NovelToon NovelToon
MENGABDI

MENGABDI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sintaprnms_

Cita-cita adalah hal mutlak yang harus dicapai. Sedangkan, prinsipnya dalam bekerja adalah mengabdi. Namun sebagai gadis miskin tanpa pendidikan penuh ini — pantaskah Meera menjadi sasaran orang-orang yang mengatakan bahwa 'menjadi simpanan adalah keberuntungan'?

Sungguh ... terlahir cantik dengan hidup sebagai kalangan bawah. Haruskah ... cara terbaik untuk lepas dari jeratan kemalangan serta menggapai apa yang diimpi-impikan — dirinya harus rela menjadi simpanan pria kaya raya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sintaprnms_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18 : Suami Pilihan Dan Yang Ditawarkan Wanita.

...18 : Suami Pilihan Dan Yang Ditawarkan Wanita....

Hidupnya yang tenang seperti dihantam oleh beban baru yang berat. Adegan dimana Angga melamarnya masih berkelebat di benak. Bagaimana bisa lelaki itu — memberi pernyataan yang bukan sekedar mengungkapkan rasa cinta. Melainkan menyampaikan tujuan langsung?

Ya ampun, bagaimana bisa ada orang yang sangat berani? Maksudnya, bukankah hal-hal romantis dan serius yang merujuk pada ajakan pernikahan itu … harus dibicarakan?

Bukan langsung saja, seolah-olah membelai wanita akan setuju? Karena tidak sedikit orang percaya diri, yang bahkan tidak menerima penolakan atas pernyataan — dan membebankan itu pada wanita. Yang seakan-akan wanita adalah makhluk yang harus patuh dan menerima.

Nggak habis pikir aku. Gimana bisa sih dia mikir kesana-sana? Emangnya aku kelihatan suka dia? Emangnya aku kelihatan banget pengen dan berharap dinikahi? Astaghfirullah ... Meera mencoba mengatur napas.

Angga pamit lagi. Lelaki itu bilang ingin bertemu dan berfoto dengan Harsa Jayantaka. Dan Meera diminta menunggu sebentar. Lalu jika seperti ini, bukankah bisa menjadi peluang besar untuk pergi?

Ia bisa meninggalkan pesan. Pergi adalah pilihan yang tepat. Sekarang, ia membutuhkan ojek online.

Aduh kenapa sih susah? Rame doang tapi nggak ada satu pun ojek yang nyantol di aplikasi. Mana tiba-tiba mendung, batin Meera yang mencoba menepi dipinggir jalan.

Tak lama menunggu, satu persatu tetesan air mulai menyentuh kulit punggung tangan. Meera menengadah. Ia membuka telapak tangan di depan, memastikan hujan turun dengan butir yang lembut. Namun saja tebakannya salah. Hujan turun dengan butiran tebal. Dan tempat menepi dimana? Selain di dalam Pameran Seni lagi?

Tidak.

Meera menggeleng, ia harus mencari opsi lain. Setelah memperhatikan langit, Meera menoleh ke kiri banyak lalu lalang kendaraan, dan sedetik menoleh ke kanan ada mobil berhenti tepat di depannya.

Mobil ini elegan — Meera tidak pernah melihat. Jelas saja, milik orang kaya. Kilau cat obsidian black memukau setiap mata. Bahkan dibawah hujan saja masih ada orang-orang yang menangkap gambar dan video. Sekelompok hunting foto mobil mewah, mungkin?

Meera mencoba acuh. Namun fokusnya beralih pada logo ikonik itu — bintang berujung tiga di dalam lingkaran. Ah, aku tahu … ini Mercedes, tebak Meera dalam hati.

Tetapi siapa yang sadar dan menyangka, bahwa saat kaca mobil terbuka … seseorang yang ia kenal berkata, “Masuk!”

“Masuk?” Meera bingung. Hujan hampir membasahi sebagai rambut. Orang-orang yang hunting foto pun telah menepi. “Saya?”

“Iya. Kamu! Siapa lagi?!”

Meera menuruti permintaan orang itu – yang tidak lain adalah Tuan Muda Abhimana.

Dejavu.

“Ditinggal pacarmu sendiri dipinggir jalan?”

Baru saja seat belt terpasang, pertanyaan itu — membuat Meera terdiam. Frontal. Tuan menanyakan hal yang terlalu pribadi. Sebagai wanita, ia ingin menolak menjawab. Namun mengingat situasi sekarang … jelas saja ia adalah pelayan.

“Saya tidak berkencan, Tuan,” jawab Meera dengan pelan.

Tuan Abhimana membelokkan mobil. Perjalanan Malang ke Batu lumayan lama, apalagi jika hujan seperti ini. “Tapi saya punya mata untuk melihat, Meera. Cukup serasi. Kalian berkencan di Galeri Seni terbuka?”

