Jangan lupa untuk follow Ig: naendia9
Karina Zanetta, gadis remaja yang cantik namun sayangnya terkenal dengan sikap dingin dan cueknya bahkan dia dapat julukan Ice cube di sekolahan. Tapi suatu momen Karina di tembak oleh Davino Abimanyu, pria tampan yang kebetulan sangat populer di sekolahan.
"Elo mau gak jadi pacar gue?!" ucap Davin.
Dan saat itu juga seisi sekolahan dibuat heboh oleh tingkah Davin yang menyatakan rasa suka pada Karina. Namun sayangnya Karina belum menjawab iya ataupun menolak perasaan cinta Davin, karena Karina menyukai pria lain dan berharap yang menyatakan cinta itu pria itu bukan Davin.
Dan disisi lain Davin sudah dijodohkan sama kedua orang tuanya dengan Jovita, bahkan mereka setelah lulus akan segera dinikahkan.
Bagaimana kelanjutan kisah cinta Karina? Apakah Karina akan bisa mencintai Davin dengan tulus hati atau Karina masih berharap dengan Crush-nya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naendia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18 Salah
"Karina? Elo disini?"
Karina lantas menoleh ke sumber suara, terlihat seorang lelaki sedang memakai seragam SMA sekolah Bintang. Siapa lagi kalau bukan Davin.
"Davin?"
"Iya, gue Davin." Davin hanya tersenyum kecil saat melihat Karina.
"Ah, non Karina, saya tunggu saja di dalam mobil." Pak Eko langsung menyela obrolan kedua nya dan pamit undur diri lalu segera bergegas ke mobil Rolls-Royce berjenis Phantom Extended Wheelbase, mobil yang sering di gunakan untuk mengantar jemput Karina ke Sekolah.
Karina cuman mengangguk dan melihat pak Eko berjalan ke arah mobil yang terparkir di pinggiran jalan.
"Kalau boleh tau, elo ngapain disini?" tutur Davin menatap Karina.
Karina kemudian memandang Davin yang berdiri di depannya setelah memarkirkan motor.
"Gak, gak ada keperluan kok gue. Lagian elo ngapain disini. Kenapa elo selalu muncul di hadapan gue. Ntar si Jovita ngamuk ke gue."
Davin hanya terkekeh mendengar pernyataan Karina, "elo lupa? Ini daerah rumah gue. Lagian rumah elo juga gak di jalan Flamboyan kan? Ngapain disini? Wajar dong gue tanya ke elo, lagian kaget aja gue liat elo di jalan sendiri."
Karina hanya mengaruk tengkuknya dan tersenyum canggung, "Kalau gitu kita makan dulu deh tuh ada kang Bakso, mau gak? Atau elo gak terbiasa makan di pinggiran jalan?"
"Ah! Bu- bukan gitu! Lagian, kenapa sih! Orang - orang selalu mikir kayak elo gitu! Gue juga manusia normal bisa juga makan makanan manusia selagi itu makanan untuk manusia!" Karina berjalan ke tukang bakso sembari menghentakkan kaki nya saat berjalan, dan cemberut.
Sementara Davin hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya sembari menatap Karina, "Elo gak berubah sama sekali Karina."
Davin segera menstandarkan motor CBR nya dan berjalan menyusul Karina.
"Elo masih cemberut aja! Gue bercanda kali, kalau gitu gue pesenin."
Sementara Binta yang baru saja keluar dari rumah nya berjalan menyusuri jalanan. Binta sama sekali tak melihat kalau ada Davin dan Karina yang sedang memakan bakso di dekat rumahnya.
Namun, berbeda dengan Karina. Setiap yang berbau dengan Binta dia selalu menyadari nya.
Bahkan saat dia sedang bersama Davin untuk menunggu pesanan mereka, kedua bola mata Karina melihat Binta yang sedang berjalan sendiri menyusuri jalanan.
'Binta? Ah, sia* gue gak bisa pergi aduh! Gimana ini!' batin Karina.
"Ah, Davin so- sorry kalau kita makan nya lain waktu gimana ini di bungkus aja? Gu- gue lagi buru - buru. Gu- gue-"
"Oooyy waiit!! Tenang ... tenang Rin, kalau elo mau bungkus gak masalah elo gak perlu panik. Oke gue bakalan ngomong ke bapak nya. Tenang yah!" Davin berusaha menenangkan Karina namun, tetap tak bisa. Pikiran Karina masih ke Binta yang lagi berjalan. Tapi, karina berhasil menutupi kepanikkan nya di hadapan Davin, sampai akhirnya Davin berdiri, "Elo tunggu sini gue mau ke abang nya dulu."
Davin lantas bangkit dari duduk nya dan meminta abang Bakso untuk membungkus makanan nya.
"Tapi mas, ini baru saya anterin ke mas-"
"Gak apa - apa pak. Karena teman saya mendadak buru - buru karena keperluan. Maaf ya Pak."
Tukang bakso itu akhirnya mengangguk mengerti dan bakso dua porsi itu segera di bungkus.
Lalu kembali ke Karina dengan membawa bungkusan Bakso itu, Karina lantas berdiri, "Sekali lagi gue minta maaf ke elo so-"
"Iya." Davin tersenyum sambil menyodorkan bakso nya yang terbungkus rapi untuk Karina. Karina kemudian mengambil nya kemudian, Karina pun meraih tas nya dan pergi meninggalkan Davin.
"Karin..a!" Saat berbalik dan ingin meraih Karina, Karina sudah pergi menjauh.
"Yah!" tangan kanan Davin pun mengepal sembari tersenyum nanar memandang Karina yang sudah berjalan ke arah mobil nya.
