Hanum Khumaira, seorang wanita soleha yang taat beragama, terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya dengan seorang perwira polisi bernama Aditama Putra Pradipta. Perjodohan ini merupakan keinginan kedua orangtua mereka masing-masing.
Namun, di balik kesediaannya menerima perjodohan, Aditama sendiri memiliki rahasia besar. Ia telah berhubungan dengan seorang wanita yang sudah lama dicintainya dan berjanji akan menikahinya. Akan tetapi, ia takut jika kedua orangtuanya mengetahui siapa kekasihnya, maka mereka akan di pisahkan.
Diam-diam rupanya Aditama telah menikahi kekasihnya secara siri, ia memanfaatkan pernikahannya bersama Hanum, agar hubungannya dengan istri keduanya tidak dicurigai oleh orangtuanya.
Hanum yang tidak mengetahui rahasia Aditama, mulai merasakan ketidaknyamanan dengan pernikahannya ini.
Konflik dan drama mulai terjadi ketika Hanum mengetahui suaminya telah menikahi wanita lain, akankah Hanun tetap mempertahankan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanum dan Bella bertemu
Pagi yang cerah dan indah ini entah kenapa Hanum sangat bersemangat mengantarkan Suaminya untuk berangkat bekerja sampai depan rumah, keduanya kini telah menikmati udara segar dan hangatnya cahaya matahari.
Entah ada angin apa, sikap Tama akhir-akhir ini mulai melunak terhadap Hanum, begitupun sebaliknya, Hanum selalu berbunga-bunga saat di perlakukan layaknya seorang istri, dan ia pun merasa sangat bersyukur.
"Aku berangkat dulu ya Num, kemungkinan aku pulang larut malam, karena hari ini akan banyak tugas di Mabes!" imbuhnya seraya meyakinkan Hanum. Tama pun entah kenapa mulai merasa nyaman dengan kehadiran Hanum di sisinya, baginya antara Hanum dan Bella, memiliki banyak perbedaan.
Hanum pun mengangguk pelan, dan menatap wajah tampan sang suami yang telah mengenakan seragam dinasnya yang berwarna coklat , tidak lupa Hanum merapihkan lencana pangkat suaminya yang berbentuk tiga melati emas di antara kedua bahunya yang sempat terlihat tidak rapih, Hanum begitu jeli akan penampilan suaminya, meskipun awalnya ia tidak suka dengan seorang abdi negara, kali ini mau tidak mau Hanum harus bisa menerimanya dengan hati yang lapang.
"Oh iya Mas, tadi aku mendapatkan info dari group chat ibu bhayangkari, aku mendapatkan undangan pertemuan untuk acara hari pahlawan, aku bingung harus bagaimana?" tanya Hanum terlihat gugup di hadapan suaminya.
Tama malah tersenyum penuh arti lalu mengusap lembut kepala sang istri.
"Nanti aku akan mengantarmu untuk bertemu dengan ibu Mayang, dia adalah ketua ibu bhayangkari di Mabes, kau tidak usah bingung, kau adalah istriku dan jangan sampai membuat aku malu, faham kamu, Num?"
"Iya Mas, aku faham."
"Baiklah, kalau begitu aku pamit berangkat dulu, Assalamualaikum." ucapnya yang tidak seperti biasanya.
Hanum sendiri cukup terkejut atas perubahan sikap suaminya padanya secara signifikan.
"Waalaikumsalam Mas, hati-hati di jalan!" jawabnya sembari mencium punggung tangannya secara takzim.
Setelah kepergian Tama, akhirnya mobil milik Papah dan Mamah mertuanya telah tiba di halaman depan rumah, Hanum pun menyambutnya dengan antusias, kemudian Riana tiba-tiba saja muncul, ia terlihat begitu senang saat kedua orangtuanya telah kembali dengan selamat.
"Assalamualaikum Riana dan juga Hanum!" sapa Pak Cahyo dan juga Bu Kiran secara berbarengan.
"Waalaikumsalam Papah dan juga Mamah!" jawab Riana sambil memeluk kedua orangtuanya
"Waalaikumsalam Pah, Mah!" jawab Hanum sembari mencium punggung tangan kedua mertuanya.
Kemudian mereka semua masuk ke dalam rumah, Hanum sendiri merasa bahagia karena Papah dan Mamah mertuanya begitu baik padanya, serta Riana sang adik ipar sudah sangat dekat dengannya, baginya rumah mertuanya ini sudah seperti rumah kedua baginya.
"Oh iya Num, nanti kamu bisa tidak antarkan makan siang untuk Suamimu ke kantornya?" tanya sang ibu mertua.
"Bisa Mah, memangnya Mas Tama mau dimasakin apa? Nanti biar Hanum yang masak untuk Mas Tama!" jawabnya terlihat antusias
"Cie..cie kak Hanum, semangat sekali ya mau masakin buat Kak Tama." goda Riana.
Hanum malah terlihat malu dengan kedua pipinya yang merona.
"Kamu tidak perlu repot masak, cukup kamu hangatkan ikan pindang ini kebetulan ini masakan langsung dari Nenek nya lain waktu kau akan Mamah ajak kesana, Tama sangat menyukai pindang ikan patin khas palembang, dia akan lahap memakannya!" jawab Ibu Kiran.
