NovelToon NovelToon
Menantu Sableng Mertua Gendeng

Menantu Sableng Mertua Gendeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Konflik etika / Keluarga / Cinta Murni / Pelakor jahat
Popularitas:146.3k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Ketakwaan dan kebaikan akhlak Zidan membuat Sabrina jatuh cinta kepadanya. Terlebih lagi dia berhutang nyawa kepada pemuda desa itu. Demi menikah dengan Zidan, Sabrina rela menukar dengan dicoret dari daftar nama keluarganya yang kaya raya.

Sifat dan tingkah laku Sabrina yang polos, jujur, dan aneh bin ajaib perlahan membuat Zidan jatuh hati kepadanya. Konsekuensi menikah dengan Sabrina, Zidan dipecat dari kantor perusahaan Jaya Grup milik keluarga Sabrina. Zidan pun pulang ke kampung membawa Sabrina.

Bu Maryam yang benci wanita kota memandang rendah Sabrina, terlebih sang menantu tidak bisa melakukan pekerjaan apa pun. Belum lagi Sabrina sering salah mengartikan ucapannya, membuat wanita paruh baya itu sering emosi.

Tanpa Sabrina dan Zidan sadari ada rahasia dibalik pernikahan mereka. Rahasia apakah itu? Cus, kepoin ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Karena penasaran Zidan menanyakan kepada Bu Maryam maksud Shakila memberinya sarung. Sang ibu sedang menyiram tanaman di halaman depan. Dia pun meminta penjelasan.

"Oh, itu." Lalu Bu Maryam berbisik kepada Zidan.

Betapa malu suaminya Sabrina mendengar penjelasan sang ibu. Dia juga baru paham maksudnya.

"Kamu harus stok banyak sarung buat cucak rowo. Mamah tahu kalian sedang semangat-semangatnya ngadon buat anak. Tapi, sekarang harus tahan diri," ucap Bu Maryam berbisik, takut kedengaran Shakila nanti salah paham lagi.

"I-ya, Mah," balas Zidan dengan muka merah karena malu.

"Apa Mamah sering dengar keributan aku dan Sabrina di kamar," batin Zidan. Pria itu pun pergi ke minimarket yang ada di dekat alun-alun desa.

Selesai mandi Sabrina hendak membantu Bu Maryam memasak untuk makan malam. Namun, semua makanan sudah masak semua.

"Mamah, masak, kok, enggak ajak-ajak aku," kata Sabrina sedih.

"Mamah masaknya sedikit. Jadi, enggak butuh bantuan kamu," balas Bu Maryam. "Kamu buatkan air teh hangat untuk suamimu!"

Wajah Sabrina yang sendu berubah ceria. Dia pun mengambil poci kecil, lalu memasukkan teh dan air panas. 

Zidan pulang membawa belanjaan satu keresek berukuran sedang. Dia membeli banyak cemilan kesukaan Sabrina dan Bu Maryam.

"Kang, beli apa?" tanya Sabrina sambil mengeluarkan isi belanjaan.

Ada beberapa kotak kecil yang berwarna cerah di dalam kresek belanjaab. Benda itu membuat Sabrina tertarik.

"Kang, aku minta ini satu, ya!" Sabrina tersenyum manis sambil mengacungkan kotak yang dikira permen rasa strawberry.

Zidan dan Bu Maryam yang melihat itu berteriak spontan, "Jangan!"

Senyum Sabrina langsung hilang. Dia terkejut dan merasa tidak enak hati karena merasa dimarahi.

"Maaf," ucap Sabrina dengan lirih, lalu kembali memasukan benda itu ke dalam kresek.

Zidan tahu apa yang dirasakan oleh Sabrina. Dia pun memeluknya.

"Neng, itu bukan permen," kata Zidan lembut.

Mata Sabrina berkedip beberapa kali, bola matanya yang bening menatap Zidan, belum lagi ekspresi wajah yang polos. Itu membuat sang suami gemas dan ingin membawanya ke kamar. 

Bu Maryam menghela napas. Punya menantu terlalu polos dan tidak tahu apa-apa. Sampai pengaman pun tidak tahu.

"E ... ini sarung untuk ...." Zidan berpikir sejenak agar Sabrina paham.

"Sarung? Kok, kecil bentuknya?" tanya Sabrina heran.

"Itu sarung spesial," celetuk Bu Maryam dan Zidan mengangguk.

Sabrina terdiam walau dalam hatinya bertanya-tanya. Dia merasa heran serta merasa aneh. Otaknya yang kecil tidak mampu berpikir kenapa ada sarung berukuran kecil.

"Nanti, Neng akan tahu," bisik Zidan.

"Asyik. Kenapa tidak sekarang saja, Kang?" Sabrina bertepuk tangan senang, senyum manisnya kembali menghiasi wajahnya.

"Tanggung sebentar lagi Maghrib. Nanti kalau sudah selesai solat Isya, akan akang kasih tahu," balas Zidan.

Bu Maryam menggelengkan kepala. Dia harus menutup telinga agar bisa tidur nyenyak.

