NovelToon NovelToon
DENDAM SANG TERKHIANATI

DENDAM SANG TERKHIANATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Kala Azure adalah seorang kapten agen rahasia legendaris yang ditakuti musuh dan dihormati.

Namun, karier cemerlangnya berakhir tragis, saat menjalankan operasi penting, ia dikhianati oleh orang terdekatnya dan terbunuh secara mengenaskan, membawa serta dendam yang membara.

Ajaibnya, Kala tiba-tiba terbangun dan mendapati jiwanya berada dalam tubuh Keira, seorang siswi SMA yang lemah dan merupakan korban bullying kronis di sekolahnya.

Berbekal keahlian agen rahasia yang tak tertandingi, Kala segera beradaptasi dengan identitas barunya. Ia mulai membersihkan lingkungan Keira, dengan cepat mengatasi para pembuli dan secara bertahap membasmi jaringan kriminal mafia yang ternyata menyusup dan beroperasi di sekolah-sekolah.

Namun, tujuan utamanya tetap pembalasan. Saat Kala menyelidiki kematiannya, ia menemukan kaitan yang mengejutkan, para pengkhianat yang membunuhnya ternyata merupakan bagian dari faksi penjahat yang selama ini menjadi target perburuannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sidang Komite Kala

Keira menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian yang terasa jauh. Ia mencoba mengangkat dagunya yang awalnya terkulai lesu.

"Besok Ayah disuruh ke sekolah," katanya, suaranya sedikit gemetar di awal. "Aku ... mungkin akan kena masalah, tapi Ayah tenang aja, Yah. Aku tidak melakukannya dengan sengaja."

Nada suaranya yang awalnya lesu tiba-tiba berubah, penuh dengan penekanan kuat mencoba meyakinkan ayahnya.

Larisa melihat keraguan yang masih membayangi Keira. Ia tahu ia harus menceritakan semuanya.

"Begini, Paman," sela Larisa, mengambil alih penjelasan. "Besok sekolah akan mengadakan rapat komite untuk Keira."

Larisa menghentikan kalimatnya untuk menarik napas. "Audrey jatuh dari lantai tiga gedung, dan mereka menuduh Keira pelakunya."

Dalam sekejap, suasana di sudut toko itu menjadi sunyi senyap, hanya menyisakan suara gemuruh di telinga Marvin.

Tangan Marvin perlahan terentang, meski gemuruh dalam hatinya belum sepenuhnya hilang.

"Tunggu, Keira ... kamu benar-benar tidak terluka, kan? Dan apa mereka menindasmu?" tanya Marvin, suaranya tercekat tapi tetap tenang.

"Aku baik-baik saja. Dan mereka tidak akan bisa menyentuhku kali ini."

Namun, di balik ketenangan Keira yang palsu, sorot mata Marvin menyiratkan ketakutan yang luar biasa. Ketakutan akan masa lalu yang ia sembunyikan jauh di dalam hatinya.

Marvin menarik napas dalam-dalam, mendesah pelan, lalu mencondongkan tubuh ke depan sambil memegang tangan Keira.

"Baiklah. Ayah akan datang. Jangan khawatir. Ayah akan melakukan pembelaan terbaik untukmu."

"Terima kasih, karena Ayah telah mempercayaiku."

Marvin menopang dagunya, membiarkan tatapannya tertuju pada sang putri.

Beberapa hari terakhir ini, Keira diselimuti keanehan yang lembut. Sikapnya menjadi lebih hangat, seolah es tebal yang telah membekukannya selama bertahun-tahun mulai mencair. Namun, kehangatan itu terasa asing.

Marvin masih ingat Keira yang dulu. Gadis kecil yang ceria, periang, dan penuh perhatian. Semua sifat baik itu telah terkubur sejak ia cerai dengan ibu Keira. Putrinya berubah menjadi sosok yang pendiam, dingin, dan acuh tak acuh, puncaknya ketika sang ibu memutuskan untuk menikah lagi.

Di sampingnya, tangan Keira tergenggam erat. Mata penuh kekhawatiran itu menatapnya lurus, rapuh namun penuh harapan.

"Tentu saja, Sayang," suara Marvin terdengar mantap dan menenangkan. "Ayah paling tahu seperti apa anak-anakku. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu."

Napas Keira yang tertahan akhirnya meledak karena lega.

