Melarikan Diri Dari CEO Posesif
Di sebuah apartemen, di kawasan elit ibu kota. Para penghuni apartemen memiliki beragam profesi. Bahkan banyak selebriti atau model yang tinggal di tempat ini. Akses satu pintu dan keamanan yang terjamin, menjadikan tempat ini hanya bisa dimasuki dengan akses khusus.
Malam ini belum larut, jam masih menunjuk angka sembilan. Jalanan juga masih padat, bahkan kehidupan malam ibu kota baru saja di mulai.
Seorang gadis muda terlihat turun dari taksi online, dia mengibaskan rambut panjangnya yang sehitam langit malam. Terdengar helaan nafasnya yang berat melepas lelah. Wajah cantiknya bersinar tertimpa cahaya lampu. Dia berpapasan dengan beberapa orang yang keluar masuk loby apartemen. Namun, semua hanyalah orang asing, hingga tidak mencipta tegur dan sapa.
Kakinya langsung melangkah menuju lift. Sudah ada dua orang di dalam sana, dia tidak memperhatikan, lebih memilih dinding lift sebagai pelarian matanya memandang. Terdengar obrolan dua orang di sebelahnya, seperti sepasang kekasih yang sedang becanda penuh cinta.
Gadis itu pun tak perduli, dia hanya diam sambil menunggu lift bergerak naik.
Gadis cantik bertubuh mungil itu adalah Viola Daisyra, sudah lebih dari setahun dia tinggal di apartemen mewah ini.
Langkah kakinya terhenti ketika dia sudah sampai di sebuah pintu. Tempatnya tinggal selama ini.
Untung saja hari ini dia tidak akan datang, gumam gadis itu sambil memencet angka-angka. Dia akan langsung tidur, tanpa mandi terlebih dahulu, bahkan dia tidak mau menghapus makeup tipis yang menempel di wajahnya. Karena dia tidak akan datang, malam ini Viola ingin menjadi dirinya sendiri. Gadis pemalas yang ketiduran tanpa menghapus makeup.
Lampu sensor menyala saat dia menutup pintu. Aroma ruangan tertutup langsung menyergap hidung. Terdengar gumaman dari mulutnya, perasaan senang karena dia akan merealisasikan apa yang sudah dia pikirkan di depan pintu tadi. Viola melemparkan tas sembarangan.
Brug!
Suara tasnya yang membentur sesuatu membuatnya tersentak kaget. Seharusnya tas itu mendarat mulus di sofa, dengan suara pelan bukan seperti menubruk sesuatu. Kenapa ini? Tangan Viola langsung bergetar, dia meraba dinding dan menyalakan lampu.
Blar
Cahaya lampu langsung menyilaukan mata, yang membuat kakinya lunglai adalah, tas yang dia lemparkan sembarangan di sofa tadi, sedang ada di pangkuan seseorang. Laki-laki yang bahkan tidak mengerjapkan mata, saat lampu dia nyalakan.
"Sa... Sayang..." Suara Viola bergetar takut. "Ma..maaf. Aku tidak tahu kalau kau ada..."
"Dari mana saja kau?" Kata-kata Viola yang belum selesai, langsung tercekak di tenggorokan nya.
Udara langsung menusuk rongga pernafasan Viola.
Laki-laki yang sedang duduk di depan gadis itu adalah suami Viola. Bastian, Bastian Verano, pria tampan yang biasanya memancarkan sorot mata hangat pada Viola. Kali ini, sedingin udara yang menusuk paru-paru Viola, seperti itu pula raut wajah Bastian. Dia sudah memakai piyama tidur, rambutnya pun sudah mengering jatuh menutupi dahinya.
Sudah berapa lama dia di sini?
"Viola Daisyra." Hawa udara semakin dingin ketika Bastian menyebut nama panjang Viola. Biasanya hanya ada satu alasan, dia memanggil begitu, dia bosan menunggu. Saat ini, Bastian mulai bosan menunggu jawaban Viola.
"Ada, ada teman ku yang ulang tahun Kak, aku dan teman kantor lainnya diajak makan malam." Mulut Viola yang refleks terbuka, menjawab dengan cepat. Namun, jawaban Viola menimbulkan helaan nafas Bastian. Laki-laki itu semakin kesal mendengar jawaban Viola. "Ja..jadi aku pulang terlambat malam ini."
Deg.. deg..
Kuku tangan Viola rasanya kebas karena mulai berkeringat.
