NovelToon NovelToon
Love Your Enemy

Love Your Enemy

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Konflik etika / Enemy to Lovers / Balas Dendam
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Nuansa dan Angger adalah musuh bebuyutan sejak SMA. Permusuhan mereka tersohor sampai pelosok sekolah, tiada yang luput untuk tahu bahwa mereka adalah dua kutub serupa yang saling menolak kehadiran satu sama lain.

Beranjak dewasa, keduanya berpisah. Menjalani kehidupan masing-masing tanpa tahu kabar satu sama lain. Tanpa tahu apakah musuh bebuyutan yang hadir di setiap detak napas, masih hidup atau sudah jadi abu.

Suatu ketika, semesta ingin bercanda. Ia rencakanan pertemuan kembali dua rival sama kuat dalam sebuah garis takdir semrawut penuh lika-liku. Di malam saat mereka mati-matian berlaku layaknya dua orang asing, Nuansa dan Angger malah berakhir dalam satu skenario yang setan pun rasanya tak sudi menyusun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

(Not) A Goodbye

CTAK!

Angger menekan tombol enter. Perintah penghapusan pun mulai dijalankan. Bar hijau di layar bergerak pelan dan sesekali berkedip. Angka persentase di bagian akhir bar bertambah sedikit demi sedikit, memberikan waktu yang cukup untuk membatalkan rangkaian prosesnya.

Di samping, Nuansa menunggu tidak sabar. Matanya melirik layar dan jemari Angger bergantian. Khawatir pria itu akan berubah pikiran.

Selama menunggu proses penghapusan selesai, hening menguasai keadaan. Pandangan dua anak manusia itu tertuju hanya pada layar laptop dengan isi pikiran berbeda. Angger tampak tenang dan wajahnya datar, wajar karena bukan nasibnya yang sedang dipertaruhkan. Sementara Nuansa? Dia seperti sedang menunggu hasil vonis pengadilan.

Bar hijau masih terus bergerak. 47%. 48%. 49%. Nuansa menggigit bagian dalam pipinya, kebiasaan buruk yang muncul setiap kali merasa cemas. Tangannya mengepal sampai buku-buku jarinya memutih. Kakinya terus bergerak tanpa sadar.

Angger sendiri tetap pada posisi duduknya yang santai. Punggungnya bersandar, satu kakinya menyilang di atas kaki yang lain, dan jemarinya sesekali mengetuk permukaan meja, mengikuti irama yang muncul di kepalanya. Ia melirik Nuansa sesekali, menyadari kegelisahan yang mengungkung sang gadis.

Sampai kemudian saat muncul notifikasi: Files successfully deleted di layar, Nuansa menghela napas lega.

"Lo yakin nggak ada salinan lain?" tanyanya memastikan.

Jujur saja, masih ada kecurigaan meski Angger sudah mengatakan bahwa rekaman di laptop itu adalah satu-satunya yang tersisa, tidak ada lagi salinan yang disembunyikan di mana pun. Dunia mereka kejam. Hal sekecil apa pun bisa dijadikan senjata untuk saling menjatuhkan. Apalagi semua rekaman itu penuh berisi kesalahan Nuansa saja, tanpa sedikit pun akan merugikan Angger andaikata dirilis ke publik.

Jangan sampai tiba-tiba Angger menusuknya dari belakang. Kejadian ini sudah membuatnya kalah telak, amit-amit kalau Angger bisa mendapatkan keuntungan dari sini.

"Why don't you believe me, Kertapati?" balas Angger seraya melipat tangan di depan dada.

Nuansa memutar bola mata malas. "Whi din't yi biliv mi, Kirtipiti?" ujarnya mengikuti ucapan Angger dengan nada mengejek. "Lo nggak pernah diajari sama orang tua lo buat nggak mudah percaya sama siapa pun, in this fucking world?" imbuhnya.

"Nah," sahut Angger, bahunya mengedik. "My mom told me just not to hurting someone's heart. Dia takut anaknya kena karma."

Nuansa tersenyum miring. "Your mom is too naive. Hebat juga bisa bertahan di dunia kita dengan pemikiran kayak gitu."

Angger tidak menyahut dan hanya terdiam selama beberapa saat. Ekspresinya tidak berubah, tapi ada sesuatu yang sekilas muncul di matanya, lalu menghilang. Kemudian, dia bangkit dan menyelipkan tangan kirinya ke dalam saku celana.

"Get up, I'll drive you home."

Nuansa menggeleng. "No," tolaknya. "Pinjemin gue hape lo, gue mau minta asisten gue buat jemput aja."

Sesaat, Angger menatap Nuansa. Sorot matanya penuh pertimbangan, seperti mengukur apakah membiarkan Nuansa pulang sendiri akan lebih menguntungkan. Lalu kepalanya mengangguk. Dia berjalan ke nakas, kemudian menyambar ponselnya yang tergeletak di sana untuk diberikan kepada Nuansa.

Nuansa menerima ponsel tersebut. Jemarinya langsung mengetuk layar ponsel dua kali. Layar menyala dan permintaan untuk memasukkan passcode muncul di sana.

"298819."

Mata Nuansa dipenuhi tanda tanya, alisnya naik sebelah. Namun jemarinya tetap bergerak memasukkan enam baris angka yang Angger sebutkan. Kunci berhasil dibuka. Layar home screen muncul dengan wallpaper polos berwarna hitam. Tidak heran. Melihat personality Angger, malah aneh jika wallpaper ponselnya warna-warni.

Nuansa mengetikkan beberapa angka seraya berkomentar, "Why don't you just help me with the face ID?" Tidak mengerti kenapa Angger repot-repot memberitahu passcode yang sifatnya rahasia, daripada langsung saja membukakan ponselnya dengan sistem pengenalan wajah.