***

Sabrina berjalan memasuki toko sambil membawa rantang berisi nasi dan lauk pauk untuk makan siang Zidan dan pegawai toko. Tangan kanannya memegang payung berukuran kecil berwarna pink. Karena hari ini matahari begitu terik.

"Kang, ayo, makan siang dulu!" ajak Sabrina setelah menata rantang di atas meja.

Mereka makan secara bergiliran karena harus melayani pembeli. Terkadang Sabrina ikut melayani ketika banyak pembeli.

"Kang, kata Mamah mau ikut liburan bareng warga ke pantai, enggak? Kalau mau ikut akan didaftarkan. Kalau enggak harus konfirmasi ke Bu RT," ucap Sabrina setelah selesai makan.

"Neng, mau ikut? Kalau mau daftar saja," balas Zidan bertanya balik.

"Kalau Neng, mah, terserah Akang. Kalau Akang ikut, ya, Neng ikut. Kalau Akang enggak ikut, Neng juga enggak mau ikut," jawab Sabrina.

"Kenapa?" tanya Zidan menahan tawa.

"Kalau enggak ada Akang pasti tidak akan rame," jawab Sabrina. "Selain itu kalau nanti aku bertengkar sama orang lain yang suka julid, siapa yang akan memisahkan?"

Zidan mengusap kepala Sabrina. Dulu, sang istri pernah memarahi Ceu Romlah yang julid kepadanya. Lalu, pernah menjambak rambut Ceu Edoh yang sudah memfitnah Bu Maryam.

"Kalau begitu ikut saja. Sekalian anak anak-anak—pegai toko—biar sekalian akang yang bayar biayanya," kata Zidan.

Para pegawai toko bersorak senang. Walau cuma liburan sehari bisa membuat suasana hati menjadi lebih baik, tidak penat.

"Kang, Neng pulang dulu, ya? Mamah ajak ke salon. Katanya mumpung ada diskon mau creambath," ucap Sabrina sambil mencium tangan Zidan.

"Hati-hati di jalan. Jangan simpang sana simpang situ. Harus langsung pulang!" titah Zidan.

Takutnya kejadian seperti beberapa waktu lalu. Sabrina masuk ke rumah yang sedang mengadakan acara arisan, dikiranya ada tawuran atau KDRT di rumah itu karena ramai. Dengan polosnya istri Zidan menelepon polisi. Malah, semakin ramai warga kampung karena kedatangan polisi.

"Siap, Akang ku Sayang!" Sabrina mencium pipi Zidan.

Dengan langkah riang sambil memakai payung kecil khusus anak kecil, Sabrina menelusuri jalan perkampungan. Suasana terik matahari yang terasa membakar kulit, tidak membuatnya berlari atau berteduh di tempat yang teduh, karena dia sudah punya janji dengan ibu mertua.

Terdengar bunyi klakson yang nyaring. Tentu saja Sabrina terkejut dan segera menjauh dari bibir jalanan beraspal.

Mobil berhenti di depan Sabrina. Mata istri Zidan terbelalak karena mengenali kendaraan itu. Mendadak wajah Sabrina panik. Dia pun segera membalikkan badan untuk kabur.

***

1
Lia Fitria
Betul sekali
Lia Fitria
🤮🤮
Lia Fitria
Ulat Keket datang
Lia Fitria
Mantap Bu Maryam.Ini hasil didikan mantu kesayangan & besan pun mendukung 🤭🤭
Lia Fitria
Kenapa mesti marah kan kalian sudah bercerai 😡😡
Lia Fitria
Sabrina kasihan pelaminan nya ga ada pasangan pengantin nya ?
Nanti kalau ada tamu yang mau kasih selamat gimana ?
Lia Fitria
Kalau mau minta kado langsung bilang saja minta apa Sabrina pasti langsung d ACC bos batu bara 🙂🙂
Lia Fitria
Itu lebih baik Bu Maryam & Bu Martha.Dari pada ikut menyahuti hehehe..
Lia Fitria
Sabrina Sabrina masa mama mertua mu seperti barang saja limited edition 😆😆ada" saja kamu ini 🤦🤦
Lia Fitria
Tepat sekali tebakan mu Sabrina
Happyy
👊🏼👊🏼👊🏼
Happyy
💖💖💖
Happyy
😚😚😚
Yuliana Tunru
ayo thorr buat erik segera pdkt ya soal ngajibdan sholat bisa sambil belajar berdua biar tambah bahagia erik x
Nar Sih
siip kak santi ,aku setujuu banget dgn sabrina moga bu maryam bnr,,jodoh nya pk erik biar si mantan suami panass
Nar Sih
ya ampun sabrina ...hahaha tingkah mu bnr ,,bikin yg bca ngakak sendiri😂😂
Purnama Pasedu
masih di suruh ngaji bukan hafalin surah ya neng
Tiah Fais
lanjut
Tiah Fais
lanjut
Fitria Arifianto
gass thorrr supaya bu maryam dapet yg lebih baik & top markotop😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!