setelah menjalani setahun pernikahan kontrak olivia dan barra akhirnya berhasil bercerai.
namun tanpa mereka sadari ada satu malam yang telah mereka lupakan bahwa ada suatu momen penting yang telah terjadi yang mengakibatkan kesalahan fatal bagi mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nukamah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Makian dalam hati
Ketika mentari kembali menyapa, kegiatan dan segala aktivitas pun mulai berjalan seperti biasa. Pagi itu Barra berangkat ke kantornya sedikit lebih terlambat dari hari-hari biasanya.
"Selamat pagi pak direktur" sapa seorang sekertaris kepercayaannya.
"Ya, apa sudah ada seseorang yang menghubungiku?"
"Hari ini belum ada pak, tapi ada seorang karyawan produksi yang mencari anda"
"Siapa?"
"Asisten manajer olivia dari tim produksi 1"
"Kapan dia mencariku?"
"Sekitar jam12 siang kemarin, sepertinya saat itu ada sesuatu yang cukup mendesak, apa anda berniat untuk menemuinya?"
"Iya, panggil dia kemari" ucapnya sambil menyunggingkan bibirnya.
Saat seseorang tengah mencari keberadaannya, terlihat olivia sedang bercengkrama sambil bekerja dengan rekan Arif. Mungkin karena Arif adalah tipikal orang yang paling ramah dan terbilang paling muda di satu tim itu, tak heran oliv lebih akrab padanya ketimbang dengan karyawan yang lain.
"Asisten manajer olivia!" Panggil seseorang yang berdiri tak jauh darinya.
"Ya?"
"Pak direktur ingin bertemu dengan anda"
"Kenapa? Ada apa lagi?" Bisik Arif penasaran
"Entahlah?" jawab oliv yang juga tak tahu
Dengan perasaan was-was oliv berjalan menuju ke ruangan barra sambil terus berharap semoga tidak akan ada situasi yang membuatnya kesulitan atau tidak nyaman saat bertemu dengan barra.
"Selamat pagi pak direktur, apa benar anda ingin bertemu dengan saya?" sapa oliv setelah dirinya masuk ke ruangan.
"Iya, itu benar"
Dengan langkah pelannya barra berjalan mendekati oliv yang saat ini terlihat terus menunduk ke bawah tanpa melihat wajahnya sama sekali. Begitu sepatu mereka saling berhadapan dengan sangat dekat, spontan saja oliv terperanjat kaget melihat jarak mereka berdua yang begitu dekat.
Mata yang selalu menatap lurus dan ekspresi wajah yang selalu menunjukkan sebuah rasa kewaspadaan, dengan wajah gugup yang seolah ingin mengatakan sesuatu pada barra, semua perbedaan lucu di antara mereka itu ternyata terus menarik perhatian barra semakin dalam.
Benar aku mengakuinya sekarang, bahwa yang selalu mengusikku dan perasaan yang tidak normal ini adalah rasa ketertarikan, batin barra sambil tersenyum tipis menatap wajah olivia yang tak mau memandangnya bahkan ia juga tak mengatakan sepatah katapun padanya, wanita itu bagai sebuah robot cantik yang akan berbicara ketika mendapatkan sebuah pertanyaan tau intruksi daei tuannya. Hanya beberapa saat menatapnya raut wajah gugup itu terus menghindari sepasang mata barra yang terus memantaunya dengan dekat.
Entah mengapa semenjak sering melihatnya aku begitu sangat ingin memilikinya, tapi aku juga benci jika aku harus membuka diriku sendiri secara mudah. Namun, aku tak mau tinggal diam saja, aku akan selalu menganalisa perasaanku sendiri dengan baik mulai sekarang, batin barra lagi.
"Duduklah sebentar, dan buat diri anda senyaman mungkin disini" ucap barra.
Tentu saja oliv langsung berjalan menuju sofa dan duduk disana untuk menghilangkan rasa tegang yang menjalar ke seluruh tubuhnya, sementara itu barra terlihat tengah mengambil sesuatu di dalam laci meja kerjanya.