Ah iya … Meera memahami bagaimana Tuan Abhimana bisa menilainya seperti sekarang. Tentu sepertinya, Tuan hadir di Pameran Seni. Mungkin saja, ia yang tidak pandai menangkap sekitar dengan cepat. Sehingga tidak menyadari kedatangan Tuan Abhimana di dalam acara tersebut. Lagi pula penyelanggara acara adalah Nyonya Callista.

“Kalau kamu mau saya jujur. Saya juga melihat adegan dramatis kalian.” Tuan Abhimana menengok.

Dramatis? Lamaran dari Angga yang Tuan maksudkan?

“Bagaimana bisa kamu membuat kekasihmu itu patah hati, Meera?” sambung Tuan Abhimana.

Cukup. Tuan terlalu ikut campur. Menyebalkan. Sikap sopan ini, tidak mendapat balasan yang setimpal. Meera melihat ke arah luar jendela, dan sebentar lagi mungkin lampu merah. Ia berpikir untuk turun saja dibandingkan dilempari pertanyaan-pertanyaan seperti sekarang.

“Jarang sekali wanita — desa? Seperti kamu menolak lamaran pria. Karena biasanya, yang saya tahu … wanita ingin lebih cepat menikah.” Tuan Abhimana menjeda. “Supaya ada yang menafkahi, dan bertanggung jawab atas hidupmu, mungkin?”

Meera mencoba sabar. Ia tersenyum tipis dan menjawab, “Sayangnya saya bukan wanita desa yang Tuan sebutkan. Saya tidak pernah terburu-buru soal pernikahan. Dan Tuan — Anda ini benar. Tapi sedikit salah.”

“Maksudmu?”

“Setiap wanita memang suka dinafkahi, memang senang apabila ada pria yang bertanggung jawab atas hidupnya. Tapi menurut saya — Angga — orang yang Anda lihat bersama saya tadi. Tidak masuk dalam kategori suami pilihan saya,” jelas Meera tiba-tiba yang entah mendapat keberanian dari mana.

“Ah, tidak termasuk ya? Makanya kamu tolak?” Mobil berhenti. Ada lampu merah, dan hujan masih lebat. “Jadi menurutmu. Suami pilihan yang tepat itu — yang bagaimana?”

Buat aja Tuan Abhimana ilfeel, supaya nggak usah tanya-tanya lagi. “Saya realistis saja. Yang menghasilkan banyak uang. Pria kaya, mungkin?”

“Realistis macam apa ini, Meera? Yang punya banyak uang? Sedangkan kamu sendiri …” Lampu Meera berakhir dalam 3 detik … 2 detik … 1 detik … mobil kembali berjalan dan Tuan berkata, “Miskin?”

Mendengar ucapan itu Meera langsung menatap Tuan Abhimana, dan mata itu pun bertemu.

“Saya tidak berniat menghina, hanya membicarakan realita kehidupanmu saja,” imbuh Tuan Abhimana.

Kedua sudut bibir Meera tertarik lagi. “Saya tidak merasa terhina, Tuan. Anda mengatakan hal yang benar. Tapi menurut saya, hubungan antar manusia harus saling menguntungkan.”

Kening Sang Tuan mengerut. Meera melihat ponsel sejenak. Sebentar lagi waktu maghrib akan habis.

“Jika suami saya menawarkan atau menyanggupi kehidupan yang nyaman untuk rumah tangga kami. Maka saya … akan memberikan segala kenyamanan yang dia butuhkan juga — yang berkaitan dengan diri saya.” Meera kembali menatap arah jalan yang diguyur hujan. “Saya tidak merasa bahwa saya mempesona. Tapi kecantikan adalah hal yang disukai para pria. Jadi yang bisa saya tawarkan untuknya — adalah … kesenangan bersama saya.”

“(…) Tapi kecantikan adalah hal yang disukai para pria. Jadi yang bisa saya tawarkan untuknya — adalah … kesenangan bersama saya.”

Arah pembicaraan ini. Berani-beraninya Meera. Apa wanita ini pikir orang yang berada disampingnya bukanlah pria?

“Bagus.” Hujan sangat lebat. Mobil tiba-tiba berhenti bukan karena lampu merah, melainkan macet. “Seharusnya memang begitu, kan?”

“Memangnya apa yang bisa ditawarkan wanita. Selain tubuh mereka?” imbuh Abhimana lagi.

Sengaja? Ya, tentu saja. Meera disampingnya ini – bukan gadis kecil dibawah umur. Obrolan seperti ini pun tidak apa-apa.

“Tuan.”

“Ya?”

“Saya boleh bertanya?”

Abhimana mengangguk. “Silakan.”

“Apa yang ditawarkan Nona Arabella sampai Tuan bersedia menikahi beliau? Tentunya … bukan tubuh dan paras cantik saja, kan?”

