NovelToon NovelToon
Untuk Aldo Dari Tania

Untuk Aldo Dari Tania

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:469
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah A

Berawal dari pertemuan singkat di sebuah mal dan memperebutkan tas berwarna pink membuat Aldo dan Tania akhirnya saling mengenal. Tania yang agresif dan Aldo yang cenderung pendiam membuat sifat yang bertolak belakang. Bagaikan langit dan bumi, mereka saling melengkapi.

Aldo yang tidak suka didekati Tania, dan Tania yang terpaksa harus mendekati Aldo akhirnya timbul perasaan masing-masing. Tapi, apa jadinya dengan Jean yang menyukai Aldo dan Kevin yang menyukai Tania?

Akhirnya, Aldo dan Tania memilih untuk berpisah. Dan hal itu diikuti dengan masalah yang membuat mereka malah semakin merenggang. Tapi bukan Aldo namanya jika kekanak-kanakan, dia memperbaiki semua hubungan yang retak hingga akhirnya pulih kembali.

Tapi sayangnya Aldo dan Tania tidak bisa bersatu, lantaran trauma masing-masing. Jadi nyatanya kisah mereka hanya sekadar cerita, sekadar angin lalu yang menyejukkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketahuan

Tidak ada lelahnya Nico memutar lehernya ke belakang lalu kembali seperti semula, terus melakukan itu hingga Bima menjamin Nico melakukannya lebih dari dua puluh kali.

"Leher lo kenapa, sih? Lo lagi lihatin siapa di belakang?" omel Bima.

"Biasa," kata Nico memberikan kode.

Bima ikut memutar kepalanya—melihat ke belakang. Dia tersenyum geli. "Oh, absen ya, Nic?"

"Iya, dong."

Aldo hanya menggelengkan kepala, tidak tertarik dengan obrolan dua orang di depannya. Dia melihat ke depan—pada Tania yang diam-diam menatapnya. Saat ditatap balik, gadis itu justru pindah duduk. Aldo beralih menatap Nico.

"Lo lihatin siapa?"

Nico tersenyum geli. "Menurut lo?"

Aldo mengernyit bingung. Dia berpikir keras siapa yang menjadi objek Nico. Dan pikir Aldo, tatapan Nico tertuju pada Tania, Amanda, dan Nabilla.

"Lo lagi lihatin Tania sama temen-temennya?" Aldo menunjuk meja di depannya.

Alih-alih Nico yang menjawab, justru Bima yang menyahut.

"Maybe, lebih tepatnya sih salah satu di antara mereka."

Aldo mengernyit bingung. Dia menatap punggung tiga cewek di seberang sana. Lalu, dia melihat Tania beranjak pergi.

"Gue pergi dulu," ujar Nico.

"Yoi, semoga sukses," ujar Bima.

Kerutan di dahi Aldo semakin kentara menandakan dia sedang berpikir keras. Kenapa Nico pergi ketika Tania pergi? Aldo memiliki keyakinan kalau di antara mereka pasti ada hubungan.

"Bim, Nico lihatin siapa tadi?"

"Cewek yang dia suka." Bima menyuap makanannya.

"Siapa?"

"Menurut lo yang dekat dengan Nabilla siapa?"

Aldo mengernyit bingung, berpikir keras clue yang diberikan Bima. Dia jadi waswas jika seandainya Nico mengincar Tania. Karena tidak boleh ada siapa pun yang mengincar Tania, baik Dion maupun Nico. Karena sekarang, Tania sedang dalam zona kuning.

"Tania?" tebak Aldo. Dia sama sekali tidak berpikir bahwa yang dimaksud Bima adalah Amanda.

"Kasih tahu enggak, yaaa?"

Tanpa menunggu lama ucapan Bima, Aldo segera bangkit berdiri dan menyusul langkah Nico. Dia ingin tahu ke mana Nico pergi. Apakah Nico ada hubungannya dengan Tania atau tidak. Aldo harus memastikan itu.

"Eh, Aldo mau ke mana?" teriak Bima mendapati Aldo pergi begitu saja seperti mempunyai jurus kilat.

...******...

Tania lupa membawa ponselnya yang masih ada di laci meja. Dia segera kembali ke kelas untuk mengambil ponselnya dan memastikan ponselnya baik-baik saja. Sekitar sepuluh langkah lagi Tania memasuki pintu kelas. Dan sayangnya, seseorang memanggilnya.

"Tania, Tania."

Tania memutar tubuhnya persis gerakan robot. Dia menggunakan tumit kakinya sebagai tumpuan. Nico datang ke arahnya. Dan Aldo, tahu-tahu sedang mengintip dari balik tembok tikungan lorong—menyaksikan gerak-gerik Nico dan Tania.

"Ada apa?"

Nico menoleh sekeliling seperti seorang maling yang menemukan sebuah harta. Dia mengeluarkan sebuah cokelat dari dalam sakunya. Tania mengernyit bingung.

"Tolong kasih ini, ya." Nico memberikan cokelat itu ke Tania.

Dari jauh Aldo sudah menggertakkan giginya. Benar dugaannya, Nico dan Tania ada sesuatu.

"Buat gue?"

"Bukan, tapi Amanda."

"Apa?"

Jangan bilang kalau pria yang disembunyikan Amanda dan Nabilla akhir-akhir ini adalah Nico. Pria itu yang menjadi pujaan hati Amanda.

"Iya. Jangan lo makan, ya. Awas jangan dimakan. Kasih ke Amanda."

