Setelah terpeleset di kamar mandi, Han Sia, gadis modern abad 25, terbangun di tubuh Permaisuri Han Sunyi tokoh tragis dari novel yang dulu ia ejek sebagai “permaisuri paling bodoh”.
Kini terjebak di dunia kerajaan kuno, Han Sia harus berpura-pura sebagai permaisuri yang baru sadar dari koma, sambil mencari cara untuk bertahan hidup di istana penuh intrik dan penghianatan. Namun alih-alih pasrah pada nasib, ia justru bertekad mengubah sejarah. Dengan kecerdasan modern dan lidah tajamnya, Han Sia siap membalikkan kisah lama dari permaisuri lemah menjadi wanita paling berkuasa dan akan membuat mereka semua menyesal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Sudah geli aku lihatnya... Jadi kenapa kamu panggil aku?" tanya Han pada Lin
"oh iya lupa.... Ini Han... Aku mau kamu baca buku ini karena ini sangat sangat menjengkelkan, tapi juga bikin penasaran,,, aku mau kamu baca ini jangan sampai lupa" ujar Lin lalu berlalu pergi begitu saja
"Gila.... Dia ini kenapa .... Masak aku di suruh baca buku ginian, novel lagi yang benar saja" kesal Han tapi tetap menerima buku itu dan tidak membuangnya.
Sesampainya dirumah Han Sia, ia lalu masuk rumah minimalisnya, ia tinggal sendirian di rumah, karena sejak bayi ia adalah anak panti asuhan yang di temukan di depan panti itu
Setelah selesai membersihkan diri ia langsung menuju tempat tidurnya ingin beristirahat...
Han sia sudah berusaha tidur tapi tetap tidak bisa karena selalu kepikiran denan buku yang di berikan oleh sahabatnya. Karena kesal akhirnya Han sia pun bangun dan mengambil buku itu lalu membaca nya
Lembar demi lembar ia baca, expressiny berubah - ubah saat membaca cerita itu namun tiba tiba
"brukkkk" buku itu di banting di kasurnya
"Buku apa ini, cerita bodoh... Pemeran utama perempuannya terlalu lemah dan terlalu baik. jika aku jadi dia sudah aku tendang dan aku hajar saat dia menghinaku bukanya menangis hingga tidak sadarkan diri" kesal Han sia
Lalu ia tidur meninggalkan bukunya tanpa di baca lagi.
---
Hari hari berlalu setiap hari walau kesal dengan buku itu tapi anehnya Han sia justru membaca buku itu setiap malam sampai buku itu tamat.
"Akhirnya tamat juga ini buku bodoh, aku sangat kesal dengan Han sia dan sialnya nama itu mirip namaku, siapa yang buat buku ini aku mau minta revisi ulang jalan ceritanya" kesal Han sia
Keesokn paginya ternyata Han sia kesiangan ia buru buru ke kamar mandi.
"Ya ampun aku kesiangan... Ini pasti gara-gara buku bodoh itu aku jadi terlambat" ujarnya lalu lari ke kamar mandi tapi sialnya saat ia masuk tidak lihat ada sabun yang berceceran di lantai kamar mandinya.
Telapak kakinya menginjak sabun cair yang tumpah. Sekejap tubuhnya tergelincir ke belakang
“bruk!”
Diikuti suara keras “duk!” saat kepalanya menghantam lantai. Setelah itu, hanya terdengar suara dengungan ... dan keheningan, gelap.
...****************...
Sedangkan di dunia lain terlihat tepatnya di kerajaan Hui, saat ini sudah berlalu begitu cepat, sudah lima bulan dari waktu permaisuri Han Sunyi tidak sadarkan diri.
Sang raja Hui hanya sesekali datang hanya untuk melihat sekilas itupun hanya tiga kali dalam lima bulan ini.
Karena raja Hui sedang dalam masa bahagia dengan hamilnya selir wei yang ingin terus di perhatikan.
Rakyat pun seperti lupa dengan keberadaan permaisuri Han selama lima bulan ini. Ketiga dayang Han Sunyi lah yng masih setia menunggu dan merawat nya dengan harapan permaisuri mereka bisa bangun lagi.
Dan sepertinya harapan mereka akan terkabul, di saat mereka sedang memandangi permaisuri Han Sunyi dengan tatapan sedih tiba tiba mereka di kejutkan dengan bangunnya Han Sunyi secara tiba tiba.
Angin tiba-tiba berputar di dalam kamar, membuat tirai sutra bergoyang lembut. Lentera di sudut ruangan yang hampir padam, tiba-tiba menyala kembali dengan cahaya keemasan yang hangat.
