terasa akrab, namun asing pada saat bersamaan.

Hari itu, Clara memutuskan pergi ke pasar untuk membeli bahan membuat kue kesukaan neneknya. Tepung, telur kampung, keju lokal, dan beberapa buah segar. Neneknya tidak meminta apa-apa, tapi Clara ingin melakukan sesuatu. Mungkin sebagai bentuk terima kasih. Mungkin sebagai cara untuk mengisi kekosongan yang masih menggantung di hatinya.

Pasar sore di desa kecil itu terasa hangat. Pedagang-pedagang menata sayur yang masih basah oleh embun pagi, anak-anak berlarian dengan sandal jepit, dan para ibu saling berteriak menyebut harga. Semua terlihat begitu hidup.

Clara merindukan suasana seperti ini.

Ia menenteng kantong belanja ketika keluar dari lorong kecil tempat penjual telur biasanya berjualan. Langit sudah mulai berwarna jingga. Ia berjalan pelan, menikmati suara riuh pasar yang perlahan memudar di belakangnya.

Dan saat itulah ia melihatnya.

Pertemuan di Pinggir Jalan

Reymon berdiri di seberang jalan kecil yang tidak terlalu ramai. Ia baru keluar dari toko kelontong, membawa botol air mineral dan beberapa plastik kecil. Tubuhnya lebih tinggi dari terakhir kali Clara mengingatnya. Rambutnya sedikit berantakan, kulitnya lebih tanned, dan wajahnya… lebih dewasa, namun tetap menyisakan sisa-sisa bocah kecil yang selalu membuly clara.

Clara berhenti.

Begitu pula Reymon.

Tidak ada angin kencang. Tidak ada suara gemuruh dramatis seperti di drama televisi. Yang ada hanya senja, jalanan kecil, dan dua pasang mata yang saling mencari.

Untuk sesaat, dunia terasa berhenti bergerak.

Reymon memandangnya seperti seseorang yang menemukan sesuatu yang sudah lama ia cari namun takut untuk sentuh. Ada kejutan di matanya, ada ragu, ada kerinduan yang terbungkus rapat dalam gengsi yang mendiamkan bibirnya.

Clara mengerjap pelan. Dadanya terasa penuh—bukan sesak, tapi seperti ada sesuatu yang bergetar samar.

Mereka hanya berdiri seperti itu.

Diam.

Tidak menyapa.

Tidak mengangkat tangan.

Tidak tersenyum.

Namun tatapan mereka… tatapan itu mengatakan hal-hal yang tidak bisa mereka ucapkan.

Clara akhirnya mengalihkan pandangan. Ia melanjutkan langkah, seolah tidak terjadi apa-apa. Seolah jantungnya tidak berdetak tiga kali lebih cepat.

Reymon tetap berdiri beberapa detik, sebelum akhirnya berjalan pergi ke arah lain.

Pertemuan itu mungkin hanya sekian detik.

Tapi bagi Clara… itu cukup untuk mengguncang seluruh isi hatinya.

**Dua Hari Setelahnya

Syukuran Kecil di Rumah Nenek**

Nenek Clara memutuskan mengadakan acara syukuran kecil untuk kedatangan Clara dan kelulusan sekolahnya. Tidak besar—hanya tetangga kanan-kiri, keluarga dekat, dan beberapa ibu yang sering datang membantu nenek membuat kue.

Clara membantu menata meja, menyiapkan minuman, dan sesekali memotong kue yang ia buat kemarin. Suasana rumah ramai, hangat, penuh tawa.

Namun sesekali, Clara merasakan sesuatu. Atau lebih tepatnya… seseorang.

Beberapa kali, saat ia keluar menata kursi di halaman, ia melihat sosok yang sangat ia kenal melintas di depan rumah.

Reymon.

Kadang berjalan kaki, memakai hoodie abu-abu, pura-pura sibuk menatap layar ponselnya. Kadang naik motor hitamnya—motor yang tampak ia rawat dengan baik—dan melaju pelan sekali, bahkan terlalu pelan untuk ukuran orang yang hanya “kebetulan lewat”.

Kadang hanya lewat begitu saja di kejauhan, cukup jauh untuk membuat Clara ragu apakah ia benar melihat apa yang ia lihat.

Namun setiap kali motor hitam itu melewati rumah nenek…

Pandangan Reymon selalu mengarah ke halaman. Selalu.

Clara pura-pura tidak melihat. Tapi jantungnya? Tidak pernah bisa bohong.

Neneknya akhirnya berbisik, “Kayaknya ada yang nunggu kamu sapa, Clar.”

Clara tersentak. “Nek!”

Nenek hanya tertawa kecil. “Dari dulu dia begitu. Susah ngomong, tapi hatinya lembut.”

Clara menggigit bibirnya, menunduk.

Karena sekarang ia tahu satu hal:

Reymon tidak pernah benar-benar melupakannya.

Tidak sedikit pun.

Dan lebih mengejutkan lagi—

Ia pun ternyata tidak pernah melupakan Reymon.

**Seminggu Setelah Natal

Saat Clara Harus Kembali**

Liburan berjalan cepat. Terlalu cepat.

