"Gue Mau Putus"
Tiga kata itu Nyaris membuat Alle tak bernafas beberapa detik, sebelum akhirnya menghela nafas.
"Sayang, jangan bercanda deh. ini benar hari anniversary kita tapi kejutannya jangan gini dong, aku ngak suka. *rujuknya dengan suara manja, berfikir ini hanya prank, Ares hanya mengerjainya saja*
Ares tak membalas ucapan Alle namun dia dengan tegas menggenggam tangan gadis disampingnya dan menatap Alle dengan tatapan dingin dan muak.
"Gue udah selingkuh sama Kara, dua bulan yang lalu dan....".
"Dia sekarang hamil anak gue"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodelima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NOVEL BARU SEGERA LIRIS
_MURID PALSU_
'Tolong..... Tolong..... Ada yang dibun*h di Toilet!'
Seorang pria berlari tergopoh-gopoh ketika menemukan seorang murid pria yang tergeletak di toilet belakang sekolah dengan keadaan bersimbah darah, kakinya yang lemas itu dipaksa lari untuk memberi tahu tentang apa yang dilihatnya.
Sontak teriakan pria itu membuat semuanya terkejut.
"Ada apa pak Rama? Tanya seorang pria yang berjabat sebagai kepala sekolah di SMA ANGKASA.
"Pak Jerry, a-ada yang diBun*h di Toilet belakang Pak." jawabnya dengan terbata-bata.
Seketika keadaan sekolah pun menjadi ramai, beberapa murid yang belum sempat pulang bergidik ngeri dengar kabar itu. Jerry Aurum selalu kepala sekolah pun langsung bertindak cepat untuk menghubungi pihak yang berwajib.
Suara sirine polisi dan ambulans terdengar memenuhi setiap penjuru gedung sekolah, Rama selaku saksi yang pertama kali melihat jasad itu pun sudah dimintai keterangan. Demikian Jerry dan beberapa guru yang ada disana sudah berkumpul dilapangan.
"Jadi, nama korban adalah Adam Sudam murid kelas 12 B?" tanya salah satu petugas kepolisian.
"Benar pak, saya sendiri wali kelas 12 B"
Orangtua Adam sudah dihubungi pun tiba disekolah, wanita yang merupakan Ibu Adam menangis histeris ketika melihat jasad putranya di bawa kedalam ambulans.
"Adaam.... Tidak mungkin Adaaam, jangan tinggalkan Mamah Nak."
Pria yang ada disebelahnya pun berusaha menenangkannya.
"Siapa yang sudah melakukan ini pada putraku? Aku akan menghukum kalian sampai m4t!" teriak Ayahnya Adam.
Para detektif pun langsung bergerak penyelidikan.
"Perkenalkan detektif Sean saya berharap kalian koperatif dalam menjawab semua pertanyaan yang saya berikan."
Satu persatu para murid di interogasi, namun tak ada yang mengarah pada pelaku dari penusukan itu.
"Disaat Adam Sudam diBun*h, kamu sedang berada dimana?" tanya detektif Sean pada salah satu murid laki-laki yang juga merupakan ketua Geng Motor.
Degang santainya murid laki-laki itu menjawab. "Saya tidak masuk sekolah, cek saja absensi Siswa kelas 12 C."
Lalu detektif Sean menyempitkan mata saat melihat beberapa luka lebam yang ada diwajah murid laki-laki itu.
"Wajah kamu kenapa?"
"Oh ini, saya berkelahi dengan anggota geng motor lainnya."
Walau murid laki-laki itu menjawab dengan tenang, namun detektif itu menaruh curiga padanya.
"Baiklah terimakasih atas waktunya, kamu sudah boleh pergi."
Penyelidikan masih berlanjut hingga memakan waktu sampe berbulan lamanya, barang bukti tidak ditemukan ditempat kejadian itu hingga menyulitkan para detektif mengungkap siapa pelakunya.
Detektif Sean dan rekan-rekannya menyambangi kediaman orangtua Adam untuk mengkonfirmasikan bahwa penyelidikan mereka stuck ditempat saja.
Terlihat raut wajah kecewa dari Budi Sudam ayah kandung Adam dan juga ibunya Sintya saat mendengar kabar yang disampaikan oleh detektif Sean itu.
