Cerita seorang laki-laki yang terpikat karena aroma yang mirip dengan seseorang di masa lalunya.
Kisah seorang laki-laki yang jatuh cinta pada pandangan pertama setelah bertemu dengannya. Aroma yang menenangkan, aroma yang mengingatkannya bahwa bahagia itu sederhana tapi terasa mewah.
Lalu bagaimana kisah laki-laki itu? apakah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Marcel menunggu kedatangan Luna. Marcel sudah mengetahui alasan mengenai Luna yang mendiaminya. Jika Gustav tak memberitahu, mungkin Luna akan semakin lama Luna mendiaminya. Marcel sudah sangat tak tahan dengan sikap diam Luna.
"Sayang, kau sudah datang?" Marcel terkejut saat melihat Luna sudah duduk di depannya.
"Ya, kau terlalu terlelap dalam lamunanmu sendiri hingga tak menyadari kedatanganku," ujar Luna
Marcel hanya bisa tersenyum. Ini memang salahnya. Memikirkan banyak kemungkinan di dalam otaknya. Diamnya Luna sangat menyeramkan. Ini menjadi catatan tersendiri, jangan pernah merahasiakan apapun kepada Luna.
"Kita pesan makanan dulu ya!" pinta Marcel, dan tentu saja diangguki Luna. Luna tak ingin Marcel sakit lagi.
"Ya, dan ingat pesan makanan yang mudah dicerna. Kau baru saja sembuh!" peringat Luna. Mengingat kondisi Marcel, makanan yang pesan harus bukan makanan cepat saji atau semacamnya.
"Tentu saja!" Marcel senang saat perhatian Luna tertuju padanya. Hanya padanya.
...****************...
"Jadi, sudah mau cerita?"
Marcel gugup. Jika dia bercerita, maka itu sama saja membuka luka lamanya serta dirinya takut. Takut nantinya Luna menjadi membencinya.
"Tapi, kau harus berjanji satu hal!" Marcel menatap Luna. Luna hanya diam ingin mendengar syarat yang diberikan Marcel.
"Setelah mendengar semuanya, jangan membenciku, jangan menjauhiku. Kumohon!" ujar Marcel. Luna hanya mengangguk. Lagipula, Luna tak akan menjauhi bahkan membenci Marcel meskipun mengetahui masa lalu Marcel nantinya.
Kemudian Marcel menceritakan semuanya. Mulai dari ibunya yang membencinya, ibunya yang meninggalkannya saat keluarganya bangkrut dan ayahnya meninggal karena kelelahan akibat mencari biaya pengobatannya serta mantan kekasihnya selingkuh saat dirinya susah.
Marcel menceritakan semuanya, tanpa terkecuali. Luna hanya diam mendengarkan. Dirinya tak menyela sama sekali cerita Marcel.
Setelah selesai bercerita, Marcel menunduk. Dirinya tak berani menatap Luna. Melihat Luna hanya diam saja, Marcel merasa takut. Namun, Luna sudah berjanji hanya saja ketakutan itu terus saja muncul.
"Baiklah! Aku mengerti. Hanya saja, kau benar sudah tak mempunyai perasaan dengan Jessika kan?"ujar Luna setelah diam beberapa saat. Luna harus memastikan bahwa perasaan Marcel untuk Jessika maupun segala mantan pacarnya tak memiliki tempat di hati Marcel lagi.
"Tentu saja. Dia adalah orang yang aku benci. Bahkan aku tak ingin bertemu dengannya jika bisa!" jawab Marcel cepat.
"Syukurlah, awas aja sampai kau mengkhianatiku!" ancam Luna. Luna tak ingin dirinya merasakan sakit hati karena perselingkuhan.
"Jadi, i-itu..."
"Tenang saja, aku hanya khawatir kalau-kalau kamu masih punya perasaan untuknya." ujar Luna santai
Mendengar itu Marcel segera mendekati Luna kemudian memeluknya. Marcel merasa lega. Lega karena Luna tak membencinya. Luna tak menjauhinya karena masalah keluarganya yang berantakan.
"Terima kasih," bisik Marcel
"Jika dia kembali, kemungkinan ibumu nantinya akan kembali juga,"
Marcel diam. Dirinya tau kemungkinan itu akan terjadi. Ibunya adalah orang yang selalu ingin menjadi kaya. Dirinya akan melakukan apapun, bahkan hingga menggoda seseorang yang menguntungkan baginya.
