NovelToon NovelToon
Azzura ( Obsesi Sang Alpha)

Azzura ( Obsesi Sang Alpha)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Vampir / Manusia Serigala / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Fantasi Wanita / Kekasih misterius
Popularitas:39k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Sekuel dari novel Cintaku Dari Zaman Kuno

Azzura hidup dalam kemewahan yang tak terhingga. Ia adalah putri dari keluarga Azlan, keluarga terkaya dan paling berpengaruh di negara Elarion. Namun, dunia tidak tahu siapa dia sebenarnya. Azzura menyamar sebagai gadis cupu dan sederhana semua demi kekasihnya, Kenzo.

Namun, tepat saat perkemahan kampus tak sengaja Azzura menemukan sang kekasih berselingkuh karena keputusasaan Azzura berlari ke hutan tak tentu arah. Hingga, mengantarkannya ke seorang pria tampan yang terluka, yang memiliki banyak misteri yaitu Xavier.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Xavier

Udara malam di area perkemahan mulai terasa dingin. Setelah games survival selesai, peserta mulai kembali ke tenda masing-masing. Beberapa masih berkumpul di dekat api unggun, tertawa dan berbincang santai. Namun, Azzura tampak berbeda wajahnya cemas, matanya menatap sekeliling, mencari seseorang.

“Kenzo, ke mana sih?” gumamnya.

Ia berjalan cepat ke arah tenda panitia, lalu menghampiri seorang mahasiswa BEM.

“Maaf,” Azzura memanggil pelan, “Kamu lihat Kenzo? Tadi dia barisan kelompok kita.”

Cowok itu menggeleng sambil menyesap air mineral. “Tadi sempat di dekat api unggun, tapi sekarang gak tahu, sih. Mungkin ke toilet?”

Azzura mengangguk pelan dan mengucapkan terima kasih, tapi hatinya tak tenang. Ia berjalan mengelilingi kemah, memeriksa tiap sudut gelap, tapi sosok Kenzo tak terlihat.

Langkahnya kemudian membawanya semakin menjauh dari keramaian. Tanpa sadar, ia mulai mendekati area pinggiran hutan, tempat yang awalnya dilarang untuk didekati. Pepohonan tinggi menjulang dan cahaya lampu kemah tak sampai ke sana.

Namun di antara kesunyian, ia mendengar suara sayup, pelan, dan sesekali diselingi tawa kecil dan desahan samar.

Azzura menahan napas. Ia melangkah perlahan, menepi ke balik semak, mengikuti suara itu.

Semakin dekat, semakin jelas suara dua orang yang berbicara dalam nada intim.

Hingga akhirnya, dari balik pohon besar dan batu yang tertutup semak, terlihat Kenzo dan Rica berdiri sangat dekat, tubuh mereka bersandar di batu, tangan saling menyentuh, bibir mereka hampir bersatu.

Dunia Azzura seketika berhenti.

Tubuhnya kaku, tapi telinganya terus mendengar dan yang ia dengar, menghancurkan sisa hatinya.

“Kamu yakin gak akan ketahuan?” bisik Rica sambil menggoda, jari-jarinya menggulung rambut Kenzo.

Kenzo tertawa pelan, santai. “Tenang aja. Zura itu gampang banget dikendalikan. Kasih sedikit perhatian, langsung nurut kayak anak anjing.”

Rica terkekeh, “Dia masih kasih kamu uang juga, kan?”

Kenzo mengangguk, santai. “Iya, dia beri semua duit beasiswanya, ke aku. Siapa yang menolak, bukan? Lumayan buat dimanfaatkan.”

Azzura menggigit bibirnya. Matanya mulai panas, tangannya gemetar. Tapi ia tak bisa bergerak. Seolah bumi menahannya untuk mendengar semuanya.

“Dan soal tugas?” tanya Rica lagi.

Kenzo mendesah, “Lah, jelas dia yang ngerjain semua tugas gue. Tinggal minta, dia pasti lakuin. Pintar sih, tapi sayangnya bodoh, tapi aku gak peduli sih, toh siapa lagi yang bisa gue manfaatin?”