"I don't use face ID," sahut Angger.

Kepala Nuansa terangkat, tanda tanya makin banyak memenuhi sorot matanya. Alisnya mengernyit dan bibirnya sedikit terbuka.

"Kenapa?" tanyanya, lolos begitu saja. Seperti sebuah pertanyaan template yang tidak perlu repot-repot disiapkan sebelumnya.

"Nggak suka aja."

Jawaban yang terlalu tidak masuk akal, setidaknya bagi Nuansa. Bagaimana mungkin seseorang memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hanya karena tidak suka?

Tapi ya sudahlah, Nuansa tidak ingin repot memikirkan alasan sesungguhnya mengapa Angger enggan menggunakan face ID padahal lebih praktis. Panggilan yang ditujukannya kepada sang asisten juga sudah mulai terhubung, nada tunggu terdengar meski tidak dinyalakannya loud speaker.

"Hello, spada, this is Amy speaking. Who am I talking with right now?"

Asisten pribadinya menjawab panggilan setelah beberapa detik. Menyambutnya dengan sapaan bahasa Inggris yang aksennya aneh.  Nuansa hanya lega setidaknya grammar-nya benar, jika pun ada yang salah, paling tidak masih bisa dimengerti.

"Pick me up," tembaknya langsung.

Sang asisten memekik begitu mendengar suaranya. "Where are you?! Eyke cari yey dari semalam, hape yey nggak bisa dihubungi!"

Nuansa melenguh jengah. Kepalanya pusing mendengar teriakan melengking sang asisten di seberang sana.

"Jangan banyak omong dan nggak usah teriak-teriak," katanya. "Jemput gue sekarang, I'll send you the location."

"Tapi yey belum jelas—"

Bip.

Nuansa sudah terlalu pusing. Jemarinya menekan tombol merah di layar tanpa ragu. Mendengarkan ocehan Amy hanya akan membuat pikirannya makin rungsing. Dia tidak punya energi untuk itu sekarang.

"Where is the coffee shop nearest here?"

"Lima ratus meter dari sini."

Nuansa mengangguk. "Please send the location to my personal assistant. Biar dia jemput gue di sana."

Angger menurut. Begitu ponselnya dikembalikan, jemarinya lincah mengirimkan lokasi coffee shop terdekat ke nomor yang baru saja dihubungi oleh Nuansa.

"Done."

"Thanks."

Nuansa mengakhiri obrolan di sana. Gerakannya cepat dimulai dari mengambil hand bag dan ponselnya yang rusak dari nakas tempat Angger mengambil ponsel sebelumnya, lalu melenggang keluar. Langkahnya cepat dan tanpa ragu. Tidak ada acara pamitan. Tidak ada senyum basa-basi. Tidak ada kontak mata terakhir. Dirinya mempertegas kesan bahwa ini adalah kali pertama dan terakhir akan menginjakkan kaki di sini. Tangannya sudah memegang gagang pintu, siap membukanya.

"Do you want me to drop you there?" Angger menawarkan.

"No."

Nuansa menjawab singkat. Gagang pintu ditarik dalam sekali sentakan. Angger juga tidak berusaha membujuk lebih jauh. Tidak ada "are you sure?" atau "it's not that far" atau apa pun itu. Pria itu hanya diam, berdiri di posisi terakhinya, menyaksikan Nuansa berjalan menjauh.

Siang itu mereka berpisah di sana, dibatasi pintu kamar Angger yang langsung kembali tertutup otomatis setelah tubuh Nuansa menghilang di baliknya. Bunyi klik pelan terdenga dan semuanya selesai.

Itu pikir mereka. Karena... siapa yang bisa menolak jika semesta sudah menentukan?

Bersambung....

1
irish gia
lanjutttt
irish gia
baik banget sih angger..segitunya jagain nuansa
irish gia
siapakah dia
irish gia
hmmm...
irish gia
kalo himil..cerita end..nuasa pasti dipaksa kiwin sama angger
irish gia
ngakak
Zenun
cuti tiga bulan aja.
Hamil dulu tapi😁
Zenun
Masih belum bisa menjudge kalau Han Jean orang jahat
Zenun
Nuansa main asal tuduh aja nich🤭
nowitsrain: Pokoknya Angger yang salahhh
total 1 replies
Zenun
foto apan tuch?
nowitsrain: Foto xxx
total 1 replies
Zenun
mungkin dia pura-pura😁
nowitsrain: Emaknya Angger ituuuuu
total 1 replies
Zenun
Aku tahu, dalangnya adalah Han Jean
nowitsrain: Omo omo
total 1 replies
Zenun
Kira-kira siapa ya yang sedang mengincar Nuansa🤔. Apa mungkin Han Jean🤭
nowitsrain: Adalah aku ☝️
total 1 replies
Zenun
ke aku sini😁
nowitsrain: Hmmm seperti jurus silat ciat ciatt
total 3 replies
Zenun
mengcurigakan
nowitsrain: Hehehe
total 1 replies
Zenun
tapi udah kesentuh dalam-dalam
nowitsrain: T-tapi kan, Nuansa duluan 😭😭
total 1 replies
Zenun
Bekas Han Jean ngapelin nyang onoh kali😁, terus naronya asal-asalan karena Nuansa datang
nowitsrain: Upssss
total 1 replies
Zenun
Ini mah Fix, balon yang dipake Angger itu bolong
nowitsrain: Enggak kok... rill tidak
total 1 replies
Zenun
ada wanita lain kali😁
nowitsrain: Hehehe
total 1 replies
Zenun
aki-akinya ngemong, gak ikutan ngereog😁
Zenun: wkwkwkwk
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!