Clara mulai merasa tenang. Setiap pagi membantu nenek, berjalan ke sungai lama, dan sesekali melihat Reymon tanpa benar-benar bertemu. Semua terasa damai. Tidak ada drama. Tidak ada tangisan. Tidak ada tekanan.

Namun hari kepulangannya tiba juga.

Nenek Clara membantu menutup koper kecil itu. “Kalau hati kamu bilang kembali, jangan dilawan, Clar,” ucap nenek sambil menepuk bahunya.

Clara tidak menjawab. Ia hanya memeluk tubuh neneknya lebih lama dari biasanya.

Mobil berwarna putih yang disewa Clara datang tepat jam sembilan pagi. Udara dingin, matahari lembut, dan jalanan kota kecil itu menatapnya untuk terakhir kali musim ini.

Ketika mobil mulai bergerak meninggalkan halaman, Clara kembali menoleh.

Dan tiba-tiba, di ujung gang kecil itu…

Reymon berdiri.

Tidak terlalu dekat. Tidak terlalu jauh.

Ia tidak melambaikan tangan. Tidak memanggil. Tidak mendekat.

Hanya menatap.

Tatapan yang sama seperti hari pertama mereka berpapasan—diam, tapi penuh sesuatu yang tidak mereka mengerti.

Clara hanya mampu menarik napas.

Mobil perlahan melewati Reymon.

Ia tetap tidak bergerak.

Namun matanya mengikuti mobil itu sampai benar-benar menghilang.

**Perjalanan Pulang

Dan Pesan yang Mengubah Segalanya**

Clara menatap pepohonan yang berlari di luar jendela. Ada rasa hampa meninggalkan tempat itu lagi. Ada rasa ingin kembali yang terlalu asing namun tidak bisa ia tolak.

Ponselnya bergetar.

Sebuah pesan baru.

Nama pengirimnya membuat napas Clara tertahan.

Reymon.

Tangan Clara bergetar kecil saat membuka pesan itu.

“Kamu udah di jalan pulang?”

Clara menatap layar beberapa detik sebelum menulis balasan.

“Iya. Baru berangkat.”

Butuh hanya lima detik sampai balasan lain masuk.

“Aku liat kamu lewat.”

Clara menggigit bibir. Jemarinya mengetik pelan:

“Kamu gak nyapa.”

Butuh sedikit lebih lama kali ini.

“Gak berani.”

Clara merasakan hatinya mencelos—bukan sedih, tapi hangat. Hangat sekali.

Ia membalas:

“Kenapa?”

Balasan datang lebih cepat dari yang ia kira.

“Takut salah.”

“Takut kamu gak mau lagi ngomong sama aku.”

Clara memejamkan mata.

Perjalanan panjang yang membuatnya ingin menangis tanpa alasan.

Ia mengetik:

“Aku gak pernah gak mau ngomong sama kamu, Rey.”

Lamanya jeda setelah itu membuat Clara berpikir ia sudah salah bicara. Namun lima puluh detik kemudian—yang terasa seperti satu jam—pesan baru muncul.

“Clara… aku kangen.”

Clara menahan napas.

Ia mengetik pelan, hampir ragu, namun jujur:

“Aku juga.”

Setelah itu, percakapan berjalan lebih lancar. Masih canggung, masih hati-hati. Namun mereka mulai saling bertanya kabar, berbagi gurauan kecil yang dulu hanya mereka pahami, dan tertawa lewat pesan.

Tidak ada deklarasi cinta.

Tidak ada janji apa-apa.

Hanya… kembali akrab.

Seperti dulu.

Seperti sebelum semua kerumitan hidup dewasa menelan mereka.

Dan entah bagaimana…

Untuk pertama kalinya setelah waktu yang terasa panjang, Clara merasa bahagia.

Sungguh bahagia.

Tidak muluk. Tidak berlebihan.

Bahagia yang tenang.

Bahagia yang lembut.

Bahagia yang terasa seperti pulang.

Ketika mobil memasuki jalan tol menuju kota tempat ibunya tinggal, Clara bersandar pada jendela dan membiarkan dirinya tersenyum.

Reymon mungkin tidak mengikuti perjalanan hidupnya selama bertahun-tahun.

Namun kini, perlahan tapi pasti…

Ia kembali masuk ke dalamnya.

BERSAMBUNG…

Clara belum tahu apa arti hubungan mereka sekarang.

Belum tahu apakah semua ini akan membawa mereka kembali ke masa kecil…

atau menuju sesuatu yang baru.

Yang ia tahu—

Reymon kembali.

Dan entah kenapa… Clara siap menyambutnya.

1
mindie
lanjut dong author ceritanya, ga sabar part selanjutnya
mindie
AAAAAA saltinggg bacanya😍😍🤭
Caramellmnisss: terimakasih kak☺️
total 1 replies
mindie
layak di rekomendasikan
Charolina Lina
novel ini bagus banget 👍🏻
Caramellmnisss: terimakasih kak😍🙏
total 1 replies
mindie
baguss bngt tidak sabar menenunggu updatetanny author🤩
Caramellmnisss
kami update tiap malam yah kak, jangan ketinggalan setiap eps nya yah☺️
Miu miu
Jangan lupa terus update ya, author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!