Tawa mereka menggema pelan di antara semak. Dan Azzura perlahan mundur, tubuhnya lemas. Air mata jatuh satu per satu tanpa bisa ditahan. Suaranya tercekat di tenggorokan.

Terdengar Rica dan Kenzo mulai melakukan sesuatu yang terlarang yaitu berhubungan intim, membuat Azzura semakin sakit.

Azzura berbalik berlari jauh ke dalam hutan. Langkah Azzura menembus pekat malam. Hatinya remuk, dadanya sesak oleh pengkhianatan yang tak pernah ia bayangkan.

Kenzo. Rica. Semua kebodohannya. Semua kepercayaannya. Semua cintanya.

“Bodoh … aku bodoh!” isaknya, berlari semakin dalam ke hutan yang membentang luas.

Air mata jatuh tanpa henti. Tapi langkahnya tidak goyah. Ia tidak peduli lagi ke mana kakinya membawanya. Hutan itu gelap, dingin, dan liar tapi tidak lebih mengerikan dari kenyataan yang baru saja menghantamnya.

Azzura merasa bersalah pada orang tua, kakak dan orang-orang yang peduli padanya. Tapi dia dengan bodohnya menyakiti perasaan mereka.

Di sekelilingnya, dedaunan mulai bergetar. Akar-akaran mencuat dari tanah, ranting-ranting menjulur liar seperti tangan-tangan yang hidup. Angin mendesir cepat, berputar mengelilingi tubuh Azzura.

Tubuhnya kini dilingkupi oleh aura samar, berkilauan dalam warna emas kehijauan. Nafasnya berat. Tapi di balik air mata dan keputusasaannya sesuatu dalam dirinya bangkit.

Darah keturunan Zanaya, sang penguasa seluruh elemen, dan Zion, raja dari zaman kuno mulai menyala.

Sihir darah murni.

Api kecil menari di ujung jari. Angin menggulung di sekitarnya seperti pelindung tak terlihat. Tumbuhan liar mendesis, menunduk pada pemiliknya yang baru sadar akan dirinya sendiri.

Namun Azzura tak menyadarinya. Yang ia tahu ia ingin pergi. Menjauh dari dunia. Dari semua kebohongan.

“Aku ingin menghilang.”

Suara itu keluar dari bibirnya dengan getir. Dan tanpa sadar langkahnya menyeberangi batas yang tak pernah seharusnya ia lewati.

Batas hutan larangan.

Di balik garis tak terlihat itu, dunia berubah. Udara menjadi berat, tanah terasa berdenyut di bawah kaki.

Kabut ungu menyelimuti jalur pohon-pohon tinggi yang tampak lebih tua, lebih menyeramkan. Sunyi. Tak ada suara burung, jangkrik, atau angin. Hanya detak jantungnya yang terdengar. Tiba-tiba..

Bugh!

Azzura jatuh tersungkur di tanah basah, akar pohon besar menjulur kasar di bawah tubuhnya. Ia tak peduli pada rasa sakit di lutut atau kotoran yang menempel di bajunya.

Tubuhnya gemetar. Napas tersengal. Tangisnya pecah seketika, seakan tak bisa lagi ia tahan.

“Kenapa, semuanya harus seperti ini?” isaknya pelan. “Daddy … Mommy … kalian benar … kalian sudah peringatkan aku ... tapi aku terlalu bodoh .…”

Tangannya mencengkeram rumput liar, air mata terus mengalir tak terbendung. Dunia terasa terlalu sunyi, terlalu dingin. Tapi kemudian ...

“Arrgh!”

Suara rintihan kesakitan memecah kesunyian itu.

Azzura mendongak cepat, matanya melebar.“S—siapa?” tanyanya gemetar, menahan napas.

Suara itu terdengar lagi, kali ini lebih lemah, seperti seseorang yang berjuang tetap sadar. Dengan hati-hati, Azzura berdiri, menyibak semak berduri dan mengikuti sumber suara.

Dan di balik pohon besar berselimut lumut, terbaringlah seorang pria.

