.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8
"Naik becak langganan Bunda, soalnya banyak yang mau di beli," jawab ibu mertuaku.
"Oh, ya sudah," kata ayah singkat.
"Nak Tuti, tolong di bantu ayahmu ya, biasanya kalau jaga toko sering ketiduran," ujar ibu sambil melihat ke arah ayah.
"Iya, Bu," jawabku sambil menganggukkan kepala.
"Ibu berangkat ya," kata ibu mertuaku.
"Iya Bu, hati-hati" ucapku.
Lalu ibu mertuaku berangkat ke pasar. Kurang lebih 15 menit setelah ibu berangkat, ayah menghampiriku yang sedang duduk di depan Televisi.
"Sayang, ayo," ajak ayah sembari duduk di sampingku.
"Ayah kan lagi jaga toko," jawabku menatap wajah ayah.
"Di tutup saja tokonya ya," kata ayah mertuaku.
"Jangan, Yah, kalau ada yang beli bagaimana? nanti ada yang tanya sama Ibu kenapa tadi tokonya tutup," ujar ku mencoba menjelaskan kepada ayah.
"Oh iya ya," ucap ayah sambil menghela nafas panjang.
Sepertinya ayah berpikir bagaimana caranya supaya dia bisa berduaan denganku, ini momen yang tepat, karena hanya tinggal aku dan ayah mertuaku di rumah.
Dan tiba-tiba ayah mempunyai ide cemerlang.
"Begini saja, tokonya tidak usah di tutup, nanti kalau seandainya ada pembeli biar ayah yang layani," kata ayah mertuaku.
Seketika ayah menarik ku ke dalam kamarnya, aku pasrah saja apa yang akan di lakukan ayah kepadaku. Karena jujur saja, aku ketagihan, ayah sangat mengerti memperlakukan aku yang memang jarang mendapatkan belaian dari suamiku.
Setelah berada di dalam kamar, aku menatap matanya, tanganku terangkat membelai wajahnya. Walaupun umurnya sudah tidak muda lagi, dia begitu tampan, bahkan aku baru sadar, sekarang dia jauh lebih tampan ketimbang saat pertama kali aku berada di rumahnya.
Tidak butuh waktu lama, sekarang aku sudah ada di pelukannya, pelukan yang begitu hangat, bahkan udara dingin di kamarnya tak mampu di tutupi dengan kehangatannya.
Aku bisa mencium aroma parfum yang dia pakai, membuatku sangat nyaman, aku juga bisa merasakan detak jantung nya yang berirama dengan cepat.
Perlakuannya begitu lembut membuatku melayang, kini suasana tiba-tiba hening, yang terdengar hanya detak jantung dan deru nafas kami berdua.
Kami tersentak tiba-tiba Bel toko berbunyi.
Ting....Tong....Ting....Tong....
"Ayah, ada yang beli-beli," bisik ku kepada ayah yang berada di bawahku.
"Aduh, ganggu saja!" seru ayah mertuaku.
"Cepat sana Yah," ucapku kemudian turun dari tubuh ayah.
Dengan sedikit kesal, ayah beranjak dari tempat tidur kemudian merapikan pakaiannya dan pergi ke toko untuk melayani pembeli. Hampir 10 menit aku menunggu di ranjang kenikmatan. Kemudian ayah kembali ke kamar dengan tergesa.
"Ayah buru-buru sekali," kataku sambil tersenyum melihat ke arah ayah.
"Sudah tidak sabar sayang," ucap ayah sembari membuka pakaian nya.
Kami pun melanjutkan kembali aktifitas kami yang sempat terhenti. Ayah kembali berbaring di atas ranjang dan menyuruhku untuk menaikinya.
"Bergerak pelan-pelan sayang," ujar ayah sembari menatap wajahku.
Aku mengikuti instruksi ayah, bergerak secara pelan dan intens, nafas kami saling memburu, keringat keluar dari tubuh kami masing-masing.
Kami berciuman seolah belum cukup hanya tubuh kami saja yang menempel. Gerakanku semakin lama semakin cepat, kami sama-sama sedang mengejar puncak.
Sampai pada akhirnya pelepasan itu menghampiri kami, aku ambruk di dadanya, merasakan puncak yang sangat dahsyat. Kemudian ayah membantu mengangkat tubuhku yang sudah lelah, melepaskan kontak tubuh di antara kami.