NovelToon NovelToon
Dua Bilah Yang Tak Menyatu

Dua Bilah Yang Tak Menyatu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Perperangan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Mr_Dream111

Dalam dunia yang koyak oleh perang berkepanjangan, dua jiwa bertolak belakang dipertemukan oleh nasib.

Yoha adalah bayangan yang berjalan di antara api dan peluru-seorang prajurit yang kehilangan banyak hal, namun tetap berdiri karena dunia belum memberi ruang untuk jatuh. Ia membunuh bukan karena ia ingin, melainkan karena tidak ada jalan lain untuk melindungi apa yang tersisa.

Lena adalah tangan yang menolak membiarkan kematian menang. Sebagai dokter, ia merajut harapan dari serpihan luka dan darah, meyakini bahwa setiap nyawa pantas untuk diselamatkan-bahkan mereka yang sudah dianggap hilang.

Ketika takdir mempertemukan mereka, bukan cinta yang pertama kali lahir, melainkan konflik. Sebab bagaimana mungkin seorang penyembuh dan seorang pembunuh bisa memahami arti yang sama dari "perdamaian"?

Namun dunia ini tidak hitam putih. Dan kadang, luka terdalam hanya bisa dimengerti oleh mereka yang juga terluka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr_Dream111, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mayor Vouc si penjahat perang

Hari-hari berlalu dengan cepat dan musim semi pun telah mencapai penghujungnya. Selama periode ini, aku jarang sekali keluar rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu di dalam. Kesempatan untuk berjalan-jalan keluar hanya terjadi sesekali, itu pun biasanya untuk menemani Flerina ke kota terdekat guna membeli kebutuhan pokok atau barang-barang yang tak kami temukan di sekitar sini. Sementara itu, Flerina sibuk dengan pekerjaannya di laboratorium rahasia, sehingga sering kali aku harus menghabiskan waktu sendiri di rumah, mengisi kesunyian dengan berbagai kegiatan mandiri.

Rasanya, menjalani kehidupan dalam pernikahan palsu ini sudah menjadi bagian dari rutinitasku sehari-hari. Hubungan kami semakin dekat dan hangat, hingga membuat kami saling mengenal dengan lebih baik. Meskipun begitu, aku tidak bisa menghilangkan rasa gugup dan sulit merasa tenang ketika harus berbagi ranjang dengan Flerina. Setiap kali dia mulai tertidur, dengan perasaan tak menentu, aku merasa lebih nyaman berpindah dan tidur di kursi.

Gaya hidup baruku di tempat yang asing ini secara perlahan mulai membalut luka mental yang kualami. Lingkungan yang sunyi, hijau, dan menyejukkan serasa seperti hadiah yang tak pernah kuduga sebelumnya. Walau sempat kecewa karena gagal menepati janjiku kepada Lena demi misi ini, perasaan syukur mulai merayapi diriku karena dapat menikmati ketenangan yang selama ini kunanti. Ditambah lagi, kehadiran Flerina menjadi semacam obat penawar di tengah badai gelisah yang menderaku.

Setiap hari hanya kuhabiskan dengan membaca, membantu Flerina memasak jika dia pulang, dan berolahraga demi menjaga kebugaran. Tapi, hari ini aku ada janji untuk pergi ke kota terdekat. Beberapa hari lalu Flerina memberiku surat bahwa mayor Vouc ingin bertemu dengan Finny dan pagi ini dia menunggu di bawah kaki bukit.

Tepat pukul 8 pagi, setelah menikmati segarnya mandi dan menyantap sarapan yang sederhana namun cukup mengenyangkan seorang diri, aku melangkahkan kaki keluar dari rumah dengan perasaan campur aduk. Udara pagi yang sejuk menyapa wajahku saat ku berjalan menyusuri jalan tanah yang masih lembab akibat hujan semalam, mengenakan seragam militer Varaya yang berwibawa lengkap dengan atribut khasnya. Tak lupa, atribut penyamaran yang menjadi bagian krusial dari penampilanku.

Dengan pangkatku sebagai letnan, aku dapat melewati pos pemeriksaan tanpa hambatan berarti. Para tentara yang bertugas menjaga pos itu tampaknya sudah sangat kenal sosok Finny, hingga tak perlu bersusah payah menanyaiku. Mereka dengan sigap memberikan salam hormat dan mengisyaratkan aku untuk melanjutkan perjalanan.

