Theo mengkhianati sahabat serta anak dari keluarga yang sudah menjadikannya keluarga sejak ia usia 7 tahun. Ia berselingkuh dengan Zeva, istri dari Anthon, sahabat Theo. Terlalu sering menolong Zeva dari suaminya yang kasar dan penyiksa, membuat Theo memiliki perasaan pada wanita itu hingga terjadilah hubungan terlarang keduanya. "Aaaaaakh!!! Theooooo, aku mohon bawa aku kabur dan nikahi aku!" -Zeva Auliora "Maafkan aku, Zeva. Aku tidak bisa meninggalkan Anthon dan keluarganya, mereka sudah menjadikanku seperti ini" -Theo James "Zeva akan tetap menjadi istriku meskipun kamu sudah menikmati tubuhnya, aku tidak akan melepaskan wanita itu" -Anthon Stephen Bagaimana kelanjutan cinta segita dengan panasnya hubungan perselingkuhan antara Theo dan Zeva? Apakah Anthon akan menyerahkan istrinya untuk pria lain? Dukung novel ini untuk tetap berkarya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ISTIMEWANYA PUTRA KANDUNG
Zeva menangis tersedu sedu didepan ayah mertuanya. Herjunot melihatnya dengan iba, lalu memeluk istri dari anaknya yang sudah ia anggap putri sendiri.
"Ayah sangat tau dosa Anthon kepadamu, Zeva. Tapi dengan kejadian ini, kamu membuat dirimu sendiri lebih terikat oleh Anthon karena kamu tidak akan bisa meninggalkannya dalam keadaan seperti ini. Kamu yang akan menyesal jika tidak bertanggung jawab dengan meninggalkan Anthon saat ia terbaring lemah tak sadarkan diri" ucap Herjunot yang penuh makna mendalam dan terdengar seperti peringatan untuk Zeva sendiri.
Wanita itu sadar dan melepaskan pelukan Herjunot. Ia pun memahami perkataan ayah mertuanya dan menyeka air mata.
"Iya ayah..aku tau..aku salah.." lirih Zeva.
"Tapi aku sangat mempercayai ibuku, mana mungkin dia menjualku bersama kak Pablo. Meskipun aku tau jika memang kakakku itu yang menjualku kepada Anthon demi perusahaan dan pengobatan ayah dan ibu" lanjutnya.
Herjunot menghela nafas panjang. Ia terlalu kejam jika melihatkan bukti pengkhianatan Gia dan Pablo kepada Zeva secara langsung. Pria ini ingin Zeva mengetahuinya sendiri.
"Kamu terlalu baik untuk ibu dan kakakmu. Maka dari itu, lihatlah lebih dekat siapa mereka sebenarnya. Kamu akan mengetahuinya jika kamu mau menerima tawaranku. Dan saat ternyata apa yang kuucapkan salah tentang ibumu, aku akan merelakan kamu pergi dari Anthon" ucap Herjunot.
Zeva terdiam beberapa saat lalu saat rasa penasarannya mulai muncul, ia pun memberikan jawaban.
"Baiklah, aku akan menerima tawaran ayah" ujar Zeva.
Herjunot tersenyum.
"Keputusan bagus. Kamu akan menjadi Zeva yang lebih kuat setelah ini. Ingatlah, balas dendam terbaik kepada orang yang menyakiti kita adalah menjadi versi terbaik dari mereka. Kalahkan dengan elegan" ujarnya.
Zeva tidak menyahuti dan hanya menunduk sedih.
"Apakah ibu benar benar bekerjasama dengan Kak Pablo?" batinnya tidak percaya.
"Ayah akan membelikan tiket ke London sore ini. Kamu segeralah kesana. Ayah sudah menyiapkan detektif untuk membantumu menemukan kenyataan. Ayah harap, sebelum tahun baru kamu sudah datang kembali kesini dan berada disisi Anthon" ucap Herjunot.
Zeva menatap ayah mertuanya itu dengan perasaan campur aduk, namun ia tetap menganggukkan kepala sebagai tanda akan mengikuti intruksi.
"Oh ya dan satu lagi, Zeva. Ayah ingin kamu tidak bermain belakang dengan Theo di kemudian hari apalagi saat bersama Anthon" minta Herjunot kembali.
"Aku tidak akan bersama pria pengecut seperti dirinya" sahut Zeva yang kini terdengar kesal dan marah.
"Bagus, Theo. Kamu masih bisa mendapatkan wanita lainnya, selain Zeva. Biarkan Zeva bersama Anthon" batin Herjunot puas.
Mendengar hal itu, hanya senyum tipis yang Herjunot berikan kepada Zeva sebagai respon.
Mereka duduk berdua dalam diam beberapa menit sebelum dokter datang untuk mengontrol keadaan Anthon.
Herjunot masuk menemani dokter dan Zeva mengikuti mereka dari belakang.
Saat Zeva masuk, pandangan Bora sudah terlihat sangat tajam penuh ketidaksukaan.