"Ini mustahil, anak kami tidak mungkin bunuh diri ! Apa yang memicunya untuk melakukan tindakan bodoh seperti itu? Adam mendapatkan semuanya dirumah nya. kami memberi fasilitas yang baik saya yakin ini murni pembun*Han. Anak saya telah dilenyapkan oleh seseorang." ujar Sintya dengan tegas.
Detektif Sean menghela nafasnya. "Maaf Bu Sintya kami hanya bisa menyimpulkan seperti ini, karna menurut keterangan yang saya dapatkan dari teman sekelas Adam, Adam sering memaksakan kehendaknya sendiri tanpa perduli kan orang lain terluka atau tidak. Adam sering menggangu orang lain dan membully beberapa teman yang dianggapnya tidak selevel dengannya. Kami sudah mengintrogasi semua murid yang pernah di bully Adam namun mereka memiliki alibi yang kuat sehingga tidak ada yang bisa dijadikan tersangka."
Sintya membuat wajahnya sambil mendesah kecewa. "jadi kasus ini akan berhenti sampai disini?"
Detektif Sean pun mengangguk. "Kami sudah 3 bulan menganalisis kasus ini dan cukup mengganggu kegiatan belajar para murid disekolah Angkasa, dengan berat hati kami tidak bisa melanjutkan kasus Adam."
****
3 bulan kemudian,
Hasifa Putriana, seorang wanita berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai detektif di dalam sebuah badan intelijen negara, terpaksa menyamar sebagai Siswi di SMA ANGKASA demi mengungkap kasus pembunuhan yang telah di alami siswa bernama Adam Sudam. Adam Sudam ditemukan tewas di dalam toilet sekolah dengan luka tusuk dibagian perutnya.
Tak ada bukti dari kasus tersebut, dari pemilik yayasan, kepala sekolah, staf guru. Bahkan seluruh murid tidak ada yang bisa di jadikan tersangka. Detektif Sean yang semula menangani kasus itu pun sudah menyerah, karna kasus itu diam ditempat tanpa ada pergerakan kurang lebih selama tiga bulan ditangani oleh detektif Sean serta teamnya.
Orangtua Adam sendri bersih keras agar kasus putra nya memiliki titik terang, namun sampai saat ini tidak ada yang ditangkap jadi tersangka. Ayah Adam yang berprofesi sebagai pengusaha tambang yang cukup sukses dikotanya pun sudah mendesak para penegak keadilan untuk terus mengungkap kasus itu. Namun tetap saja pengaruh besar yang di miliki oleh Budi Sudam ayah kandung Adam tidak bisa membuat kasus itu berhasil diungkap.
Ibunya Adam yang bernama Sintya sudah hampir depresi karna kehilanganmu putra yang begitu dia sayangi.
"Kamu yakin akan meneruskan kasus ini Fa? tanya Sean saat mereka berada dikantor.
"Yakin bang, Abang selama ini keluar masuk kesekolah itu sebagai detektif. Jadi otomatis mereka berlaku sebaik mungkin agar tidak curiga. Maka dari itu saya akan masuk sebagai siswi baru dan perlahan menjadi teman mereka. Bukankah lebih baik berkamuflase sebagai teman yang baik di depan musuh?" ujar Hasifa.
Sean pun mengangguk setuju, tak lama kemudian seorang gadis seusia Hasifa pun datang dan bergabung berbicara dengan mereka.
"Astaga Fa, baru aja Lo selesai kasus pejabat itu dengan berkamuflase jadi babysitter. sekarang jadi cosplay jadi siswi SMA! Ngak habis pikir gue." tanya Anum, salah satu anggota yang bekerja disitu.
Hasifa pun terkekeh. "Lo kayak baru pertama kali kenal gue aja Num, anggap aja ini sebagai bentuk pengabdian terakhir. Sebelum gue resign dan pindah ke Paris, ini bakal jadi kasus terakhir gue." ujar Hasifa.
Anum menatap nanar pada rekan kerjanya itu, bekerja selama bertahun-tahun dengan Hasifa membuat Anum sudah menganggapnya lebih dari sekedar rekan kerja melainkan saudaranya sendiri.
"Lo serius mau pindah ke Paris Fa?"
"Kan gue udah bilang Num, sayang beasiswa gue ngak diterusin." ujar Hasifa.