Aku menuruni bukit menggunakan ruang besi yang sama seperti saat aku naik. Mereka menyebut alat ini sebagai Lift atau semacam ruangan yang dapat menaik turunkan seseorang dari ketinggian tanpa harus melewati tangga. Alat yang sangat praktis dan pasti sangat rumit pembuatan dan pembangunanya di bukit securam ini.

Sesampainya di lantai dasar, ketika pintu lift terbuka, aku langsung bertemu dengan seorang pria paruh baya yang bertubuh tinggi dan besar. Wajahnya tampak tegas, dengan sepasang mata hijau yang menatap tajam, serta kepala yang licin tanpa rambut. Dia mengenakan seragam yang penuh dengan berbagai lencana di bagian dada, memberikan kesan otoritas dan pengalaman yang dalam.

Pria itu bersandar santai pada sebuah kendaraan yang menarik perhatian dengan desain yang unik, menyerupai kereta kuda namun dengan dimensi sedikit lebih kecil dan dilengkapi empat roda terbuat dari karet. Meski tidak mudah untuk menjelaskan secara rinci, kendaraan ini jelas memiliki empat kursi yang nyaman dan merupakan kendaraan bermesin yang menggunakan bahan bakar minyak, sebuah inovasi teknologi yang sudah lama kudengar dalam tahap perancangan. Lagi-lagi, perkembangan teknologi di Varaya sungguh luar biasa dan berhasil membuatku terpana dengan kecepatan kemajuannya.

" Hey sobat apa baru pertama kali melihat mobil? " Tanya si kepala pelontos itu diiringi senyum ringan.

" Ya... baru kali ini aku melihat kendaraan semacam ini. " Jawabku sedikit gugup melihat kendaraan unik di depanku.

" Kendaraan ini baru diproduksi untuk militer saja dan sudah ada beberapa ratus buah. Aku mendapat satu untuk kendaraan dinas. Bagaimana menurutmu? " Mayor Vouc berjalan mendekatiku dan mengajak berjabat tangan.

Sigap aku membalas jabat tangannya dan membalas senyum, " Sebagai seorang Mayor, kau memang pantas mendapatkan kendaraan ini. "

" Hahaha... sudah lama sekali kita tidak berjabat tangan begini. Mari kita habiskan waktu bersama dengan kendaraan baruku. " Mayor Vouc langsung menarik tanganku dan memintaku menaiki mobil.

Segera aku duduk di kursi belakang bersama mayor Vouc. Sementara yang mengemudikan kendaraan ini adalah ajudannya. Kendaraan yang aneh dan cukup berisik. Selain itu kepulan asap hitam yang keluar dari cerobongnya juga mencemari udara sekitar.

Aku diajak berputar-putar menggunakan kendaraan ini. Di sela-sela perjalanan Mayor Vouc juga bercerita banyak hal tentang reputasi biadabnya di medan perang.

Sesuai arahan Flerina, aku hanya cukup mendengarkan dan menyetujui apapun argumen perwira militer satu ini. Selain itu, aku juga menceritakan skenario palsu tentang misi rahasia Finny. Mayor Vouc sendiri juga percaya-percaya saja dengan cerita palsuku. Dia bahkan memberiku pujian dan bangga pada cerita palsu ini. Mau bagaimanapun bagi Mayor Vouc, Finny adalah sosok teman sekaligus adik angkat yang sangat dia sayangi. Meski begitu, mereka berdua tetaplah penjahat perang. Aku tidak memiliki rasa iba dan simpati kepada mereka. Yang penting aku cukup mengikuti alurnya sesuai dengan arahan Flerina.

Mayor Vouc adalah orang yang sangat cerewet. Di sepanjang jalan aku sendiri sampai bosan mendengar semua celoteh tidak penting yang keluar dari mulutnya. Padahal aku sudah menjawab sesingkat mungkin tapi dia seperti tidak peduli bahwa aku tidak tertarik dengan ceritanya dan justru terus mengoceh.

Perjalanan selama 30 menit yang dipenuhi suara ocehan Mayor itu akhirnya berakhir ketika kami sampai di kota ini lagi. Ya, kota biadab bernama Turga di mana Flerina menjemputku.

Baru tiba di gerbang kota, kami langsung disuguhkan oleh adegan pelecehan para budak di pinggir jalan. Lagi-lagi aku melihat pemandangan menjijikkan ini. Sialnya lagi, Mayor Vouc mengajakku bercanda tentang kelakuan para penduduk kota ini. Terpaksa aku pura-pura ikut tertawa ketika dia mengolok-olok mereka.

