Ditipu tidak membuat kadar cintanya berkurang malah semakin bertambah, apalagi setelah tau kejadian yang sebenarnya semakin menggunung rasa cintanya untuk Nathan, satu-satunya lelaki yang pernah memilikinya secara utuh.
Berharap cintanya terbalas? mengangankan saja Joana Sharoon tidak pernah, walaupun telah hadir buah cinta.. yang merupakan kelemahan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
◉ 8
"Dia mengkhawatirkan kesehatanku?" Joana terpaku kemudian ia menggeleng kepalanya dengan cepat. "Tidak mungkin," tampik-nya, "pasti ada maksud dari perintahnya. Oh Ya Tuhan.. aku telah berpikir buruk tentang orang lain. Tolong, ampuni aku." Ujarnya penuh sesal
Ting..
Pintu lift akan tertutup, Joana buru-buru keluar dari box besi tersebut. "Huft," Joana menghela napas lega, hampir saja lift itu membawanya kembali ke lantai bawah.
Joana menarik langkah menuju ruangannya. Sebelum mulai bekerja, Joana menyempatkan diri untuk memberi kabar kepada Ibunya. Hal kecil yang sudah menjadi kewajibannya, Joana tidak ingin membuat Ibunya khawatir.
Setelah pesannya terkirim, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Nomer yang tidak ada dalam daftar kontaknya.
^^^◉ Ini nomorku, Joana. Simpanlah. (Victor)^^^
Joana segera membalas pesan dari pria itu. Sejurus kemudian ia menghidupkan laptopnya, memeriksa email masuk yang di kirim Tuan Gabriel.
Perut Joana kembali berbunyi membuyarkan konsentrasinya. "Sepertinya aku harus sarapan."
Joana memesan makanan lewat layanan pesan antar. Ia memilih menu. "Salad croissant, hmm oke. Lalu minumannya, kopi latte." Menyebut kopi, Joana teringat dengan Nathan. "Apa dia sudah sarapan?"
Karena memiliki hati yang baik, tanpa berpikir pria itu suka atau tidak, Joana segera memesan menu serupa untuk Nathan. 45 menit kemudian, pesanannya telah tiba. Security lah yang mengantarkan pesanannya ke ruangan.
Joana meninggalkan sarapan miliknya, ia bertolak ke ruangan Nathan, membawakan sarapan untuk pria itu.
Tok.. Tok... Tok..
"Masuk! "
Mendengar suara Nathan dari dalam, Joana menyambar handle pintu ruangan kerja pria itu, dan membukanya.
Nathan memalingkan tatapannya dari layar laptop yang menyala. Ia melihat Joana masuk membawa paper bag berukuran kecil dan juga 1 cup kopi. Gadis itu terlihat bersemangat. Gerakan kakinya ringan, tidak seperti Nathan yang selalu memasang wajah datar, tidak pernah memperlihatkan senyuman tulus. Mungkin jika senyumannya bisa diperjualbelikan, pasti pria itu memasang tarif yang sangat mahal
Terkecuali senyuman mengejek, pasti diobral secara cuma-cuma. Joana pernah melihatnya. Menyebalkan, tapi ketika pria itu menunjukkannya, level ketampanannya justru tidak berkurang sepersen pun. Aneh bukan?
Entah bagaimana kehidupan yang dialami pria itu, sehingga membuatnya menjadi pria kaku seperti balok kayu, dan sedingin es batu. Joana menjadi penasaran. Apalagi kalimat Nichole yang mengatakan : "Pasti dari balik sikapnya yang menurutmu menyebalkan itu, dia pria yang baik."
Kalimat Adiknya itu ternyata amat mengganggunya. Benarkah Nathan memiliki hati seperti malaikat di balik tingkah devil-nya?
Joana berhenti, di depan Nathan. "Aku membelikan anda kopi latte dan juga salad croissant, Tuan. Aku tidak tau apa yang anda suka. Tapi, aku berharap anda menyukai sarapannya." Joana mengatakannya sambil tersenyum.
Yang diketahuinya senyuman dapat menyalurkan energi positif, membuat orang lain merasa bahagia. Barangkali senyumannya bisa membuat Nathan juga ikut bahagia lalu tersenyum.
Ditempatnya Nathan termangu melihat Joana datang membawakan sarapan untuknya. Apa gadis itu sedang mencari perhatian darinya? sayangnya, Nathan tidak melihat itu, justru ia melihat ketulusan dari dalam manik indah gadis itu.
Joana meletakkan paper bag berikut kopi di meja kerja Nathan.