Dalam tatapan Marvin yang menenangkan, ia menemukan kekuatan. Keyakinan ini adalah modal terbesarnya. Sekarang, ia hanya perlu menemukan bukti yang mematahkan tuduhan mereka, yang rasanya mustahil, mengingat ia harus melawan kesaksian Violeta yang licik.

Setelah diskusi selesai, Larisa berpamitan dan pulang. Keira mengantarnya sampai pintu.

"Aku pulang dulu, Kei. Besok aku janji, aku pasti bantu kasih tahu mereka kalau kau nggak salah," kata Larisa, matanya berbinar-binar penuh tekad.

"Terima kasih banyak, Ris. Kau sudah bersusah payah membantuku," jawab Keira, suaranya terdengar lemah, diliputi rasa terima kasih yang tulus.

"Baiklah, Kei. Ya, aku duluan, ya."

Larisa melambaikan tangannya, perlahan berjalan menjauh, membawa siluetnya menjauh dari rumah.

Keira masih berdiri, menatap punggung temannya yang menghilang di kegelapan malam.

Napas panjang tercekat di dadanya, terasa lebih ringan. Keyakinan Ayah Marvin adalah satu-satunya pertahanannya saat ini. Selebihnya, biarlah ia hadapi sendiri.

Ketika ia berbalik, ia melirik rumah yang terasa sunyi. Ia lalu melangkah masuk ke dalam bangunan yang membuatnya merasa nyaman.

*

*                                                                                 

Siang itu Keira dan Marvin sang ayah sudah berada di dalam ruangan untuk mengikuti sidang komite. Suasana di dalam ruangan cukup tegang.

Meja kayu berwarna coklat tua itu terasa sangat dingin di tengah ketegangan yang menguap. Para guru dan beberapa anggota komite lainnya sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Tatapan mereka tajam ke arah Keira seolah tengah menghakiminya.

Meja bundar di tengah-tengah mereka seakan menjadi saksi bisu bagaimana keheningan terasa begitu tebal hingga rasanya sulit untuk bernafas.

Ketegangan itu pecah ketika Nicholas, ayah Audrey sekaligus ketua komite, meletakkan gelas kopinya di atas meja dengan bunyi klak yang terlampau keras. Semua mata spontan menoleh ke sumber suara.

"Jelaskan kenapa kau mau membunuh anakku?" Nicholas bertanya tanpa basa-basi, tanpa jeda, tanpa kesempatan.

Seketika Keira tercengang dengan pertanyaan menohok itu. Ia seakan tak di beri kesempatan untuk menjelaskan justru dengan terang-terangan menuduhnya. Kedua tangan Keira mengepal kuat di atas meja, kuku-kuku jarinya memutih karena tekanan.

"Semua saksi bilang kau memang sengaja melakukannya. Apa kau gak tau kosekuensnya jika melakukan kejahatan seperti itu?" timpal kepala sekolah, matanya menyipit sebelah seolah tengah menilainya negatif yang terang-terangan. "Dulu kau anak yang pendiam dan penurut, kenapa sekarang jadi seperti ini Keira?"

Keira semakin geram. Ia langsung bangkit dari kursinya menatap mereka tajam. Namun, saat hendak membuka mulutnya ayah Marvin meraih tangannya, menariknya perlahan, meminta Keira untuk tetap tenang.

Keira yang awalnya penuh amarah yang mengebu-gebu perlahan mereda, ia kembali duduk di kursinya tapi api di matanya belum padam.

Marvin menyandarkan punggungnya. Seulas senyum tipis, penuh cibiran, terukir di sudut bibirnya. Matanya memindai wajah-wajah di depannya dengan tatapan penuh penilaian, seolah mengukur dan menimbang bobroknya sistem pendidikan di sekolah ini.

"Lucu," katanya singkat, nada suaranya datar namun menusuk.

Kedua tangannya bertaut di atas meja memancarkan otoritas mutlak. "Kalian semua bahkan tidak bertanya apa yang sebenarnya terjadi, tapi sudah memberikan lebel pembunuh. Apa kalian ini seorang pengajar? Bahkan seorang polisi pun tak akan langsung mengatakan hal itu, apa lagi Keira masih anak di bawah umur."

Seketika pernyataan Marvin memantik amarah Nicholas. Bahkan semua orang di dalam ruangan itu tampak tak setuju dengan pernyataan Marvin, dengan begitu, mau bagaimanapun Marvin mencoba melakukan pembelaan terhadap putrinya semua akan tampak sia-sia.