Kami melanjutkan perjalanan melewati jalanan berlumpur di kota ini sampai di sebuah gedung berlantai 3 yang terletak tepat di pusat kota dan bersebelahan dengan panggung eksekusi di mana sudah ada 6 orang Varaya yang tergantung di sana.

Sejak kedatanganku ke sini, aku masih penasaran apa yang terjadi dengan orang-orang di papan gantung itu. Dan detik ini aku mendapat jawabanya dari Mayor Vouc. Ia mengatakan orang yang di eksekusi adalah para penduduk dan prajurit yang memiliki prilaku penyimpangan seksual atau bisa dibilang mereka penyuka sesama jenis.

Di Varaya siapapun yang berhubungan sesama jenis akan langsung di eksekusi tanpa adanya sidang. Dan kebetulan di Turga adalah tempat eksekusi bagi penduduk Varaya penyuka sesama jenis.

Setelah menjelaskan tentang tempat eksekusi, dia mengajakku memasuki gedung itu. Sebelumnya aku sudah memikirkan hal buruk tentang gedung ini dan firasatku benar. Gedung ini adalah balai perdagangan budak ras Areiden. Dari lantai 1 sampai 3 setiap ruang dan kamar berisi budak-budak yang siap melayani para tamu.

Ketika pertama kali aku melangkahkan kaki ke dalam gedung, aroma obat-obatan segera menghampiri dan mendominasi setiap indera penciumanku. Bau yang pekat dan menyengat tersebut membuatku secara spontan menutup mulut dan hidung dengan tangan, berusaha mengurangi intensitas aroma yang seolah memenuhi seluruh ruangan.

" Aku benci bau obat-obat begini. " Gerutu Mayor Vouc yang juga menutup hidung dengan sapu tangan. " Finny sana pergi dan carilah budak yang cocok untukmu. "

" Mayor aku sudah punya istri. " Sela ku.

Mayor Vouc menepuk pundakku dan melepas sapu tanganya, " Istrimu sangat sibukkan dan pasti jarang melayanimu. Sudahlah puaskan dirimu di sini. Ambilah berapa banyak budak yang kau mau biar aku yang tanggung biayanya. "

Karena aku tidak mau mendebat orang ini, aku iyakan saja dan pergi menuju lantai 2. Sejujurnya aku tidak tertarik dengan tempat ini bahkan aku justru prihatin melihat beberapa orang Areiden sudah terbaring lemah di beberapa ruangan akibat efek obat.

Kakiku menyusuri lorong di lantai 2 sambil melirik kanan dan kiri melihat setiap ruangan yang isinya para pecandu obat-obatan. Saat ingin menaiki lantai 3, ada seorang pegawai yang menghampiriku. Dia membawa beberapa kunci di tanganya.

" Perkenalkan nama saya Wofka. Pemandu di gedung ini. Saya mendapat perintah dari tuan Vouc untuk memandu anda tuan. "

" Sejujurnya aku kurang tertarik dengan tempat ini. Setiap ruangan hanya berisi para pecandu. " Ucapku memalingkan wajah dari Wofka.

Wofka menaiki anak tangga ke lantai. " Tuan ingin mencari yang masih belum tersentuh? "

Aku ikut menaiki lantai 3 dan di sini bau obat-obatannya mulai samar tercium. Ruangannya juga lebih bersih dan rapi dengan karpet merah mengihasi lantai koridor. Jika di lantai 1 dan 2 pintu setiap ruangan seperti jeruji besi yang membuatku bisa melihat setiap budak, di lantai 3 ini pintu-pintunya terbuat dari kayu rapat dengan ukiran-ukiran cantik menghiasi setiap pintu.

" Lantai ini khusus untuk tamu VIP seperti para perwira dan para pejabat. Di sini semua budak masih perawan dan belum tersentuh sama sekali. " Wofka memberhentikanku di ruangan bernomor 5 dengan pintu kayu berlapisi cat kuning. " Tuan Vouc sudah membayar pada kami, dan saya merekomendasikan budak dibalik pintu ini. "

" Apa saja yang boleh kulakukan pada budak itu? " Tanyaku sambil basa-basi walau sebenarnya aku tidak tertarik sama sekali.