"Serius lo kasih ini ke dia? Atas dasar apa?"

Nico jadi panik seketika. Dia menggaruk tengkuknya. Seharusnya dia minta tolong pada Nabilla, bukan pada Tania. Ini semua karena dia terlalu terburu-buru.

"Duh, sini deh kalau lo nggak mau kasih." Nico menarik kembali cokelatnya.

Tetapi Tania tidak sebodoh itu. Dia menarik kembali cokelat dari tangan Nico.

"Ehhh, sini, bakal gue kasih, kok," ujarnya setelah merebut paksa cokelat itu.

"Serius lo?"

"Iya, tenang aja. Percaya sama Tania yang cantik jelita ini," ujar Tania sembari mengibaskan rambutnya.

"Oke, kalau sampai lo nggak kasih, awas aja. Gue pergi dulu."

"Ya."

Tania menatap cokelat panjang di tangannya, menelitinya dengan membolak-balik bagian cokelat itu. Tania yakin, orang yang selama ini Amanda sembunyikan darinya adalah Nico. Dia lantas kembali berjalan masuk ke dalam kelas.

Aldo berdecak sebal. Tangannya sudah mengepal menahan amarah. Dia pikir selama ini Nico orang yang jujur dan terbuka, nyatanya pria itu sudah menyembunyikan sesuatu hal yang besar padanya.

"Brengsek emang, dia nutupin itu dari gue? Awas aja," ancam Aldo.

"Aldo?"

Aldo sontak menoleh ke belakang—melihat Jean dengan alis terangkatnya.

"Lo ngapain?"

"Ah, nggak ngapa-ngapain, kok."

Jean mengintimidasi Aldo, dia tahu betul luar dalam sahabatnya itu. Seketika lehernya berubah menjadi sepanjang jerapah untuk melihat apa yang diperhatikan Aldo. "Masa sih, tapi kayaknya tadi—"

Aldo segera berdiri di depan Jean—menghalangi pandangan gadis itu. "Enggak ada apa-apa kok, Jean."

Jean menggembungkan pipinya, menatap kecewa sang sahabat. "Masa? Lo lagi lihatin siapa, sih?"

Aldo segera merangkul bahu Jean—mengajaknya pergi, semata untuk mengalihkan fokus.

"Ah, nggak lihatin apa-apa. Oh iya, lo udah makan?"

"Udah," kata Jean lalu kepalanya menoleh lagi ke belakang. Tetapi sayangnya, tangan Aldo menepisnya.

"Udah minum vitamin?"

"Udah. Lo bener—"

"Jalan itu harus lurus, Jean."

"Iya, tapi tadi lo benar—"

"Iya, gue nggak lihatin siapa-siapa."

"Masa?"

Aldo berdecak. "Ah udahlah, ayo makan."

"Tapi gue masih penasaran lo lagi apa tadi."

"Udah, lupakan aja, ya."

Nyatanya, Jean hampir mirip dengan Tania—suka kepo dengan hal yang dilakukan seseorang. Buktinya gadis itu terus mendesak Aldo sepanjang perjalanan agar membuka mulut. Tetapi Aldo selalu mengelak dan berhasil mengalihkan fokus Jean ketika mencubit hidungnya.

...******...

Meja kelas tidak tersusun lagi secara rapi. Hal itu dikarenakan Pak Wayan membentuk kelompok yang masing-masing berisi tiga anggota. Meja-meja disatukan bersamaan dengan kursi yang saling berdempet. Setelah suara decitan akibat geseran meja dan kursi itu berhenti dan Pak Wayan selesai menjelaskan tugas kelompok, barulah anak-anak sibuk berdiskusi.

Tetapi, namanya juga murid ketika belajarnya sudah berkelompok, pasti setiap kelompok mengandalkan satu orang yang dipercaya paling genius untuk mengerjakan tugas. Dan, anggota lainnya yang dianggap kurang genius hanya melihat dan mengobrolkan hal tidak penting.

Begitulah, dari banyaknya kepala hanya segelintir kepala yang masih berfungsi dengan baik.

"Anak-anak, bapak tinggal dulu, ya. Nanti jawabannya isi di kertas folio dan dikumpulkan ke ketua kelas."

"Iya, Pak!"

Ini adalah kesempatan yang baik untuk anak-anak ketika guru itu keluar dari kelas. Mereka bisa mengobrol bebas melenceng dari diskusi, tertawa terbahak-bahak sampai ketua kelompok mengingatkan kalau diskusinya sudah melenceng. Salah satu contohnya Tania. Gadis itu bersorak ria dalam hati mendapati Pak Wayan pergi. Dia segera berpindah duduk di sebelah Amanda yang sebelumnya di sebelah Nabilla.

"Amanda."

"Apa? Lo udah selesai cari—"

"Bukan itu. Gue mau tanya sama lo."

Amanda menoleh ke samping. Tatapan dan suara Tania sangat serius membuat Nabilla ikut menatap gadis itu.

"Apa?"

"Selama ini 'kan, lo sama Nabilla nyembunyiin sesuatu dari gue, iya 'kan?" Dia menunjuk Amanda dan Nabilla bergilir dengan buku yang digulung. Sedangkan yang ditunjuk hanya mengernyit bingung.

"Dan gue udah tahu siapa yang lo berdua sembunyikan dari gue."

Sontak Amanda melotot tajam dan nyaris mengeluarkan bola matanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!