Anum pun menghela nafasnya, walau dia tidak rela harus kehilangan sahabatnya itu, namun ia juga tidak mungkin menghalangi mimpi Hasifa untuk melanjutkan pendidikannya.
"Baiklah kalau kamu serius untuk ambil kasus ini, semua berkas tentang kasusnya Adam sudah tersusun disini, kamu kaji ulang saja Fa, semoga berhasil." ujar Sean sambil menyerahkan berkas berwarna coklat pada Hasifa.
Hasifa pun menerimanya. "Makasih yah bang."
"Sama-sama, Oh iya. Dari penyelidikan selama tiga bulan ini, sebenarnya saya sudah memiliki beberapa kandidat yang mungkin bisa dijadikan sebagai tersangka dari kasus pembunuhan*Han Adam." terang Sean.
Hasifa dan Anum menatap serius pada Sean. "Siapa bang?" tanya Hasifa.
Sean menghela nafas lalu dia menatap bergantian pada Hasifa dan Anum. "Ada satu murid yang terkenal sebagai ketua geng motor, geng itu berisikan lima orang pria. Geng itu bernama 'WOLVES' dan nama ketuanya adalah Gio Jhonatan. Seorang murid laki-laki yang di gandrungi hampir semua perempuan yang ada disana, sikapnya yang dingin, wajahnya yang tampan namun cukup misterius itu sudah melekat ditubuhnya yang tinggi dan tegap. Memiliki rahang yang tegas serta mata elang yang persis seperti laser yang siap membelah siapapun." ungkap Sean.
Hasifa terdiam sejenak setelah mendengar penjelasan dari pria itu. "Kenapa Abang mencurigai dia?" tanya Hasifa.
"Karna Adam terakhir kali bersitegang dengan Gio, Adam ingin sekali masuk kedalam geng WOLVES' namun Gio tidak mau menerimanya, selain itu. Gio juga tipe pria yang temperamental dan tidak segan menyerang siapapun yang berusaha mengusik hidupnya. Bisa jadi, Adam waktu itu terus memaksa untuk masuk ke dalam geng nya Gio, dan Gio hilang kendali." ujar Sean.
"Lalu apa yang Abang dapat waktu mengintrogasi dia?" tanya Anum.
"Dia cukup kompetitif dalam menjawab semua pertanyaan yang saya berikan dia juga memiliki alibi yang kuat untuk menyangkal tuduhan itu dengan bilang kalau sewaktu Adam terbunuh dia tidak ada disekolah, namun besoknya Gio masuk kesekolah dengan wajah yang memar seperti baru berkelahi dengan seseorang." ujar Sean.
Hasifa menghela nafas. "Apa dia salah satu anak petinggi disekolah Angkasa bang?"
Sean menggeleng. "Bukan, tapi dia seorang anak walikota bernama Aron Wasinton dan istrinya bernama Imelda."
Hasifa lalu mengangguk paham. "Baiklah, terimakasih atas semua infonya yah. bang kalau gitu aku bawah filenya ke meja kerjaku."
Sean mengangguk. "Good luck Fa! "
Hasifa tersenyum dan bangkit dari kursi, disusul Anum yang juga ikut keluar dari ruangan Sean.
"Lo dengar kan Fa, kalau kemarin Lo cuma berurusan cuma salah satu pejabat di kantor pemerintah, sekarang Lo berhadapan sama anak walikota langsung. Ayolah Fa pikir lagi." ujar Anum cemas.
Hasifa hanya tersenyum sambil menghempaskan tubuhnya diatas kursi kerjanya. "Num, tenang okeh? Gue cuma tinggal jadi bagian mereka, jadi murid SMA aja. Dan Lo mungkin lupa kalau umur gue lebih tua dari mereka, gue udah banyak melalui hal dalam hidup ini sampai yang paling pahit dan menyakitkan sekalipun. So, gue cuma minta Lo cukup support gue dan bantu gue jika adaan mendesak."
Anum membuang nafasnya dengan kasar. "Okeh, gue support Lo. Again!"
Hasifa tersenyum tipis sambil membentuk tanda love di jarinya untuk Anum, Anum hanya mendengus kesal saja.