"Heh, semua saksi mengatakan anak Anda itu memang sengaja mendorong putriku. Kalian gak tau siapa aku, aku bisa buat putrimu itu masuk penjara, tau!" pekik Nicholas, nadanya tajam penuh ancaman.

Memua orang mengangguk seakan setuju dengan pernyataan Nicholas.

Nicholas menyentakkan kedua tangan di meja, giginya terkatup rapat. "Hanya saja, dia beruntung karena masih di bawah umur, tapi ingat, dia tetap akan dapat hukuman berat. Dia akan di keluarkan dari sekolah dan di cap sebagai seorang pembunuh dengan reputasi buruk, hingga aku pastikan gak akan ada sekolah elit yang mau menerimanya."

Jordan selaku kepala sekolah hanya bisa mengangguk-angguk setuju begitu pun guru yang lain. Bahkan mereka tak pernah memberikan kesempatan untuk Keira menjelaskan. Keira tahu itu memang rencana mereka sejak awal.

"Dan juga," lanjut Nicholas, suaranya kini terdengar seperti pemerasan, "Anda harus bayar seluruh biaya pengobatan putiku sampai dia kembali sehat seperti semula, jika kalian menolak aku akan bawa ini ke pengadilan dan memenjarakan anakmu bagaimana pun caranya."

BRUAK!

Meja kayu itu bergetar hebat. Marvin menggebraknya dengan kekuatan penuh, membuat semua orang terperanjat kaget. Tubuhnya menegang, sorot matanya tajam mematikan, menantang setiap orang di sana.

"Kalian mau seenaknya, dan bahkan memeras kami, hah?!" cecar Marvin. Ia bangkit dengan gerakan spontan, membuat kursinya terpelanting ke belakang.

"Kalian pikir dengan kalian orang berada bisa seenaknya? Tanpa keterangan dari pihak putriku, tanpa bukti yang kuat, kalian semua memutuskan semuanya secara sepihak. Ini ... jelas-jelas hanya permainan bodoh kalian!"

1
ɑׁׅ݊ꪀꫀׁׅܻ݊tׁׅɑׁׅ
hati² kei jngn mudah percaya sm orang, belajar dari pengalaman bahwa sedekat apapun kita sm seseorang tidak menjamin dia tidak menusuk dari belakang
ɑׁׅ݊ꪀꫀׁׅܻ݊tׁׅɑׁׅ
pantas saja kala diburu ternyata dia memegang kunci rahasia kebusukan orang² di pemerintahan dan komplotannya , yang suatu saat akan menjadi boom waktu yang siap meledak menghancurkan mereka
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©🦐
wahh betul tuhh zero
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
astaghfirullah, astaghfirullah dunia mulai bobrok
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
wkwkwk sekolah seperti itu juga ada kasta nya 🤦‍♀️
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
ya Alloh gurunya juga seperti itu, gak ada wibawa
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
anak SMA bicara nya seperti mafia 🤦‍♀️
🏡s⃝ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
jujur di daerah ku belum pernah mendengar sekolah seperti itu, sekolah tanpa peraturan
WDY
gak diRL gak di novel ternyata musim pembulian ya.
WDY
Lah yang mulai dulu siapa. Kesihan kiera ya kena
Meee
Penasaran gebrakan apa lagi yang bakal Keira lakuin. Semangat-semangat!
Meee
Dari nama kontaknya sih, enggak keliatan kayak dua orang bermusuhan yang mau duel, ya 🤭 hayooo ada apaaa
Dew666
👄👄👄👄👄
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
weh sekolah apa nih 🤭
btw gimana kabar sekolah lama keira thor, penasaran sama gebrakan keira membuka aib sekolah lamanya😂
Its me
jadi Keira yang memasukkan orang ke dalam koper. yah, untung selamat, kalau orang itu Mati pasti Keira akan merasa bersalah seperti ayahnya.
Its me
Keira semangat ya
apakah dia ketemuan sama pahlawan merah
D'Mas0712
bertemu siapa tuh? apa temannya dulu?
D'Mas0712
wah .. suka aku sama ayah seperti marvin..
Addb_Rh
keira.. bersiaplah.. pembalasan sakit mu akan di mulai.. ayo kala! you're strong woman.
Addb_Rh
pahlawan merah, jangan lari ke palang merah ya.. beda soalnya, problemnya😌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!