NovelToon NovelToon
Ayo Kita Bercerai

Ayo Kita Bercerai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: N. Egaa

"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.

"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."

Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Kalea terus lari ke arah hutan. Sesekali dia menoleh ke belakang, memastikan penculik itu tidak mengejarnya lagi. Di samping Kalea, wanita itu juga berlari sekuat tenaga. Mereka saling memandang dan melemparkan senyuman.

"Aku Kalea.." ucap Kalea.

Wanita itu diam sebentar dan membalasnya. "Lilian.."

"Lilian ya, senang berkenalan denganmu!"

Lilian hanya tersenyum mendengarnya. Jauh di lubuk hatinya bertanya. 'Seberapa senangnya kau berkenalan dengan orang jahat sepertiku?'

"Ah! Itu.. rotinya, terima kasih! setelah memakan roti itu, tenagaku kembali kuat, hehe" ucap Kalea sambil tertawa kecil.

Ucapan terima kasih yang jarang ia dapatkan, sedikit membuatnya heran. 'Apa sedikit roti begitu beharga dimatanya? Ah.. mungkin dia bersyukur karena dia tidak jadi mati kelaparan tadi..'

"Sama sama.." balas Lilian.

Mereka terus berlari hingga menemukan danau. Kalea segera berkumur kumur di danau itu, menghilangkan rasa kering pada mulutnya. Lilian juga ikut melakukan itu namun ia tak hanya berkumur, dia menelan air itu!

Glup! Glup! Lilian meminumnya.

"Lilian! ka-kau meminumnya??" tanya Kalea.

"Ya?"

"Emangnya boleh?" tanya Kalea.

"Bagiku.. air tetaplah air.." jawab Lilian.

"Tapi.. Bisa saja air ini tercemar!" tegas Kalea.

"Aku tidak berpikir begitu.." Lilian kembali meneguk air.

Kalea mulai melihat ke sekeliling hutan itu, matanya membulat takjub saat melihat hutan disana, hutan itu begitu indah. Tidak tersentuh proyek para manusia tak bertanggungjawab. Di tambah dengan pemandangan kunang kunang yang berterbangan. 'Indahnya..'

Matanya kembali menoleh air di danau itu, jernih dan bersih. Wajar saja, karena air danau itu mengalir dari mata airnya langsung!

Setelah menghilangkan rasa kering dimulutnya, Kalea duduk dibawah pohon. Dia merasa lelah dan khawatir, malam semakin larut, Kalea sedikit mengantuk dan ingin tidur.

"Gantian.." ucap Lilian.

"Gantian?" tanya Kalea, matanya terlalu berat.

"Aku akan berjaga, kau tidur saja duluan.. setelah itu, gantian.." ucap Lilian, dia membakar beberapa ranting pohon dengan batu sihir.

"Aku tidak tau, perjalanan hidupmu seperti apa.. tapi satu hal yang aku tau.. Kau pasti orang baik." ucapnya dan tertidur karena lelah.

Lilian terdiam, pergerakannya terhenti sebentar, dan kembali bergerak sambil berkata. "Heh! Kau terlalu buruk menilai orang.."

Saat Kalea tertidur, Lilian mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Seketika di sekitarnya berkelipan cahaya, tupai melompat dari dalam tas. Kemudian tupai itu berubah menjadi anak kecil yang imut.

"Kau baik baik saja, Lolia?" tanyanya.

Lolia mengangguk pantas, tersenyum lebar sambil mengacungkan kedua jempol pada Lilian.

"Syukurlah.." Lilian bersyukur.

Lolia merangkak kemudian berdiri dengan tangan yang bergerak seperti seekor tupai, mengelus telinga dan juga hidungnya. Dia merangkak lagi, mendekati Kalea yang sedang tidur. Lolia merasa sedih saat melihat pergelangan tangan Kalea yang memerah dan terluka.

Lolia berbalik menghadap Lilian lagi. Walaupun sudah terbiasa melihat Lilian terluka dan bersimbah darah, tetap saja rasanya sakit untuk dilihat.

"Apa ini. Apa sekarang kau bisa bersedih?" tanyanya.

Pertanyaan itu membuat Lolia heran, namun karena sejatinya ia hanya seorang tupai. Dia tidak bisa bicara selayaknya manusia. Tapi perasaan? Tupai juga bisa bersedih, kan?

"Kau hanya tupai yang di sihir menyerupai adikku, kau bukan dia.. jadi jangan pernah menggunakan wajah itu untuk perasaan yang tak harusnya kau miliki.. cukup adikku yang dulu cengeng, jangan kau, aku tidak butuh tupai cengeng!" ucap Lilian.

Lolia memiringkan kepalanya, memandang Lilian yang sedang berbicara. Kemudian dia mencoba berbicara. "Lo..Li..a.. Lo..Li..a.." ucapnya terbata bata.

Saat mendengar ucapannya, Lilian segera melempar ranting ranting ditangannya. Dia mendekat, memegang kedua bahu Lolia agar berdiri tegap didepannya.

"Bicara lagi.. Bicara lagi.. Ku mohon! Aku ingin kau bicara lagi!" Lilian meminta Lolia untuk bicara.

"uhh.. uhh?" Lolia takut saat Lilian menahan kedua bahunya.

"Ayo cepat! Katakan sesuatu!!"

"uhh??" Lolia merasa takut.

"Ku mohon berbicaralah!!" teriak Lilian.

Sring!! Lolia kembali ke wujud semula, menjadi tupai yang kecil dan imut. Dia berlari masuk ke dalam tas sambil sesekali mengintip Lilian yang terlihat emosi.

