Bintang yang mengalami kebangkrutan terpaksa harus menjual semua asetnya dan juga pindah dari kota tempat dia tinggal
beruntung dia masih punya warisan sebuah rumah dari sang Kakek Bagaskara
Tapi rumah itu tidak berani di dekati penduduk karena terkenal Angker dan tidak bisa di masuki siapapun kecuali oleh sang pemilik
mampukah Bintang dan keluarganya bertahan disana? dengan banyak gangguan dan juga musuh sang kakek yang mengincarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menggerebek babi ngepet
Di pasar malam
"Sumi kamu mau beli apa? Disana ada tukang martabak dan mie ayam, kita makan mie ayam yuk" ajak Herman
"Boleh, Sumi juga mau coba makanan yang di jual disini" jawab Sumi tersenyum manis
Mereka berjalan sambil bergandengan tangan, tak jarang ada yang menggoda Herman karena berhasil memiliki kekasih
"Kamu lihat kan, mereka terus menggoda kita, kamu sudah memikirkan lamaranku?" Tanya Herman serius
"Kata den Bintang, kalau kang Herman serius, bisa datang kesana dan melamar Sumi, tapi apa Sumi masih boleh tinggal dan bekerja disana?" Tanya Sumi balik
"Kalau bekerja tentu saja boleh, tapi untuk tinggal sepertinya tidak bisa Sum, soalnya aku juga punya rumah peninggalan orang tuaku" jawab Herman menunduk
"Kalau begitu, Sumi akan kerja sampai sore saja, nanti kita pulang bersama saat Akang selesai bekerja di lahan den Bintang" jawab Sumi tak tega melihat Herman murung
Dengan bahagia Herman Langsung memeluk Sumi sambil mengumumkan kalau mereka akan segera menikah pada semua orang di sana
"Kalau akang ikut lembur di tempat den Bintang, kamu bisa tunggu juga disana, kita pulang bersama saat malam" ungkap Herman dan Sumi mengangguk
"Pakai gelangnya jangan dilepas Sumi" bisik Sahara yang juga kesana bersama Dimas
Sumi celingak-celinguk mencari keberadaan Sahara dan ternyata dia ada di atas gerobak penjual bakso
"Kenapa?" Tanya Herman khawatir
"Nggak ko, Sumi cuma lihat jajanan disini ada apa saja" jawab Sumi
"Nanti kita jalan jalan lihat sekitar pasar malam ini ya, akang mau belikan kamu baju baru, kemarin akang gajian soalnya, den Bintang baik tidak di potong uang makan" ungkap Herman
"Den Bintang dan non Silvia memang baik baik kang" jawab Sumi
"Dimas juga Dimas juga" ucap Sahara yang lompat kesana kemari sambil sesekali usil meniup telinga penduduk yang dia temui hingga ketakutan
"Iya den Dimas juga baik" jawab Sumi
"Itu den Dimas juga kesini bersama Galang dan Sadam" tunjuk Herman pada anak anak yang naik permainan kora kora
"Iya itu den Dimas" jawab Sumi
"Kamu mau naik itu, kalau mau ayo akang temani" tanya Herman
"Nggak ah kang, Sumi takut" jawabnya
Di seberang Sumi, Galuh, Gibran, Renita dan Kania sedang asik makan mie ayam juga dengan santai, Galuh sesekali Menatap Sumi yang terlihat cantik saat tersenyum dan juga Sahara yang bisa di lihat oleh Sumi
"Dia bisa melihat Rukmini dan Sahara tuan karena di pakaikan gelang Rukmini itu" bisik Hala yang berdiri di belakang Galuh
"Apa dia juga bisa melihatmu?" Tanya Galuh
"Bisa tuan, saat pasukan saya menyerang rumah itu dia juga ikut melindungi rumah dengan membacakan ayat suci Al-Qur'an" jawab Hala
"Hmm.. menarik, tapi sayang dia tidak memiliki darah suci seperti majikannya yang perempuan itu" ungkap Galuh
"Anda juga bisa melihatnya?' tanya Hala
"Ya, darah suci itu mengalir dari dalam tubuh istrinya Bintang Darmawan, aku juga bingung, bukankah dia sudah memiliki satu anak tapi bagaimana bisa darahnya terlihat sangat menarik perhatianku?" Tanya Galuh
"Perempuan itu adalah keturunan satu satunya dari keluarga Syailendra tuan, perempuan satu satunya dari keluarga itu yang tersisa" jawab Hala
"Pantas saja darahnya begitu harum, Syailendra adalah keluarga bangsawan yang sangat tersohor sejak dulu, aku tidak perlu memiliki banyak budak jika dia ada di sampingku kan?" Tanya Galuh serius
