Ervina seorang CEO ZyroCorp harus meregang nyawa akibat ledakan sebuah bom.
Jiwanya harus berpindah pada tubuh seorang gadis yang sedang terbaring koma akibat di dorong dari atap kampus oleh geng yang selalu membully Nessa.
Apakah Ervina yang saat ini menepati tubuh Nessa, bisa menegak kan keadilan untuk Nessa dan Dirinya sendiri??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laras noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Nessa dan Lestari sarapan hanya berdua saja karena Zahir masih belum pulang sejak semalam.
***
Nessa telah selesai sarapan dia segera berpamitan pada sang mamah untuk berangkat ke kampus karena sebelum kelas dia akan menemui om Rei terlebih dahulu.
"Mah Nessa udah selesai, kalau gitu Nessa ke kampus dulu ya" ucap Nessa.
"Iya sayang hati hati di jalan" ucap Lestari.
"Siap mah" ucap Nessa sambil mengecup pipi Lestari.
Nessa segera meninggalkan ruang makan dan berjalan menuju garasi, sampai di garasi Nessa segera masuk ke dalam mobil dia akan mengendarai mobilnya yang tak pernah di gunakan sama sekali oleh Nessa asli.
Nessa yang asli tak pernah menggunakan mobilnya itu untuk ke kampus dia lebih sering di antar oleh pak Joko security di mansion nya.
"Sebenarnya apa yang ada di pikiran mu Ness, baiklah aku akan mengubah semuanya karena kau telah menyerahkan tubuhmu jadi aku akan hidup dengan gayaku, mari kita lihat reaksi para bedeb*h itu" ucap Nessa menyeringai.
Nessa mulai menyalakan mobilnya dan meninggalkan mansion, pak Joko yang melihat mobil nona mudanya mulai mendekat ke arah gerbang dia segera menekan tombol untuk membuka gerbang.
Nessa melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang setelah sekitar dua puluh menit akhirnya Nessa sampai di UNF (Universitas National Fortisia.
Saat mobil yang di kendarai oleh Nessa memasuki kawasan kampusnya, mobilnya itu menjadi pusat perhatian para mahasiswa.
Nessa yang masih berada di dalam mobil hanya tersenyum melihat reaksi mereka semua, Nessa dapat mendengar apa yang di bisik kan oleh mahasiswa lain.
Karena Nessa memiliki pendengaran yang lebih tajam dari pada orang lain, jadi dia dapat mendengar dengan jelas apa yang mahasiswa katakan.
"Gue baru pertama kali lita mobil itu" ucap Mahasiswa A.
"Gue juga, apa ada mahasiswa baru" ucap Mahasiswa B.
"Mana mungkin murid baru di tengah semester gini" ucap Mahasiswa A.
"Udah tunggu aja nanti kalau tuh orang keluar kita juga tau" ucap Mahasiswa C.
Viola dan Sania yang memang sedang berada di parkirkan melihat mobil yang baru saja datang, mereka sama seperti mahasiswa lain bertanya tanya siapa yang mengendarainya.
"Gila oke bener tuh mobil" ucap Sania.
"Mobilnya sih boleh oke, tapi kita gak tau yang bawa siapa mana tau yang bawa buruk rupa" ucap Viola sinis menatap mobil tersebut.
Nessa yang dapat mendengar ejekan Viola hanya dapat tersenyum.
"Kalau gue yang cantik ini loe sebut buruk rupa, terus loe apa" ucap Nessa yang masih dalam mobil.
"Baiklah kalau begitu lihatlah penampilan buruk rupa ini anak set*n" ucap Nessa.
Nessa mulai membuka pintu mobilnya, mahasiswa yang melihat pintu mobil tersebut terbuka mulai menunggu untuk mengetahui siapa yang berada di dalam mobil mewah tersebut.
Nessa telah keluar dari dalam mobilnya lalu ia menyisir rambut depannya ke arah belakang menggunakan tangannya.
Hal tersebut membuat mahasiswa laki laki terpana akan kecantikan yang di miliki oleh Nessa dan mahasiswa perempuan merasa iri padanya.
Nessa tak peduli akan reaksi mahasiswa lain dia hanya peduli pada reaksi kedua bedeb*h yang saat ini tengah menganga tak percaya.
Nessa melihat ke arah Violla dan Sania lalu tersenyum miring tanda meremehkan mereka berdua lalu Nessa pergi begitu saja meninggalkan tempat parkir.
Sedangkan Viola dan Sania yang mendapatkan senyum meremehkan dari mahasiswa yang tak mereka kenal saling menatap satu sama lain.
"Loe liat kan San" ucap Viola.
"Iya gue jelas banget liat, gila tuh anak berani banget remehin kita cari gara gara" ucap Sania.