" Itu terserah anda. Budak ini sudah dibayar dan itu berarti anda menjadi pemilik sah budak ini. Terserah mau anda apakan kami sudah tidak bertanggung jawab lagi. Anda bisa membawanya pulang atau menikmatinya di ruangan ini juga boleh. " Jelas Wofka. Dia memberikan kunci ruangan ini padaku

" Baiklah terimakasih. " Balasku seraya menerima kunci pemberiannya.

" Kalau begitu saya pergi dulu tuan. Silahkan menikmati produk VIP kami. " Si pemandu itu berjalan menjauh dan menuruni tangga lagi.

Saat aku membuka pintu ruangan nomor 5, pandanganku langsung tertuju pada seorang gadis dengan rambut coklat pendek yang tengah duduk di atas ranjang. Ia mengenakan gaun tidur yang lembut dan transparan, memperlihatkan siluet tubuhnya dengan jelas.

" Apa anda yang membeli saya? " Tanya gadis itu lirih. Tatapan matanya tidak menggambarkan bahwa ia takut padaku. Sebaliknya dia seperti sudah siap untuk melayani.

Ku anggukan pertanyaanya lalu masuk dan menjelajahi ruangan ini. Kamar yang cukup luas dengan ranjang besar dan kamar mandi dalam. Selain itu bau harum dari parfum herbal di ruangan ini membuat siapapun yang menghirup merasa tenang. Entah parfum herbal apa yang digunakan tapi kemungkinan masih dalam golongan narkotika.

" Sa-saya sudah siap kapanpun jika tuan ingin dilayani. " Imbuh gadis itu.

" Pertama pakailah baju yang tertutup. " Ucapku sambil memandangi luar jendela.

" A-apa tubuh saya tidak sesuai harapan anda? Jika memang begitu saya siap mendapat hukuman apapun. "

Suaranya kini terdengar gagap, menunjukkan betapa ketakutan yang dalam telah menguasai dirinya. Saat aku melirik sekilas ke arahnya, mataku menangkap ekspresi yang penuh dengan kecemasan dan kekhawatiran. Wajahnya yang pucat dan tatapan matanya yang gelisah seakan mengisyaratkan bahwa ia telah membayangkan berbagai hukuman kejam yang mungkin akan menimpa.

Tanpa menjawab aku mendekati gadis ini lalu membalut tubuhnya dengan selimut. " Jujur aku tidak tertarik dengan tubuhmu dan tidak ingin berhubungan badan. "

" La-lalu apa yang tuan inginkan? Apa tuan mau menyiksaku? Aku akan mengambil alat-alatnya di lemari. "

Ketika dia berkata begitu, spontan aku langsung membuka lemari dan di dalamnya sudah tersedia berbagai macam alat penyiksa. Bisa-bisanya seorang gadis lugu seperti dia disiapkan alat-alat mengerikan begini demi memuaskan hasrat menyimpang pembelinya.

" Lupakan ini semua. Tetaplah duduk disitu dan pakai selimut untuk menutupi badanmu. " Pintaku sambil menghela nafas lalu menutup balik lemari ini.

Selama beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, aku berdiri terpaku menatap pemandangan dari balik jendela, meresapi setiap detail di luar sana. Di dalam benakku, kebingungan berlarian tanpa henti, mengganggu ketenanganku. Aku berpikir keras, namun tetap tak dapat menemukan jawaban pasti tentang apa yang harus kulakukan dengan gadis ini.

" Apa kau ingin terus di sini? " Tanyaku tetapi dia hanya diam dan menundukkan kepala.

" Jika aku membebaskanmu, apa yang ingin kau lakukan? "

Dia mengangkat kepalanya perlahan dan menggelengkan kepala saat melihatku. Sorot matanya penuh dengan kesedihan yang tak bisa disembunyikan, seolah air mata berusaha menahan diri untuk tidak jatuh. Dengan bibirnya yang bergetar, dia berkata dengan suara yang serak, " Ji-jika itu benar-benar terjadi, satu-satunya keinginanku adalah meninggalkan kota ini dan pergi jauh ke negara lain yang bisa menjadi tempat pelarian. "

Aku mengambil beberapa lembar uang di saku kantong dan memberikan pada gadis ini. " Ambil uang ini dan carilah tempat aman. "

" Mengapa tuan melakukan ini? Padahal saya siap melayani dan menerima segala perlakuan tuan tetapi mengapa anda membebaskan saya? "

" Gantilah pakaianmu dan aku akan mengajakmu keluar dari sini. Aku tunggu di luar. " Jawabku mengalihkan pertanyaan itu.