" Wah Hanum jadi tidak sabar untuk bertemu dengan Nenek!" jawabnya terlihat sumringah
"Sabar ya Num, pasti akan Mamah ajak kesana bersama dengan Tama!" jawabnya
"Baik Mah, oh iya kalau begitu Hanum akan mengerjakan apa yang Mamah barusan perintahkan." jawabnya sambil mengangguk.
"Terimakasih ya Num!" jawab Bu Kiran.
"Sepertinya kalian terlihat semakin harmonis ya setelah kepergian kami ke Palembang!" goda Pak Cahyo kepada menantunya.
"Beuh...mereka berdua udah kayak perangko Pah, lengket bener!" jawab Riana yang asal ceplos.
Mendengar putrinya yang menjawabnya, Pak Cahyo malah tertawa terbahak-bahak.
"Berita yang sangat bagus, tentunya dan sebentar lagi kita akan segera mendapatkan seorang cucu Mah, betul tidak Num?" tanya Sang Papah mertua
Hanum malah terlihat gugup dan juga malu atas perkataan dari Papah mertuanya.
'Aish...melakukan malam pertama saja belum pernah, kenapa jadi membahas cucu?' ujarnya dalam hati.
Entah kenapa wajahnya serasa terbakar saat Papah mertuanya membahas masalah cucu.
"Pah, sudahlah..kau jangan menggoda menantu kita, lihat tuh wajahnya sampai merah padam seperti itu!" tegur Bu Kiran, padahal Hanum mengenakan cadar. Dan dari mana juga sang ibu mertua bisa tahu apa yang telah ia alami.
Sekitar pukul jam sebelas siang, Hanum sudah bersiap-siap dengan kotak bekal makan siang untuk suaminya, Hanum pun menatap kotak bekal makan siang tersebut dengan wajahnya yang berseri
'Ada apa dengan diriku? Kenapa jantungku berdegup kencang seperti ini? Apakah mungkin aku menyukaimu Mas? Arrrkkkhhh...kejadian malam itu malah membuatku tidak bisa melupakannya bahkan aku selalu gugup saat berada di dekatmu!' ungkapnya dalam hati.
Hanum berusaha untuk bisa mengendalikan perasaannya ia tidak mau sampai suaminya tahu akan hal ini, mengingat Suaminya tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya.
Dengan diantarkan oleh sang sopir, Kini Hanum bergegas pergi menuju Mabes Polri Jakarta Pusat.
Di saat yang bersamaan, Bella berinisiatif untuk memberikan kejutan untuk suami tercintanya, ia memesan makanan dari Restoran terkenal di kota ini, kali ini Bella sengaja melakukan aksi nekatnya agar dirinya mendapatkan izin atas apa yang sudah ia rencanakan sebelumnya, tentunya demi karirnya yang sangat ia banggakan.
Tama sendiri merasa begitu kelelahan hari ini, apalagi banyaknya kasus yang belum bisa ia pecahkan, membuat isi kepalanya serasa mau pecah. Sambil bersandar di kursi kebesarannya, Tama terus saja memutar-mutar kursi tersebut layaknya seperti seorang anak kecil yang senang bermain-main.
Tiba-tiba saja bayangan wajah Hanum terlintas begitu saja, sudah beberapa hari ini Tama seperti dihantui rasa bersalahnya.
"Akh, kenapa bayangan wajahmu selalu terlintas di dalam benakku, Num? Aku malah semakin merasa bersalah padamu! Tapi akupun tidak bisa membatalkan janjiku terhadap Bella, aku begitu mencintainya..tapi entah kenapa justru aku lebih sering memikirkan mu akhir-akhir ini?" ujarnya bermonolog.
Kali ini di dalam ruangannya seorang diri, Tama tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya, baginya kehidupan rumahtangganya yang rumit telah mempengaruhi performa kinerjanya, dan ia pun harus bisa mengatasi semua masalah ini, masalah pribadi jangan sampai ia campur adukkan dengan masalah pekerjaan, yang ada nantinya ia akan mendapatkan banyak masalah.
Kini Hanum telah tiba di depan pintu gerbang Mabes Polri Jakarta Pusat, ia terlihat gugup dan juga malu.
"Duh bagaimana ini? Ini baru pertamakalinya aku kesini? Lantas aku harus bagaimana?" ucapnya terlihat bingung.
Kemudian muncul seorang wanita mengenakan masker di wajahnya sedang menenteng Tote bag dengan ukuran sedang, wanita berambut panjang sepinggang dan memilki tubuh yang proporsional tersebut telah membuat Hanum terus saja menatapnya.
'Kenapa wanita itu sama persis seperti yang ada di dalam mimpi? Dari belakang begitu mirip!' ujarnya dalam hati.
Kemudian Wanita tersebut menoleh, dan ia melihat Hanum sedang berdiri mematung di depan pintu gerbang.
Kini keduanya saling memandang dalam diam, dengan sengaja Bella mendekati Hanum, sepertinya Bella tahu jika wanita dihadapannya ini adalah istri pertama suaminya.
Bersambung...
⭐⭐⭐⭐⭐⭐
masa udah seneng seneng sama si Bella tapi setelah si Bella dia rasain trus dia malah balik ke si Hanum