"Bagaimana rencanamu jika itu terjadi?" Luna hanya ingin tau apa yang akan dilakukan Marcel. Dia adalah ibunya. Ibu yang selalu diharapkan Marcel. Kasih sayang yang begitu didambakannya akan ia dapatkan saat ibunya kembali.
"Entahlah. Belum terpikirkan olehku!" Marcel bingung. Dirinya memang merindukan ibunya. Hanya saja, mengingat masa lalunya dengan ibunya serta pengkhianatan ibunya pada ayahnya membuatnya hatinya sakit.
"Baiklah. Lagipula itu bisa saja tidak terjadi,"
Luna tak tega melihat kesedihan Marcel. Dirinya memang tak mengalami hal yang sama dengan Marcel, hanya saja dirinya tau sakitnya perasaan itu.
"Oh iya, setelah ini aku dan Putri akan pindah ke apartemen dekat dengan gedung butik yang baru saja kami beli!"
"Kemana?"
"Kau akan tau nanti, jadi bisakah bantu aku untuk pindah?"
"Tentu saja. Aku akan membantu!" Marcel senang jika Luna bergantung padanya. Bahkan untuk hal kecil pun akan dia lakukan untuk Luna. Hanya untuk Luna.
"Baiklah, ayo kutunjukkan gedung butik milikku dan Putri nantinya." Luna bersemangat mengajak Marcel untuk menunjukkan gedung miliknya. Dirinya berharap Marcel menyukai gedungnya.
...****************...
Hari ini hari kepindahan Luna ke apartemen bersama Putri. Sejak pagi tadi, Marcel sudah berada di rumahnya. Dirinya ingin membantu menyiapkan barang bawaan Luna.
"Hanya ini saja barangnya, sayang?" Marcel melihat barang-barang milik Luna.
"Tentu saja, sisanya aku bisa beli nanti,"
"Baiklah, ayo pamit dengan papa dan mama!" Marcel segera kembali masuk ke dalam rumah Luna.
"Hati-hatinya. Luna belajar mandiri mulai hari ini!" ujar Mama Jihan
"Princess, jika tidak tahan pulang aja ya. Papa masih bisa menggaji supir untuk kamu," Papa Theo sangat tidak menerima jika putrinya ingin belajar mandiri. Dirinya tak ingin putrinya pergi jauh dari pandangannya.
"Tentu pa, lagipula Luna nanti akan sering pulang ke rumah!" ujar Luna menenangkan papanya.
"Marcel, antar putri om dengan baik. Jika lecet sedikit, kamu tau akibatnya!" ancam Papa Theo pada Marcel.
"Tentu om, Luna kan juga tanggung jawab Marcel!"
...****************...
Melihat kawasan apartemen pilihan Luna, Marcel merasa senang. Kawasan yang sangat aman, itulah yang menjadi penilai utama bagi Marcel.
"Gimana apartemen pilihanku? Baguskan?" Luna menunjukkan interior ruangan pilihan Luna.
"Bagus, jadi jika kita punya rumah desainnya aku serahkan ke kamu ya, sayang!" ujar Marcel yang mampu membuat Luna tersipu.
"Iya, tapi kalau udah nikah!"
"Oh iya, persiapan pertunangan kita gimana?"
"Lancar, kita tinggal lihat baju kita setelah itu persiapannya akan selesai." jelas Luna
"Wow, ternyata doi ada disini juga toh!" ujar Putri yang baru masuk apartemen Luna.
"Kamu main masuk aja!" Luna menatap tajam Putri yang masuk seenaknya.
"Hei, tenang kawan. Gue udah ketuk pintu tapi nggak dibuka buka, ya gue masuk aja!" elak Putri.
"Sayang, kamu satu apartemen dengan Putri?"
"Nggak ko, kita hanya satu gedung beda apartemen." jelas Luna
"Yap, gue ada di sebelah!"
Memikirkan Luna hanya tinggal sendirian dan hanya ada Putri yang menemaninya membuat Marcel resah. Memikirkan sesuatu, Marcel memiliki ide bagus.
"Senyum lo menyeramkan!" ujar Putri yang sejak tadi mengamati gerak-gerik Marcel.
"Apa yang kamu pikirkan?" Luna penasaran hal apa yang mampu membuat Marcel senang
"Tidak ada apa-apa..."
"Lebih baik, kita beresin ini aja. Ayo, sayang!"
Jangan lupa follback dan saling dukung ya.