"Tenang, sayang. Zeva akan bersama putra kita. Kamu harus lebih tenang lagi" lirih Herjunot untuk membujuk Bora.
"Aku sangat kecewa padanya" lirih Bora.
"Aku tau, tapi kita harus bisa membuatnya bertanggung jawab dengan bersama Anthon. Mungkin ini hukuman terbaik untuknya" sahut Herjunot dengan nada pelan seperti bisikan.
Zeva berdiri di pojok ruangan dan melihat proses pemeriksaan Anthon.
"Andai aku tidak menerima pernikahan itu, maka aku tidak akan masuk kedalam kesialan ini" batinnya sambil mengepalkan tangan.
Dokter terlihat sudah selesai memeriksa.
"Kondisi pasien sudah lebih normal lagi. Kritisnya sudah terlewati. Kita tinggal menunggu ia sadarkan diri. Nanti sore akan ada pengecekan seluruh tubuh dengan MRI, sehingga kita bisa tau perkembangan didalam tubuhnya pasca operasi" jelas dokter.
"Baik, dok. Terima kasih. Berikan pemeriksaan terbaik untuk putra kami" sahut Herjunot sambil merengkuh pundak sang istri.
Setelah selesai pemeriksaan, dokter dan perawat keluar ruangan. Tinggalah Zeva bersama kedua mertuanya.
"Kenapa kamu masih disini? Pergilah, aku tidak mau melihatmu berada diruangan putraku sebelum ia sadar" celetuk Bora.
"Tenang Bora. Jika kamu marah terus seperti ini padanya, kamu akan jatuh pingsan lagi" tegur Herjunot.
Zeva diam tidak menyahuti namun berjalan mendekat kearah brankar dimana Anthon masih terbaring.
Ia bisa melihat wajah pucat pria itu dengan kepala yang di balut perban putih.
"Apa yang kamu lihat dari putraku yang menderita seperti ini hah? Pergilah Zeva, aku mohon. Aku tidak bisa melihat wajahmu lagi yang tega mendorong putraku dari tangga" ucap Bora dengan tangisan yang kembali mengalir.
Zeva sangat terkejut melihat perubahan Bora kepadanya. Wanita yang sudah ia anggap ibu sendiri dan selalu menbelanya kini berubah menjadi wanita yang membencinya.
"Ibu, ibu adalah orang pertama yang kuharapkan bisa mengerti keadaanku saat ini. Namun harapanku ternyata sirna karena aku tetap orang lain untukmu. Ya..aku tau aku telah menyakiti putra ibu, sekali lagi aku tau dan minta maaf. Jika ibu tidak rela aku berdiri disini, ibu bisa laporkan aku ke polisi aku siap menerima hukuman atas pembelaan diriku sendiri" ucap Zeva berusaha terlihat tegar.
Bora dan Herjunot sedikit terkejut dengan respon Zeva yang berani.
"Kami sepakat tidak melaporkanmu karena urusan ini hanya kesalahpahaman. Kami tau Anthon juga salah, jadi tanpa melibatkan polisi itu lebih baik, Zeva" sahut Herjunot.
"Jika putraku tidak selamat, kamu pun tidak akan bebas semudah ini" lanjut Bora.
Deg!
Bora benar benar menjadi berbeda didepan Zeva.
"Ibu telah berubah" batin Zeva.
"Sudah. Cukup sayang. Jika kamu masih mengatakan hal buruk kepada Zeva, mungkin aku akan melaporkan Anthon ke kantor polisi karena melakukan KDRT kepada menantu kita" ancam Herjunot akhirnya tidak tahan dengan kemarahan sang istri.
Bora langsung terdiam dan memilih duduk lalu mengenggam tangan putranya.
Herjunot berjalan menghampiri Zeva dan memberikan kode pada wanita itu untuk keluar ruangan.
"Pulanglah. Ayah akan menyiapkan semuanya. Nanti kamu akan dijemput oleh asisten yang menemanimu di London. Dia adalah putra sekretarisku dulu di kantor, orang kepercayaanku untuk mengawasi perusahaan diam diam. Karena Anthon tidak ingin sekretaris laki laki, maka aku jadikan dia manager keuangan" jelas Herjunot.
Zeva mencoba mengiyakan saja semua kata ayah mertuanya itu. Saat ini pikirannya berada pada kebenaran dari ibunya.
Ia tidak peduli siapa pria yang akan menemaninya. Ia hanya ingin kesepakatan ini segera menemukan jawabannya.
Setelah Herjunot menjelaskan rencana kepada Zeva, akhirnya wanita itu kembali pulang kembali ke rumah keluarga Galio sambil membawa kopernya menggunakan taxi online.
Sedangkan Theo saat ini sedang dalam perjalanan menuju Locronan dimana perusahaan IT Galio berada dan akan ia tinggalkan.
Sambil mengendari motornya, ia berkata "Aku akan mencari jalanku sendiri agar tidak bergantung dengan keluarga Galio. Jika Zeva bisa memaafkanku karena meninggalkannya saat ini, maka hari itu aku akan merebutnya kembali dari Anthon"