Tubuh Lilian bergemetar, dia menangis mengingat adik perempuannya yang bernama Lolia. Setahun setelah kematian adiknya, Lilian bekerja sebagai pembunuh bayaran dan dengan uang hasil dari kerja itu, Lilian pun membeli batu sihir yang bisa mengubah tupai menjadi mirip adiknya.

Sihir itu hanya berfungsi beberapa menit dan ia seperti ilusi semata. Lilian tidak pernah berharap lebih, tapi saat mendengar tupai itu bersuara layaknya manusia biasa, persis seperti Lolia adiknya, dia menjadi tamak dan serakah. Hingga logikanya seperti hilang terbawa dalam harapan itu.

"Lilian..?" Kalea memanggilnya.

Lilian segera menghapus air matanya. "Ya?"

"Gantian.."

"Ya? Oh.. Ya, benar.. Gantian.."

"Ada apa? Kau menangis?" tanya Kalea.

"Cepat gantian!" jawab Lilian.

"Iya.. Silahkan.."

Lilian segera duduk bersandar dipohon. Memandang ke arah tasnya. Tupai itu terus bergerak gerak. Kalea memandangnya dengan heran.

"Apa itu?" tanya Kalea.

"Tupai.." singkatnya.

"Eh? Benarkah, apa aku boleh melihatnya?"

"Dia tidak suka dengan orang asing.."

Tupai itu kembali keluar dari tas, mengendus sesuatu kemudian menatap Kalea. Perlahan dia merangkak keluar, menoleh ke kiri dan ke kanan. Kemudian tupai itu melompat ke arah Kalea, seolah memeluk tubuh itu dengan nyaman.

"Eh?" Kalea heran.

"Cih, Tupai sialan!" Lilian mengumpatnya, dia berbalik ke arah lain dan berusaha tidur.

"Ah, kau menyukaiku ya?" tanya Kalea mengelus pelan tupai itu.

Srings!! Tupai itu berubah wujud menjadi manusia, hal itu sungguh menakjubkan dimata Kalea. Dia melihat sihir secara langsung. Walaupun wujudnya seperti manusia, Kalea masih merasakan keimutan dari tupai itu.

"Imutnya!" Kalea mengelus rambut Lolia.

"Lo..Li..a!"

"Lo..Li..a? Ah namamu Lolia?" tanya Kalea.

Lolia mengangguk pantas, dia menyentuh pergelangan tangan Kalea. "Uhh.. Uhh..?"

"Oh ini? Sa.. Kit.." Kalea mencoba untuk menyesuaikan ucapannya agar dimengerti.

"Sa.. kit?" Lolia merasa heran, kemudian melihat luka memar itu dengan lebih dekat dan Slurrp! Menjilatnya.

"Eh???" Kalea segera menarik tangannya karena geli.

Lolia memasang wajah cemberut, dia menarik kembali tangan Kalea dan kembali menjilatnya. "Geli tau..!" Kalea merasa geli. Namun rasa sakit di pergelangan tangannya mulai reda, Kalea sedikit bingung tapi dia berusaha untuk membiarkannya dan menahan geli itu.

"Sa.. Kit.." ucap Lolia yang sudah selesai jilat.

"Tidak. Aku sudah merasa baik sekarang.."

"Umm!" Lolia bersemangat.

"Kau ingin menyembuhkannya ya, terima kasih ya.."

"um!" Lolia mengangguk pantas. Kemudian menoleh ke arah Lilian. Wajahnya terlihat murung dan sedih, dia ingin menjilat luka Lilian. Tapi rasa takutnya begitu besar. Sringss! Lolia kembali ke wujud semula.

"Waktunya sudah habis ya..?" tanya Kalea. Setahunya, sihir perubahan wujud itu bisa digunakan tiga kali dalam waktu yang singkat.

Tupai itu tidur di pangkuan Kalea.

"Baiklah, sekarang kita pikirkan cara untuk keluar dari hutan ini dan menangkap pelaku penculikan itu.." ucap Kalea sendiri, dia menatap ke arah langit.

'Saat matahari terbit nanti, aku harus keluar dari hutan ini secepatnya. Harus!"

Disisi lainnya, mansion itu gempar dengan kehilangan nona Kalea. Mereka saling tuduh menuduh karena lalai dalam tugasnya. "Hari ini aku tidak bertugas melayani nona Kalea, Tuan! Dia..! Dia yang bertugas hari ini, jadi ini salahnya!"

"Ti-tidak benar, tuan! Hari ini aku bertugas di ruang perpustakaan, jadi ini bukan salahku!"

"Kepala pelayan.. tolong panggilkan Lois, aku harus mencari Kalea malam ini juga, dan tolong beri mereka berdua hukuman yang setimpal, aku akan kembali memeriksanya, hukuman itu tidak akan selesai jika nona Kalea belum ditemukan , cam kan itu!"

"Baik Tuan!" sahut kepala pelayan.

"Tuan! Tolong ampuni kami! Kami benar benar tidak bersalah!" mereka memohon pada Eiser.

Rahang Eiser mengeras, dia begitu emosi saat kabar kehilangan Kalea sampai ke telinganya. Tepat di saat kepulangannya dari perjalanan bisnis, dia menemukan Kalea hilang. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Dia memarahi seluruh pengawal di mansion itu.

Bahkan beberapa darinya terkena pukulan telak dari Eiser. Mereka di hukum begitu berat hingga babak belur, tidak ada yang bisa menghentikannya kecuali Kalea dapat ditemukan!

.

.

.

Bersambung!

1
partini
👍
Noorjamilah Sulaiman
permulaan yg Baik....harap2 smpi tamat ceritanya ok....
Nona Egaa: Siap! Pantengin terus ya kak/Rose/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!