Tubuh di atas ranjang besar itu tersentak keras. Napasnya tertahan, dada naik-turun dengan cepat.
“Haaah!”
Mata yang lama tertutup kini terbuka lebar, memantulkan cahaya keemasan yang menari-nari di irisnya. Aura hangat dan asing segera memenuhi ruangan, membuat tiga dayang yang sedang menjaga di sudut kamar terperanjat dan bangun dengan wajah pucat.
“P–Permaisuri…? A–Anda… Anda bangun?” seru salah satu dari mereka dengan suara bergetar, disusul dua dayang lainnya yang menitikkan air mata haru.
Tubuh di atas ranjang perlahan bergerak. Wanita itu mengerjap bingung, memegang kepalanya yang terasa berat.
“Di… di mana aku?” suaranya serak, namun mengandung kekuatan yang membuat ketiganya menunduk dalam ketakutan dan hormat.
Mereka saling pandang, ragu untuk menjawab. Namun salah satu dari mereka, Nuan, memberanikan diri melangkah maju.
“Yang Mulia Permaisuri, apa Anda baik-baik saja? Apa Anda lupa jika Anda adalah Permaisuri dari Kerajaan Hui… Permaisuri Han Sunyi?” ujarnya hati-hati.
Mendengar nama itu, wanita di atas ranjang membelalak kaget.
“Apa? Kerajaan… apa tadi?” tanyanya cepat.
“Kerajaan Hui, Yang Mulia,” jawab Nuan dengan nada cemas.
Wajah wanita itu pucat, matanya berkeliling ruangan yang asing baginya. Dinding kayu berukir naga emas, tirai berwarna merah marun, serta aroma dupa yang lembut membuatnya semakin bingung.
“Tidak mungkin… ini tidak nyata. Aku… aku ada di dalam cerita ini?” bisiknya dengan suara gemetar.
Tangannya menutupi mulutnya, seolah mencoba menahan keterkejutan yang luar biasa.
“Bukankah ini buku yang tadi kubaca? Han Sunyi, Permaisuri Bodoh yang Tersisih… Ya Tuhan, bagaimana bisa aku masuk ke dalam buku itu?”
Ia memejamkan mata, berusaha mengingat.
“Tadi aku hanya masuk ke kamar mandi… terus kepeleset sabun cair! Apa kamar mandiku punya pintu ajaib sampai aku terlempar ke dunia ini?” keluhnya kesal, menepuk keningnya sendiri.
Dayang-dayang yang ada di ruangan itu saling pandang dengan wajah bingung.
“Yang Mulia… Anda baik-baik saja?” tanya Nuan cemas.
Han Sunyi atau lebih tepatnya, jiwa yang kini menghuni tubuh itu menarik napas panjang.
“Baik-baik saja? Aku bahkan tidak tahu ini abad berapa!” gumamnya lirih.
Namun di dalam hatinya, suara lain berbisik.
"Han Sia… gadis abad dua puluh lima, kini kau terjebak dalam tubuh seorang permaisuri dari masa lampau."
Han Sia menatap bayangan dirinya di cermin perunggu yang berada di sudut kamar. Wajah cantik nan lembut dengan mata yang teduh menatap balik ke arahnya—tapi itu bukan dirinya.
“Ya ampun… ini benar-benar tubuh Han Sunyi, permaisuri bodoh yang dikhinati oleh kaisar dan dihina seluruh istana.” Ia menelan ludah, menatap dirinya sendiri tak percaya. “Apa ini karma karena aku sering menertawakan kisah tragisnya waktu membaca novel itu?”
Namun sebelum sempat tenggelam dalam kebingungannya, suara lembut terdengar di telinganya bukan dari luar, tapi dari dalam pikirannya.
"Kau bukan datang tanpa alasan, Han Sia. Jiwa Permaisuri Han Sunyi telah pergi. Kini tubuhnya menjadi wadah bagi jiwamu, jiwa pilihan yang dikirim untuk mengubah takdirnya."
Han Sia terdiam, bulu kuduknya meremang.
“Jiwa pilihan? Mengubah takdir? Apa aku semacam misi reinkarnasi, gitu?” gumamnya.
Ia menatap langit-langit, lalu tersenyum miring.
“Baiklah… kalau ini memang dunia cerita itu, aku akan memastikan Permaisuri Han Sunyi tidak lagi jadi wanita bodoh seperti di buku. Kaisar brengsek dan selir palsu itu… bersiaplah. Versi baru Han Sunyi telah bangkit.”
Lentera di sudut kamar bergetar kecil, seolah menyambut tekad baru yang lahir bersama jiwa yang terbangun itu.
Bersambung