******
Sore hari Hasifa bersiap untuk pulang kerumah, ia memakai helm terlebih dahulu kemudian naik keatas sepeda motornya yang selalu terparkir dengan gagah di halaman kantor itu. Tipe sepeda motor yang sering dipakai kaum pria itu akhirnya melaju membelah jalan dengan Hasifa yang mengendalikan nya. Mungkin sekilas orang-orang melihat Hasifa hanya seorang pria.
Sampai lampu merah Hasifa berhenti demi menaati peraturan lalulintas, banyak juga pengendara sepeda motor yang berhenti tepat disamping Hasifa. Termasuk para pemuda yang masih terlihat memakai seragam SMA berjumlah lima orang itu, motor yang mereka pakai bermodel sama dengan yang Hasifa pakai.
Salah satu dari mereka yang berada tepat disamping Hasifa pun menoleh. "Hey, mau balapan? Gue kasih Lo 50 juta kalau Lo bisa ngalahin gue dan teman-teman gue." ucapnya.
Hasifa pun menoleh tanpa membuka kaca helmnya, ia sempat ingin menolak ajakan pria itu namun kepalanya yang ditutup helm full face itu akhirnya mengangguk.
"Hitung-hitung hiburan buat gue." batin Hasifa.
Pemuda itu langsung mengacungkan jempolnya dan menutup kembali helm yang sempat dibukanya tadi, setelah lampu lalulintas berubah berwarna hijau, dalam sekali tarikan. Hasifa langsung melesat lebih cepat dari kelima pemuda itu, senyumannya pun terkembang dengan manis walau tertutup helm yang ia pakai.
Aksi saling ngejar pun terjadi, Hasifa terus memfokuskan diri saat salah satu dari pemuda itu hampir berhasil menyelinap. Hingga saat mereka akan melintas jalur yang biasanya banyak polisi bertugas Hasifa berbelok ke arah lain, meninggalkan semua musuhnya di belakang salah satu pemuda yang hampir berhasil menyelinap nya pun menepikan motornya di pinggir jalan dan tak lama semua temannya menyusulnya dari belakang.
"Kemana dia Yo?"
"Belok ke arah lain, kayaknya dia udah tau kalau ada polisi."
"Aiiish, ngak seruh ah, padahal cukup jago juga dia balapannya, sayang gue ngak sempat tanya dia anggota geng motor mana."
*****
Sementara itu, Hasifa yang mereka bicarakan itu sekarang telah sampai dirumah mewah berlantai dua yang berada di perumahan elit. Hasifa melangkah masuk kedalam rumah itu, rumah yang terlihat sepi dari luar karna semua penghuninya lagi sibuk dengan kegiatan masing-masing, namun melihat beberapa mobil mewah yang berjejer rapi di halaman rumah itu membuat Hasifa sudah bisa menebak sesuatu.
"Selamat sore semuanya." sapa Hasifa.
Sontak semua orang yang tengah duduk di sofa pun menoleh ke arahnya, senyum terkembang di bibir mereka saat melihat kedatangan Hasifa.
"Sayang kamu sudah pulang? Mommy Salsa kangen sekali sama kamu."
"Bunda Tiara juga rindu sama kamu.."
"Mama Kia juga sama, kangen sekali Nak."
"Sifa juga rindu Mommy, Bunda dan Mama." ucap Hasifa.
Mereka pun melerai dekapan itu, ketiga pria yang menjadi suami ketiga wanita itu ikut mendekat kepadanya.
"Gimana tugas kemarin, lancar kan semuanya?"
"Lancar Pi, baru kemarin orangnya diseret ke pengadilan." sahut Hasifa.
"Papi sudah menonton beritanya, kamu hebat Nak. Mau hadiah apa dari Papi? Kita jalan-jalan ke Korea yok? Sama Mami dan Cantika."
"Etsss, main ajak jalan-jalan aja, emangnya Hasifa cuma punya kamu doang? Hasifa punya tiga pasang orangtua dan juga tiga orang adik."
"Tau nih, padahal gue yang punya hak asuh penuh pada Hasifa. Ingat yah nama Hasifa tercatat di kartu keluarga gue dan Ika. berati gue yang punya hak lebih ke Hasifa."
"Alah, emang kamu tuh suka memanfaatin privillage terus Lo. Jangan lupa Hasifa bisa masuk ke kartu keluarga karna emang waktu dulu, cuma Lo sama Ika aja yang udah menikah. Terpaksa kita semua melepasin hak asuh Hasifa sama Lo, walau gue ngak rela."