Hah? Gimana? Ah, Meera ... ya … kamu memang pintar. I see. Aku memahami pertanyaanmu, batin Abhimana yang semakin tertarik dengan pembicaraan ini.

“Banyak. Yang ditawarkan Bella sangat banyak.” Abhimana menatap sekilas dari samping. “Kalau kamu? Apa yang kamu tawarkan? Bisa jelaskan pada saya? Bukannya kamu tadi bilang … kesenangan bersama saya. Kesenangan?”

“Ya, Tuan. Kesenangan itu memiliki banyak bentuk. Sebagai pria dewasa otak Anda mungkin terdoktrin dengan hal-hal negatif. Maka ucapan saya jadi terdengar sedikit … ambigu, ya?”

Oh astaga Meera, berani-beraninya kamu berbicara kayak gitu. Abhimana sudah siap membuka mulut untuk bicara. Namun Meera menyela.

“Tuan bisa tolong turunkan saya di Masjid terdekat?” ucap Meera.

Mobil akhirnya menemukan jalan. “Kamu mau istirahat di Masjid?”

“Lebih tepatnya sholat. Beribadah, Tuan. Jika tidak keberatan Tuan bisa menurunkan saya di sana?” jawab Meera.

Bodoh Bhi, Bhi! Ya sholat lah! Orang mau berhenti di Masjid itu buat sholat? Mau ngapain lagi? Istirahat ya di rumah lah. Abhimana berdeham. “Oh-iya, maghrib, ya? Okay, bisa.”

...[tbc]...

1155 kata, Kak. Jangan lupa tekan like. Dukung MENGABDI terus yaaa! 😭🤏🏻

1
Yuyun ImroatulWahdah
semangat Meera😊
Yuyun ImroatulWahdah
wah Meera bakal jadi artis kah? penasaran 😁
सीता: bisa dibilang kak 🤏🏻😭
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
pelan2 mkin Deket mereka☺️
Yuyun ImroatulWahdah
ya ampun abhi ada gangguan kecemasan ternyata🥲, bocah secuek dan ceplas ceplos ini🥺

btw abhimata kocak banget si😂, cocok nih iya sama lu nai, jodoin bhi mereka, btw lagi udah akrab banget lagi sama dahayu romannya🤭

pesannya, yg nerimah sama faham beda ya bi🤭
सीता: ini mah ide cerita baru kak 🤏🏻🤍
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
lingga kok kayak bahagia banget nikah🤭 iyalah dapet cassia yg paham sama kewajiban seorang istri, walaupun ribet masih ada aja🤭
Yuyun ImroatulWahdah
seru ih🤭
सीता
*covernya dirubah pihak Noveltoon dengan requestku. jadi semangat nulis 🤍🤏🏻
KurniaWulanSailah
Beda....setia ...😹
Yuyun ImroatulWahdah
gak boleh ngina bhi, tapi yg ini aku setuju👍🤭
Yuyun ImroatulWahdah
ternyata aku ketinggalan banyak guys😭
सीता: ga banyak juga kak, baru beberapa chap
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
kasih tau lingga sembarangan emang mulut si abhi,


btw iya juga ya, gak mungkin juga kan langsung jatuh cinta, untuk yg setara juga gak selalu apalagi ini beda kasta,, selalu menarik cerita KA Sinta😊, ok KA Sinta lanjut, penarikan ini jalan cerita bakal gimana,
सीता: nah itu, bakalan ga masuk akal kalau langsung jatuh cinta kak 😭🤏🏻
total 1 replies
Santidew
🤣🤣
Yuyun ImroatulWahdah
Nikah bhi nikah🤭
सीता: solusi biar ga ngerusuh 🤏🏻
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
jangan-jangan waktu gw bentar lagi, lebay😭
ini demam kecapean+liat Meera kembenan🤦🤣
Yuyun ImroatulWahdah
makin ugal-ugalan tuan muda satu ini🤭,,
सीता: jalan-jalan doang kak Yun, kan dia bilang udah lama ga ke Jogja 😭
total 1 replies
Yuyun ImroatulWahdah
nah kan makin gila si Abhimana bhimana ini😂
btw bhi baju begitu malah lucu bagus Anggunly, estetik, dan syantik 🥰 KA Shinta banget ini mah🤭
Yuyun ImroatulWahdah: iya kan🤣🤣
सीता: stop kak yun ... malu 😭😭😭
total 2 replies
Wita S
up kak
Yuyun ImroatulWahdah
gemes sendiri 🤭🥰
Yuyun ImroatulWahdah
spam Al ikhlas 😭, nah yg ini kita sama🤣
Yuyun ImroatulWahdah
keren Meera👏,,
Abhimana semangat makin susah ini romannya buat deketin kalo begini ceritanya 🤭
tapi kita liat KA Shinta suka ada aja jalannya🤭😅
सीता: dibuat ada kak 😭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!