Farah meninggal karena dibunuh. Namun itu bukanlah akhir kehidupannya. Farah diberi kesempatan untuk hidup kembali sebagai siswi bernama Rasti. Siswi yang tidak lain adalah murid di sekolah suaminya bekerja.
Nama suami Farah adalah Yuda. Sudah memiliki dua anak. Hidup Yuda sangat terpuruk setelah kematian Farah. Hal itu membuat Farah berusaha kembali lagi kepada suaminya. Dia juga harus menghadapi masalah yang di alami pemilik tubuhnya. Yaitu menghadapi orang-orang yang sering membuli dan meremehkan Rasti. Sebagai orang yang pernah bekerja menjadi pengacara, Farah mampu membuat Rasti jadi gadis kuat.
Apakah Farah bisa membuat suami dan anak-anaknya mau menerimanya? Mengingat dia sekarang adalah gadis berusia 17 tahun. Lalu bagaimana nasib Rasti yang selalu diremehkan karena bodoh dan berbadan gemuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23 - Siapa Kau Sebenarnya?
Tanpa sepatah kata pun, Yuda tarik tangan Reno. Berusaha menjauhkan anak itu dari Rasti.
"Papah?" Reno kaget. Namun dia pasrah dengan tarikan dari sang ayah.
"Yuda!" Sementara itu Rasti, dia lagi-lagi keceplosan dengan menyerukan nama Yuda. Satu tangannya langsung membekap mulutnya sendiri.
"Kau ini sudan keterlaluan! Lagian kamu Reno! Kenapa kau jalan sama orang nggak dikenal?! Kalau terjadi apa-apa sama kamu gimana?!" omel Yuda.
"Tapi, Pah... Kak Rasti katanya kenal sama Mamah..." ucap Reno lirih. Ia berusaha menjawab walau dirinya merasa ciut.
"Apa?!" dahi Yuda seketika berkerut. Pandangannya segera beralih pada Rasti.
"Kak Rasti bahkan tahu apa yang aku suka karena katanya diberitahu sama Mamah. Makanya aku percaya sama dia," jelas Reno panjang lebar.
Rasti menenggak ludahnya satu kali. Dia takut Yuda menganggapnya orang aneh. Mungkin itulah yang membuat Rasti tidak berniat sama sekali mengatakan siapa jati dirinya. Rasti berencana akan memberitahukan siapa dirinya saat orang benar-benar mengenalinya.
"Kebetulan aku anak teman dekatnya istrimu, Yu-- eh! Maksudku, Pak..." ungkap Rasti tergagap. Ia mencoba berlagak seperti seorang murid bicara pada gurunya.
Yuda memutar bola mata jengah. Sepertinya dia punya banyak hal untuk disampaikan pada Rasti. Namun sebelum itu, Yuda menyuruh Reno terlebih dahulu untuk masuk ke mobilnya.
Usai menyuruh Reno pergi, Yuda mengajak Rasti bicara empat mata.
"Apa sebenarnya maumu, hah?! Di sekolah kau sering berbuat ulah padaku! Dan sekarang di luar sekolah?! Apa kau suka padaku?!" timpal Yuda dengan nada penuh penekanan. Dahinya berkerut dalam, menatap Rasti dengan perasaan sebal.
"Bukan begitu, Pak... Aku hanya ingin membantu..." Rasti menundukkan kepala. Jujur saja, dia tak pernah melihat Yuda marah begitu.
"Membantu? Apa maksudmu?!"
"Sikap Pak Yuda berubah sekali saat istrinya meninggal. Jadi aku ingin mencoba menghibur. Apalagi aku juga kenal sama istrinya Pak Yuda. Dia baik banget. Dia juga cerita banyak hal tentang Bapak," ucap Rasti
Semburat penuh amarah, perlahan memudar dari wajah Yuda. Ia kini merasa penasaran. Terlebih Rasti menyinggung perihal dirinya dan mendiang Farah.
"Banyak hal? Memangnya istriku cerita apa tentangku?" tanpa sadar, pertanyaan itu dilemparkan oleh Yuda.
Rasti tersenyum lebar. "Pokoknya banyak. Dari mulai kebiasaan Bapak yang tidurnya suka tengkurap, terus suka ngemut kulit kacang, dan--"
"Tunggu, tunggu! Dia mengatakan semua itu padamu?" sergah Yuda. Matanya terbelalak karena tak menyangka Farah akan memberitahu hal sepribadi itu pada orang lain.
"Mungkin Farah merasa nyaman sama aku. Jadi dia cerita banyak hal tentang orang-orang tersayangnya," kata Rasti. Padahal dia sedang membicarakan dirinya sendiri.
Yuda memicingkan mata. Melangkah lebih dekat ke hadapan Rasti. Membuat jantung gadis itu seketika berdebar lebih cepat.
"Siapa kau sebenarnya? Kalau kau mengenal istriku, kenapa tidak dari awal kau menyapaku? Setahuku kau hanyalah gadis pendiam yang penyendiri. Kau bahkan seringkali terdiam saat maju ke depan kelas. Bagaimana kau bisa berubah jadi banyak bicara begini?" Yuda mencecar Rasti dengan banyak pertanyaan.
Rasti sekali lagi menenggak salivanya. Melangkah mundur, seiring pergerakan Yuda yang mencoba memojokkannya. Sampai akhirnya kaki Rasti tak sengaja tersandung batu. Ia terhuyung dan nyaris jatuh. Namun tangan Yuda sigap menahannya. Menarik lengan Rasti untuk kembali berdiri tegak.
Tanpa sengaja, wajah Yuda dan Rasti saling bertemu dalam jarak hanya beberapa senti. Mata keduanya terbelalak bersamaan. Bibir mereka sedikit lagi bersentuhan.
'Astaga! Aku rindu bibir ini!' batin Rasti. Karena dorongan rindu dan hasratnya, dia satukan bibirnya dengan bibir Yuda.
Ati ati yah ,jgn ampe kena jebakan betmen 😁