"Sepertinya hp ku rusak ya?" ujar Bastian masih dengan suaranya yang dingin. Dia meraih hp miliknya di atas meja. "Karena tidak ada pesan masuk dari mu." Dia memiringkan kepala merasa heran. Tangannya menggantung memegang hp, tapi dalam sekejap mata, tangan itu sudah membanting hp membentur kaca meja. Menimbulkan dentuman keras. Viola terlonjak kaget. "Viola, apa kau lupa aturan yang aku buat untuk mu?"
Kau boleh bekerja seperti biasa, tapi, selain bekerja, saat keluar dari rumah semua harus atas sepengetahuan ku dan izin dari ku. Dan kau harus sudah kembali sebelum jam tuju malam. Suara Bastian seperti berdengung di telinga Viola. Itulah, aturan mutlak yang harus dipatuhi Viola. Aturan yang berlaku di rumah ini.
Yang dibuat suaminya, katanya atas dasar cintanya pada Viola.
Tangan laki-laki itu mengetuk meja, sambil menarik jam yang ada di atas meja. Viola mengigit bibirnya saat melihat angka yang ditunjuk oleh jarum jam. Sudah melewati batas jam kepulangan seharusnya..
Tangan Viola bergetar, hatinya semakin diserang takut.
"Tapi, sepertinya hp ku rusak ya." Bastian mengulang kata-katanya, menegaskan, kalau Viola sudah melakukan kesalahan besar. Dia ketuk-ketuk hpnya di atas meja kaca.
Sepertinya bukan hanya layar LCD hp yang retak, tapi juga meja yang ada di depan suami Viola.
"Ma.. maaf Kak."
"Viola..."
Bastian tidak membutuhkan alasan apapun, yang dia butuhkan hanyalah rasa bersalah Viola..
Kau sudah mengenalnya selama satu tahun ini Viola, yang suami mu butuhkan hanyalah rasa bersalah mu. Memohonlah, supaya kau diampuni seperti biasanya.
Mengumpulkan keberanian, serta merangkai kata-kata. Bahkan memikirkan hal menyedihkan, supaya airmata menetes.
"Maaf Kak, maaf. Hp ku mati kehabisan baterai tadi."Ini bukan alasan, karena itu benar adanya pikir Viola. "Jadi, aku tidak..."
"Apa itu bisa jadi alasan?"
Viola tahu, apa pun yang dia katakan, tidak bisa menjadi pembelaan untuknya sekarang. Kau hanya perlu minta maaf Viola, suamimu tidak butuh alasan.
Sedang menampar pipi supaya sadar.
"Tidak Kak. Seharusnya aku tidak boleh lupa mengisi baterai hp ku. Maaf, aku yang salah. Aku seharusnya selalu memastikan baterei hp full. Aku benar-benar minta maaf."
Viola bicara dengan suara lirih mengiba, berharap untuk mendapat belas kasih.
"Aku pikir Kakak akan menginap di rumah Nona Celina, karena ini waktu subur beliau kan?" Sebenarnya ini juga yang membuat Viola santai. Karena berfikir, suaminya tidak akan pulang ke rumahnya. Karena pergi ke istri pertamanya.
Jawaban Viola, menyinggung Bastian.
"Sejak kapan kau mulai berani mengatur aku mau tidur dengan siapa?" Suara yang dingin, dengan sorot mata menghujam, membuat Viola semakin gemetar takut.
Jeder, walaupun sudah sangat hati-hati setiap kali bicara, ada kalanya Viola melakukan ini..
"Kau mulai berani mengaturku? Viola?"
"Ti.. tidak Kak. Bagaimana aku berani mengatur Kakak, aku minta maaf. Kedepannya aku akan lebih berhati-hati. Maafkan aku Kak."
Sorot mata Bastian, sama sekali tidak
melunak.
Apakah malam ini bisa selesai dengan mudah? Bagaimana Viola mencari alasan, apa yang akan dia katakan untuk meredakan amarah suaminya?
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
🌺🌸CantikaLovely🎀💖
Wowww othor kesayangan ku ini looo Tq so much utk karya baru mu kk othor 🙏🙏🙏
2025-04-01
15
liberty
Viola...kamu kok bisa nikah sama pria bersuami gimana ceritanya?! tuh suami dingin amat 🌚
2025-04-01
5
sum mia
tahu ada notif , langsung buka eh ternyata kak sheira ada karya baru . ya langsung cuuuussss lah.....
udah bolak-balik nengokin profil nya belum ada yang baru .
makasih kak....udah mau berkarya lagi , kayaknya ceritanya juga seru seperti yang sebelum-sebeluminya .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
2025-04-02
4