"Baru gue mau ngomong elo udah pergi aja." Davin kemudian berjalan ke arah motornya sambil membawa bungkusan bakso nya tadi.
Sementara Karina dengan segera masuk ke dalam mobil dan meminta pak Eko untuk puter balik dengan segera.
"Pak Eko puter balik sekarang yah!" tutur Karina saat hendak masuk kedalam mobilnya.
"Baik non."
Karina kemudian menutup pintu mobil nya lalu, pak Eko berjalan menuruti perkataan Karina.
'Gue harap masih bisa liat elo deh Binta.'
Saat mobil Karina surah memutar arah dan melewati Davin, Karina pun memandangi Davin dari dalam mobil lalu berkata dalam hatinya lagi, 'Maafin gue Davin lain kali gue akan bayar ini semua maafin gue. Gue gak mau kehilangan Binta.'
Davin yang duduk di motor masih saja melihat mobil Karina yang pergi menjauh dari pandangan nya.
"Elo kenapa sih, buru - buru banget Rin." Davin hanya bisa meratapi nasib sembari masih memandang mobil Karina yang sudah menjauh dari pandangan nya.
Namun, setelah tersadar Davin lantas menyalakan motornya kembali dan meninggalkan lokasi.
Sementara Karina yang duduk di belakang di bangku penumpang melihat ke arah depan mobil.
"Pak tolong ikutin orang itu yang lagi jalan, yang makai baju warna abu - abu," perintah Karina sambil menunjuk orang yang di maksud.
Pak Eko mengangguk mengerti lalu membuntuti Binta, pak Eko juga mdmberikan jarak di antara orang yang di maksud Karina.
Karina hanya memerhatikan dengan serius kemana Binta akan pergi, namun setelah di ikuti, "Pak tolong ikutin angkutan umum itu, jangan sampai lepas ya Pak!" tegas Karina sembari menepuk - nepuk tempat duduk kemudi.
"Baik non!" seru Pak Eko.
Sementara di kediaman Nessa, Nessa pun sedang berada di rumah tante nya, lebih tepat nya Nessa sedang berada di dapur, dan melihat tante Melodi sedang membuat masakan. Bahkan aroma masakan itu menyerebak luas ke area dapur sampai di ruang tamu.
Jarak antara ruang tamu dan dapur memang tidak terlalu jauh sama sekali, sehingga aroma masakan yang menggiurkan itu pun membuat Nessa berjalan ke dapur.
"Nessa? Kamu kenapa?" tanya sang tante yang bernama Melodi.
"Gak ada apa - apa kok tan," jawab Nessa singkat, lalu Nessa mengambil gelas dan mengambil air minum dingin yang berada do dalam kulkas.
"Kamu jujur deh sama tante? Kamu kelihatan ada masalah loh, kalau soal keluarga kamu, sudahlah gak usah di pikirin kan ada tante disini kan?" Jelas tante Melodi sembari memandang Nessa yang berdiri di samping dengan tatapan tersenyum riang dan mengangkat kedua alis nya.
Nessa hanya menatap dengan tatapan datar sambil minum lalu kemudian mengangguk sekilas.
"Ini bukan masalah keluarga Nessa tan. Udah jelas keluarga Nessa hancur lebur. Apa yang mau Nessa pikirin?" kekeh Nessa lalu menaruh gelasnya di meja dapur kemudian menarik kursi dan duduk. Sementara tante Melodi masih memasak sayuran yang di masaknya. Namun, dia3masih setia mendengarkan ucapan Nessa.
"Terus soal apa?" tanya tante Melodi sambil membawa work pan berbahan granit dan berwarna sage, lalu di letakkan nya di piring Saji yang ada di samping Nessa yang sedang terduduk.
"Soal Karina."
"Karina? Karina temen kamu itu?? Karina Zanetta itu kan?" Tante Melodi mencoba memastikan.
Nessa mengangguk dan berkata, "Dia yang pernah aku ajak ke sini tante."
"Ada apa kamu sama Karina? Kalian marahan?" tutur tante Melodi.
Nessa mengangguk lagi, "Awalnya dia peduli tante sama keadaan Nessa tapi, mendadak dia jadi nyebelin."
Nessa kemudian menyodorkan ponselnya. Lalu, tante Melodi menaruh work pan nya di sink, dan mencuci tangan nya melap tangannya dengan menggunakan celemek yang di pakainya.
Tante Melodi memerhatikannya dengan seksama, "Apa ini? Curhatan kamu di rekam gitu?"
"Iya." Nessa tertunduk lesu.
"Tapi, ada yang aneh," jawab tante Melodi.
Nessa yang mendengarnya langsung penasaran, "Apa maksud tante?"
"Karina kan lagi sakit kakinya, terus cara dia gimana ambil vidio? Bukannya dia bakalan butuh waktu lama untuk naruh ponselnya dalam keadaan kaki nya yang seperti itu?" ujar tante Melodi.
Nessa lun teringat dan menjadi berfikir, "Apa maksud tante ada orang lain selain Nessa sama Karina?"
Tante Melodi mengangguk sambil mengembalikan ponsel Nessa. Nessa pun terdiam, kini kepalanya berisi rasa penasaran, 'kalau memang yang di ucapin tante Melodi masuk akal terus siapa?'
"Sudahlah! Kita makan aja dulu, kamu belom makan kan?" ujar tante Melodi.
***
"Loh, kenapa elo ada di sana Binta?" gumam Karina.
"Jadi??"
semoga semangatnya juga terus panjang ya. salam dari Aira dan Zayyan di 'aku akan mencintaimu, suamiku' jgn lupa mampir 😉