"Ambil ini, seperti yang anda inginkan sebelumnya, ini adalah hadiah kue dari anak-yang berkunjung ke perusahaan kemarin" ujar barra sembari menyodorkan sebuah kotak yang berisikan kue kukis coklat di dalamnya.
"Anda tidak jadi membuangnya?" tanya oliv sambil menatap kue di depannya.
"Apa kau tidak menyukainya?"
"Ah, tidak bukan begitu, saya sangat suka kok"
"Saya baru di beri tahu bahwa anda mencari saya kemarin, kalau begitu katakan mengapa anda mencari saya dengan sangat mendesak kemarin?" desak barra
"Itu karena" ucapnya mulai bingung
"Katakan saja dengan nyaman"
"Saya mencari anda karena kue ini" ucap oliv asal bicara.
"Hm?"
"Iya, karena saya sangat suka makanan, jadi kalau anda hendak membuang makanan seperti kemarin, tolong berikan saja pada saya" imbuh oliv
"Hanya itu?"
"iya sebenarnya memang hal ini yang ingin saya sampaikan kemarin"
"Apa kau benar-benar mencariku hanya untuk membicarakan hal itu saja padaku?" tanya barra tak yakin
"Iya benar"
"Tapi kemarin kamu sampai menangis karena tidak bisa mengatakannya, apa kau berkata jujur sekarang?"
Seketika oliv terkejut, sepasang matanya membulat sempurna karena bingung harus menjawabnya dengan alasan apa lagi untuk menutupi kenyataan yang tak bisa ia ungkapkan saat ini.
"Kenapa diam saja?" Tanya barra mulai curiga
"Itu karena suatu alasan lain saya sempat menangis"
"Benarkah, kalau begitu katakan karena alasan apa?"
"Maaf pak tapi itu urusan pribadi saya, anda tidak perlu tahu"
"Apa ini karena manager salman mengancam anda?" Ucap barra menerka
"Bukan, bukan seperti itu, manager salman tidak mengancam saya sedikitpun, saya rasa manager salman adalah orang yang sangat baik" ucap oliv
Tentu saja aku tidak bisa terlihat lemah di depan orang ini sekarang.
Bagaimana tidak, dia adalah seorang pria yang tidak memberitahuku apapun mengenai keluarganya, dia adalah pria yang telah melupakan apapun dalam ingatannya dan dia adalah pria yang tak pernah percaya pada siapapun, yang mungkin juga tidak akan pernah percaya bahwa dia telah memiliki anak denganku, batin oliv ragu.
Kini sisi lain dari barra tak mungkin oliv ketahui lagi sekarang, entah itu sisi baik ataupun buruk oliv hanya bisa menerka nerka sesuai intuisinya saja.
Tapi beberapa saat kemudian wajah oliv tampak gelisah dan sedikit tak fokus tatkala di ajak bicara oleh barra beberapa kali, dia sempat teringat oleh satu kejadian yang ganjil di masa lalu tentang barra yang sempat menghubungi oliv kembali setelah kejadian kecelakaan itu. Saat itu ia masih ingat dengan sangat jelas kalau barra sendiri yang bicara di telfon saat itu.
bukankah waktu itu dia sudah kehilangan ingatannya, lalu bagaimana dia bisa menelfonku dan berkata ingin mengakhiri hubungan kami?, batin oliv curiga.
Menelisik dari kasus itu, oliv pun mulai curiga bahwa mungkin saja semua perkataan saat itu bukanlah perbuatannya sendiri. Bisa saja panggilan itu sengaja di buat oleh seseorang untuk memutuskan hubungan di antara mereka berdua sehingga keduanya pun berakhir terjebak oleh rencana orang lain pada saat itu.
"direktur, pernahkah anda merasa mendengar nama saya sebelumnya, Nama saya Olivia Zaylin?" ungkap oliv mulai memberanikan diri, lalu seketika barra terdiam sambil memandang lekat lekat wajah oliv sembari mengernyitkan kedua alisnya.
"apa kau orang yang terkenal dan pernah menjadi model iklan hingga aku harus mengingat ingat namamu?" celetuknya membuat oliv mengangga karena jawaban itu benar-benar di luar ekspetasinya.
dasar Lelaki ini sangat bodoh, cercanya dalam hati