Tubuhnya penuh luka. Robekan dalam di dada, lengan, dan punggungnya, terlihat jelas seperti bekas cakaran makhluk buas. Darahnya mengalir, menggenangi tanah di bawahnya.

Matanya setengah tertutup, rambut coklat gelapnya menempel di kening karena keringat. Tapi wajahnya…

Begitu tampan dan asing, seperti pangeran.

“T—Tolong .... ” rintih pemuda itu lemah.

Azzura segera berjongkok di sampingnya. “Kamu terluka parah.”

Tangannya gemetar, ingin menolong, tapi ia tak tahu harus apa.

“Aku … harusnya cari bantuan, tapi aku sendiri gak tahu jalan kembali ke luar hutan.”

Lalu, tanpa sadar telapak tangannya bersinar lembut. Warna keemasan berkilauan dari kulitnya, mengalir hangat, menyelimuti udara dingin malam.

Elemen cahaya.

Salah satu dari kekuatan yang diwarisi Azzura dari ibunya—Zanaya, sang pengendali seluruh elemen.

Kilauan itu perlahan menyentuh tubuh sang pemuda. Luka-luka yang menganga mulai menutup, darah berhenti mengalir. Nafasnya membaik.

Pemuda itu perlahan membuka mata dan terbelalak menatap Azzura.

“Kau,” bisiknya, “kamu … bukan manusia biasa .…”

Azzura tersentak. “A—apa?”

“Tanganmu … cahaya itu … kau penyembuh? Kau … pakai sihir barusan?”

Azzura langsung sadar, dia baru saja memperlihatkan sihirnya pada seorang pria asing. Kekuatan yang selama ini disimpan rapi yang hanya diketahui oleh keluarganya.

"Kau ... kau mungkin salah lihat," kata Azzura gugup.

Pemuda itu menatapnya lama, lalu tertawa kecil, walau wajahnya masih pucat. “Sihir di dunia ini sudah nyaris punah, itu hanya ada di zaman kuno. Tapi kamu … kamu menggunakannya seolah itu nalurimu sendiri.”

Azzura mengerutkan kening. “Siapa kamu sebenarnya?”

Pemuda itu menatap langit sebentar sebelum menjawab, “Namaku … Xavier.”

1
Mor Mintarsih
xavi harus benar² sabar dan tekun nanti menghadapi
zylla
Kok Azzura gatau identitas asli keluarganya?
zylla
Siapa suruh cari masalah sama Zanaya 😮‍💨
Mor Mintarsih
yeee betul tebakan ku...jodoh tak kan lari kemana .😘🥰😍
Ayudya
spot jantung dan hati aku mak
zylla
Good job, Zura!
zylla
Astagaaaa, jangan sampe kena 😱
Mor Mintarsih
kenzo kenzo tunggu pembalasan luna...mamam nanti bubur
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘIncha ᴳᴿ🐅❤️⃟Wᵃf
ngeri ngeri sedap
Kusii Yaati
yang berani mengusik keluarga Azlan berarti sudah siap mati 😏
Ayudya
bagaimana tidak gila anak yg di kandung selama 9 bulan mau di celakai dan di buat cacat.ya siap siap aja buat bapak Mahendra untuk hancur.buat momy zanaya Badas hanis/Drool//Drool//Drool//Drool/
Tiara Bella
wow zanaya.....ngeriiiiiii...kepala manusia ky bola aja ngegelundung
mama_im
selanjutnya kepala kalian yg menyusul 😈😈😈
Kasih Sklhqu
senjata makan tuan rasain tuh rica ayam geprek 🤣🤣
Tiara Bella
senjata makan tuan kan kapok gk tuh si Rica Rica entok.....
Ayudya
hadeh rica seneng banget cari masalah
Dian Susantie
Chris udh dihabisi Xavier, Rica² udh disingkarikan krn ulahmya aendiri.. tinggal si Kenjo nih kl msh ngeyel.. habis lo .. buaya buntung..!! 🤪🤪🤪
Zea Rahmat
mamposss kau senjata makan tuan kannnn
cuma baca
sudah saya duga,pasti si ayam rica2/Sweat/
cuma baca
😱😱😱😱😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!