Aku menunggu di pintu sampai gadis itu selesai ganti baju lalu lekas kuajak dia keluar dari gedung ini. Kusewakan kereta kuda untuk kutunggangi dengan budak ini lalu kuberhentikan di luar kota Turga lebih tepatnya di hutan lebat yang berjarak 5 km dari kota itu.

Saat turun dari kereta kuda, aku memberikan dia peta dan menambah uang saku untuk perjalanannya. " Dari sini, jalanlah ke tenggara sampai kau bertemu sungai besar yang memisahkan hutan dan dataran tinggi. Di sana kudengar sering menjadi jalur perdagangan yang menuju ke kerajaan Moyan. Carilah tumpangan di sana lalu kalau sudah sampai di Moyan pergilah ke kerajaan timur lain yang lebih aman. "

Dia diam dan mengangguk sebagai tanda mengerti. Akupun tidak lupa memberikan beberapa potong roti gandum yang sudah ku tata dalam bungkus kertas.

" Terimakasih tuan. Saya pikir semua orang Varaya jahat tetapi setelah melihat tuan, pandangan saya berubah. " Kata dia dengan senyum lugu.

" Cepat pergilah sebelum ada yang datang ke sini. " Balasku.

Dia segera berlari memasuki hutan dengan tergesa-gesa. Kali ini aku berhasil menyelamatkan seseorang tanpa harus menumpahkan darah.

Aku sudah lebih dari 1 jam menunggu di hutan ini, memastikan bahwa gadis itu benar-benar aman dan sudah berlari cukup jauh sebelum memutuskan untuk kembali ke kota Turga. Sepanjang perjalanan, perasaan lega mulai menguasai hatiku saat terbayang kembali ekspresi bahagia di wajah budak itu. Ekspresi yang sungguh menggambarkan sebuah kebebasan, yang pastinya menjadi harapan bagi setiap manusia di seluruh dunia. Kebebasan yang didambakan setiap jiwa tanpa adanya kekerasan atau pertumpahan darah. Kebebasan yang mampu membawa kebahagiaan dan kedamaian, jauh dari keganasan peperangan dan kekejaman yang sering kali meratakan dunia dengan kehancuran.

Gadis itu memberikan pencerahan kepadaku tentang makna sejati dari kebebasan. Dia telah membuka mataku hingga aku mulai mempertimbangkan untuk pensiun dari dunia militer setelah misi ini berakhir. Di dalam hatiku yang paling dalam, tumbuh keinginan untuk pergi ke suatu tempat yang tenang dan jauh dari keramaian. Aku ingin menjalani sisa hidupku di tempat itu, meskipun harus hidup sendirian. Di sana, aku berharap bisa merasakan kebebasan sebagaimana yang terpancar dari wajah gadis muda itu, kebebasan yang begitu murni dan tanpa beban.

Aku membulatkan tekadku setelah pulang aku tidak ingin terlibat lagi dengan peperangan dan pertumpahan darah. Akan kusimpan tangan kotorku ini hanya untuk pencipta senjata pemusnah massal dan setelah itu aku tidak akan pernah membunuh siapapun lagi.

^^^To be continued^^^

1
Milacutee
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
IM_mam
/Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good/
Xiao yu an
Suka bgt ceritanya
Lia ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Akhrnya kjawab sebab ptsd si mc
Mikoooo dayooooo
Ratunya munafik bgt😡
Ubi
Smnagat min
Nara
Lgsg update dong😁😁😁 lnjut trs thor
Lia ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Semangat updatenya
Lia ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Alat komunikasinya tu kyk gmn? tlg kasih aku pnjelasan thor
Lia ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Aduhhhh stres emg Varaya
Mikoooo dayooooo
Dtnggu lnjutanya
Mikoooo dayooooo
Aku jd mmbayangkan adeganya🤢
pangestu mahendra
Awalnya narasinya agak kaku tapi makin kesini authornya memperbaiki penulisan. Ceritanya lumayan bagus sih terutama waktu udh chapter 20
Caramel to
update plissss
Nertha|
Gassss terus thor klo bsa updatenya 3 chapter langsung gtu
Nertha|
Heroine baru/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Nertha|
agak konyol ni ngekudeta tpi mental pasukanya lembek wkwkwk
Layciptuzzzz_^^
semangat
Wu Xin
Semangat buat update ceritanya thor
Wu Xin
Bruhhhh/Sob/ Setres bgt ni orang2 varaya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!