"Anda benar tuan, darahnya bahkan bisa membuat saya lebih kuat dari Rukmini jika dia bersedia jadi milik tuan Galuh" jawab Hala
"Papa, Kania ingin naik kereta itu pa" ucap Kania menghentikan pembicaraan Galuh dan Hala
"Pergilah, Gibran temani adikmu bermain, ini uangnya" jawab Galuh lembut
"Iya pa, Gibran boleh menemui teman Gibran kan pa?" Tanya Gibran
"Siapa?" Tanya Galuh
"Itu pa, Galang dan Sadam" jawab Gibran menunjuk Galang dan Sadam yang baru turun dari permainan kora kora
"Iya pergilah dan jangan terlalu malam, papa dan mama akan tunggu di dekat mobil" jawab Galuh
Gibran senang dan dia menuntun Kania untuk menemui teman temannya
"Galang!" Panggil Gibran
"Kamu kesini juga?" Tanya Galang
"Iya, sama papa dan mama juga" jawab Gibran
"Kania mau main apa?" Tanya Sadam gemas
"Kania mau naik kereta kak" jawab Kania
"Ayo kami temani" ajak Galang
"Dimas, kamu belum kenal Gibran kan? Dia ini teman kita juga tapi sekolahnya beda dia sekolah di kota" ucap Galang
"Halo namaku Dimas" sapa Dimas
"Aku Gibran" jawab Gibran tersenyum dan menjabat tangan Dimas
Mereka pergi ke wahana kereta api dan menemani Kania di sana, Sahara juga ikut naik dan terlihat bahagia
"Dimas" teriak Sahara melambaikan tangannya
Rambutnya yang panjang sampai berterbangan karena terkena angin
"Sahara sini aku ikat rambut kamu, aku kasih ke Kania ya atas nama kamu supaya kamu bisa punya ikat rambut" bisik Dimas dan Sahara mengangguk
Dimas pamit sebentar untuk membeli beberapa ikat rambut dan juga jepit rambut yang lucu lucu untuk Sahara, dia bisa mendapatkan barang barang itu jika Dimas atau Bintang menyumbangkan sesuatu atas nama Sahara.
"Kania ini kakak belikan kamu ikat rambut dan jepit rambut yang lucu" ucap Dimas memberikan plastik berisi ikat rambut pada Kania yang sudah turun dari kereta mainan itu
Saat Kania menerima plastik itu, barang yang ada di dalam plastik itu langsung ada di tangan Sahara juga, dia melompat kegirangan sambil terus tertawa
"Hihihihihi... Sahara senang sekali dapat ikat rambut dari Dimas" ungkap Sahara
Tawanya yang melengking sampai terdengar menyakitkan di telinga Hala dan Galuh
"Apa yang terjadi?" Tanya Galuh
"Arwah itu sepertinya sedang senang tuan, dia terus melompat sana sini dengan tawa yang bisa menyakiti gendang telinga para jin disini" jawab Hala menutup telinganya
"Sialan! Ayo menjauh" jawab Galuh menarik tangan Renita yang mengawasi Kania dari tempat penjualan mie ayam
"Kita kemana mas?" Tanya Renita
"Kita ke dekat mobil saja, aku ingin merokok" jawab Galuh berbohong
Sementara Dimas ijin ke toilet untuk mengikat rambut Sahara, dia mengepangnya agar Sahara terlihat lebih seperti manusia biasa meski tidak ada yang bisa melihatnya kecuali orang tertentu saja
"Sekarang kamu sudah terlihat rapi dan semakin cantik" ungkap Dimas kagum dengan hasil karyanya
"Sahara cantik Sahara cantik, tidak seperti nenek" ucap Sahara
"Nenek juga cantik Sahara" ucap Dimas terkekeh
"Nenek cantik tapi tua" jawab Sahara
Mereka kembali ke teman teman mereka dan setelah selesai, mereka memilih untuk pulang
"Dadah kak Galang, Kak Sadam, Kak Dimas" pamit Kania
"Dadah Kania" jawab ketiganya
"Aku pulang dulu ya, kalau jadi lusa juga aku pindah sekolah ke sini, aku malas di sekolah itu karena terus di ledek teman teman" ungkap Gibran
"Kami akan senang kalau kamu pindah ke tempat kami, meski hanya sekolah negeri tapi disana orang orang akan menghargai kamu" jawab Galang
"Aku pulang duluan ya, mama sendirian di rumah, papa katanya ikut ronda sama om Lingga dan pak RT" pamit Dimas dan diangguki semuanya, dia juga tak lupa untuk mencium tangan Galuh dan Renita, sejenak dia menatap Hala yang terlihat tinggi besar di belakang Galuh, tapi sedetik kemudian dia juga meraih tangan Hala dan menciumnya karena mengira Hala adalah manusia juga
Akhh..
Bersambung
padahal ceritanya bagus.
gw demen.
lancar ampe tamat ye