"Sialan harus cepet gue kasih pelajaran tuh anak" ucap Viola mengepalkan tangannya karena kesal.
Sania hanya mengangguk menanggapi ucapan Viola, Kini Nessa telah sampai di depan ruangan Om Rei.
Nessa mengetuk pintu ruangan tersebut.
Tok .. Tok ..
"Masuk" ucap Rei.
Setelah mendengar jawaban dari pemilik ruangan, Nessa membuka pintu dan memasuki ruangan tersebut.
"Selamat pagi pak" ucap Nessa yang telah berdiri di depan meja kerja Rei.
"Pagi, ada perlu apa kamu menemui saya" ucap Rei yang melihat ke arah Nessa.
Nessa cukup terkejut mendengar pertanyaan yang di lontarkan oleh omnya itu.
"Bukankah tadi mamah bilang kalau sudah mengabari om kalau aku akan menemuinya" ucap Nessa dalam hati.
Sedangkan Rei yang masih menatap Nessa mulai merasa kesal karena mahasiswa yang saat ini sedang berdiri di hadapannya tak segera menjawab pertanyaannya.
Dia yakin gadis yang sedang berada di hadapannya sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Kenapa kau diam saja, jika tak ada yang ingin kau katakan silakan keluar sekarang juga" ucap Rei tegas.
Nessa yang mendengar ucapan omnya yang tegas itu seketika langsung melotot, Rei yang melihat garis di depannya melotot itu mengingatkan bagaimana jika sang kaka tengah marah.
"Shit, bagaimana bisa hanya di pelototi oleh gadis itu aku mulai berkeringat, tapi sorot matanya sama seperti saat kaka marah" ucap Rei dalam hati.
"Bukan kah saya telah memiliki janji untuk bertemu dengan anda pak" ucap Nessa tak kalah tegas.
"Kapan saya mem- .." ucap Rei.
Tiba tiba saja Rei teringat dengan janjinya yang akan bertemu dengan keponakannya pagi ini.
"Kamu Nessa" ucap Rei yang langsung berdiri.
"Iya om ini Nessa, masa ponakan sendiri lupa" ucap Nessa membuang muka.
Rei yang mendengar ucapan Nessa segera berjalan ke arah Nessa dan memeluknya, sedangkan Nessa yang di peluk tiba tiba hanya dapat mematung di tempatnya.
"Kenapa reaksinya berlebihan sekali" ucap Nessa dalam hati.
Merasa jika keponakannya hanya diam saja Rei tahu pasti Nessa merasa terkejut dengan cepat dia melepaskan pelukannya.
"Maaf kan om kau pasti terkejut, baiklah sekarang kau duduk dulu sayang" ucap Rei.
Nessa duduk di kursi depan meja kerja Rei begitu juga Rei kembali ke kursinya.
"Maaf karena om tak mengenalimu sayang" ucap Rei memperhatikan penampilan baru dari keponakannya itu.
"Bagaimana bisa om tak mengenali ponakan om sendiri" ucap Nessa.
"Hahahaa tentu saja om tak bisa mengenali mu sayang coba kau perhatikan penampilan mu yang sekarang" ucap Rei.
Nessa memperhatikan pakaian yang dia gunakan dia sadar jika penampilannya kini telah berubah pantas saja omnya tak bisa mengenalinya.
Nessa menepuk jidatnya karena ia baru sadar, Rei yang melihat kelakuan ponakannya itu hanya tersenyum.
Rei segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya.
"Coba kau lihat penampilanmu yang buluk ini Nes" ucap Rei menyerahkan ponselnya kepada Nessa.
Nessa menerima ponsel Rei dan betapa terkejutnya dia melihat foto penampilan Nessa asli.
"Apa dulu aku sebuluk ini om" ucap Nessa.
"Hahaha ya dulu kau seperti gelandangan, malahan om kira kau bukan ponakan om" ucap Rei mengejek Nessa.
"Om" ucap Nessa.
"Hahaha maafkan om Nes, tapi sekarang om percaya kau ponakan om. Jadi apa yang ingin kau bicarakan dengan om sayang" ucap Rei.
"Jadi gini om" ucap Nessa.
Nessa mulai menceritakan kehidupan di kampusnya tak ada satupun yang terlewat bahkan dia pun menceritakan kejadian saat dia jatuh dari atap.
Rei yang mendengar cerita keponakannya merasa marah karena tak dapat melindungi keponakannya itu dan membiarkan Nessa menderita.
"Kenapa kau tak pernah cerita pada om atau orang tua mu Nes" ucap Rei.
"Maafkan aku om dulu pikiranku belum dewasa tapi kini aku tak akan tinggal diam" ucap Nessa.