Satu detik, dua detik, tiga detik hingga detik ke sepuluh terlewati, Nathan masih menatapnya dalam diam membuatnya jadi serba salah. Sepertinya hal positif yang ia salurkan, tidak menghasilkan apapun. Jangankan mendapatkan ucapan terimakasih, senyuman pun tidak di tunjukkan pria itu kepadanya. Joana bukannya tidak ikhlas membelikan sarapan untuk Nathan, bukan, hanya saja apa yang diberikan seolah tidak berharga di mata pria itu. Ini sedikit menyakitkan, tapi Joana tidak menyesalinya. Ia tulus.
Berbuat baiklah kepada orang lain, meskipun orang itu pernah menyakitimu. Percayalah, kebaikan akan selalu membawa kebaikan. Begitulah pesan dari mendiang Ayahnya kala itu, yang menjadi pedoman untuknya. Ya, karena sejatinya kebaikan yang kita beri akan berbalik kepada kita sendiri.
Joana tidak memudar senyumannya. Ia sudah memberikan sarapan kepada Nathan, saatnya ia kembali. Lalu menikmati sarapannya.
"Aku tidak menyukai kopi latte." Ucap Nathan. Joana yang hendak berbalik, mengurungkan niatnya. Ucapan pria itu seperti penolakan secara halus. Tapi, Joana bisa menerima itu. "Yang aku suka kopi hitam." Apalagi kopi pertama yang kau buat saat kemarin, Joana. Nathan melanjutkan kalimat dalam hatinya.
"Oh.. Kalau begitu, aku akan membuatkan kopi hitam untuk anda, Tuan. Aku akan menghubungi Tuan Gabriel untuk menanyakan takaran kopi anda."
"Kau tidak perlu bertanya kepada Gabriel." Cegah Nathan. "Kau buatkan saja."
"Tapi, Tuan. Jika tidak sesuai dengan lidah anda, bagaimana?"
"Aku akan tetap meminumnya. Sudah jangan bertanya lagi. Segeralah buatkan aku kopi." Perintahnya yang segera di kerjakan Joana.
Berapa saat kemudian, kopi panas sudah berada di meja. Aroma khas kopi buatan Joana menguar, menggelitik indra penciumannya. Nathan hanya menghirup aromanya, tanpa mencicipi rasa kopinya. Alasannya, karena masih ada Joana di dalam ruangannya. Ia tidak ingin Joana mengetahui jika ia menikmati kopi buatannya.
"Asisten Tuan Cristian memberi kabar. Jika minggu depan, Tuan Cristian bertolak ke Swiss, dan ingin menemui anda, Tuan."
"Oke.. Pastikan lagi kapan tepatnya. Lalu setelahnya, kau atur ulang jadwalku, Joana."
"Baiklah, Tuan. Apa lagi yang harus aku kerjakan?"
"Buatlah rekapan pengeluaran perusahaan Minggu lalu. Kau bisa memintanya dari Alea. Selesaikan sebelum jam makan siang. Setelahnya kau temani aku ke pabrik."
"Iya Tuan... " Sahut Joana. Setelah kembali ke ruangannya, ia akan mengirim pesan kepada Victor.
"Kembalilah bekerja."
Nathan kembali fokus ke layar laptopnya, menandakan percakapan mereka telah selesai. Pun Joana membalikkan tubuhnya, meninggalkan ruangan pria itu.
Setelah pintu ruangannya tertutup, Nathan meraih paper bag tersebut dan mengeluarkan isinya. "Salad croissant." Nathan tidak bisa menyembunyikan senyumannya. Ia merasa senang, terlebih apa diberikan Joana adalah menu sarapan favoritnya.
.
.
.
^^^◉ Thanks^^^
Joana yang sedang menikmati sarapannya tersedak mendapati pesan singkat dari atasannya. Segera ia meraih botol minumnya, lalu meneguknya. Joana mengusap sisa air di bibirnya, sambil memerhatikan layar chatnya dengan Nathan. "Dia mengatakan terimakasih?!"
Joana tersenyum lebar sembari memainkan jemarinya di atas layar ponsel.
◉ You're welcome, Sir.
^^^◉ Hmm..^^^
^^^◉ Jangan lupa selesaikan pekerjaanmu^^^
Joana berdecak pelan setelah membaca pesan terakhir dari Nathan.
◉ Asyiaaap Boss 👌
Sementara, Nathan yang hendak menikmati kopinya, tersenyum melihat pesan terakhir yang dikirim gadis itu. Uhuk...
coba kita liat kehidupan Joana & Nathan setelah menikah gimana yaa,,apa akan happy teruss,atau malah sebaliknya...🚴♂🚴♂
Jo yang di kecup Q seng mesem" deweeeee