"He'em, gue juga sama, ngak rela."
"Oh jadi begitu yah saudara ku sekalian? Diam-diam Kalian menyimpan dendam?"
Perdebatan itu terus terjadi membuat Hasifa geleng-geleng kepala sambil terkekeh, perdebatan sering terjadi hanya untuk mendebatkan satu hal. Yaitu, Hasifa.
"Ya ampun udah deh mas, kenapa kalian pada ribut sih?" ucap Ika.
"Tau nih, anaknya pulang malah ribut." timpal Selvi dan July mengangguk setuju.
"Sudah, berhenti semuanya. Apakah diantara semua orangtuaku ini tidak ada yang berkenan memberikan makan pada anaknya yang baru selesai bertugas ini? Hm, padahal aku sangat kelaparan dan hampir pingsan karna membayangkan masakan Bunda, Mama dan Mommy saat diperjalanan menuju kesini." ujar Hasifa sambil mengeluh.
"Oh, astaga! Ayoh kita makan sayang, Mama, Bunda dan Mommy sudah memasak makanan kesukaan kamu." ucap Selvi yang langsung menarik tangan Hasifa untuk menuju ke meja makan.
Semuanya pun mengikuti Hasifa, walau pun ketiga pria itu terdengar masih berdebat. Hasifa duduk di kursinya persis di depan meja makan yang sudah penuh oleh hidangan yang dimasak oleh ketiga wanita itu.
"Bunda ambilkan buat kamu yah sayang." ucap Ika, seolah tak mau kalah Selvi dan July mengambilkan lauk pauk dan minuman untuk Hasifa.
"Begini nih, kalau anaknya udah pulang. Pasti lupa kalau udah punya suami." celetuk Rizal.
Mereka pun tertawa dan mulai mengambil makanan mereka masing-masing.
"Cantika, Cia dan Cahya mana? Mereka ngak mau makan bareng?" tanya Hasifa.
Semua orang pun saling menatap dan tak ada yang mau jawab, hal itu membuat Hasifa merasa heran.
"Ada apa ini?" tanya Hasifa sambil menatap mereka satu persatu dari ketiga pasangan orantuanya itu.
Hasifa tak ingin bertanya lagi, ia berniat bangkit dari duduknya, namun tiba-tiba semua terompet ditiup kearah belakang.
"Surprise!!" teriak ketiga anak yang suaranya sudah Hasifa hapal betul.
Semua orang bertepuk tangan dan bersorak hingga suasana berubah sangat meriah.
"Kalian ini, awas yah! Setelah ini kakak hukum satu-satu." ucap Hasifa dengan nada kesal.
"Ampun kak, ini semua idenya Cantika." ucap Cia.
"Aku juga disuruh Ayah." tukas Cantika yang membuat Rizal menunduk karna sudah tertangkap basah.
"Hem, sudah ku duga. pasti ini ulah Ayah." ucap Hasifa.
"Sudah yuk, kita mulai makannya. nanti keburu dingin, anak-anak kalian duduk di kursi masing-masing yah." ujar Ika.
Kini, mereka pun sudah mulai menyantap makanan itu, walaupun masih dengan suasana meriah. Setelah makan bersama itu selesai, mereka menghabiskan waktu di ruang keluarga. Rumah Rizal dan Ika memang tempat berkumpul bagi semua orang, karna Hasifa lebih sering tinggal disana.
"Setalah kasus yang kemarin selesai, berarti kamu sudah mulai aktif kembali di kantor kan Sifa?" tanya Diko.
Hasifa menoleh dan tersenyum. "Ngak pih, ada kasus baru lagi. Dan Sifa akan kembali bergerak sebagai impostor."
Uhuuk .. Uhuukk...
Rizal langsung tersedak sama teh hangat yang sedang ia minum, tak hanya itu saja. Semua orang pun kini menatap dengan serius pada Hasifa.
"Kali ini harus jadi apa lagi Nak? tanya Selvi.
"Jadi anak SMA."1
######
Sampai berjumpa di Novel baru Sahabat NovelTooN cerita yang ber-TEMA sedikit Horor. Akan segera Rilis. tetap stay di Lapakku yaah sahabat. Dan kita kembali ke cerita Allesya 😍