Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 18
Aditya menatap kepergian dinda, dengan tatapan tajam penuh kebencian. "Dasar wanita sombong. Lihat saja, apa yang akan aku lakukan setelah ini pada mu, dinda." gumam aditya, menggeram kesal.
Dia pun segera pergi dari sana, untuk mengikuti dinda secara diam-diam. berharap dirinya mendapatkan cara, supaya bisa membuat dinda tidak bisa menolak lagi dirinya.
*
*
*
Berulang kali dinda menghembuskan nafas kasar, saat sedang mengendarai motornya.
Sikap aditya hari ke hari, semakin membuat dinda tidak nyaman saat bekerja. apalagi sikap aditya yang selalu mengawasi dinda, terkadang membuat dinda merasa takut.
Tak berselang lama, dinda pun sampai di halaman kosannya. ternyata gevano dan inces pun, sedang berada di teras kosan.
"Mamah...!" seru gevano, senang saat melihat dinda sudah pulang.
Dinda yang baru saja turun dari motornya pun tersenyum, saat gevano berlari kecil ke arahnya.
"Jangan lari, vano!" tegur dinda, berjongkok dan menyambut gevano yang memeluknya.
Gevano tersenyum. "Mamah, kok pulangnya malam?" tanya gevano, menatap wajah dinda.
"Kamu sendiri, kenapa belum tidur? Biasanya, kalau mamah pulang malam,kamu sudah tidur." ujar dinda, sama-sama bertanya.
Inces pun menghampiri mereka berdua. "Din, gimana mau tidur. Orang vano, dari tadi main sama bestie nya." sahutnya santai.
Dinda mengernyitkan dahi, saat mendengar perkataan inces. "Bestie. Maksud kamu siapa, ces? Bukannya bestie vano itu, kamu?" ujarnya kebingungan.
"Itu dulu. Sekarang beda lagi!" sahut inces, menatap gevano yang tersenyum.
Dinda pun beralih menatap gevano. "Memangnya siapa bestie mu, vano?" tanya dinda penasaran.
"Besti vano...ya om tampan, mah."
Dinda terdiam, saat mendengar perkataan gevano. pantas saja gevano terlihat bahagia saat ini, dan ternyata om tampan lah alasannya.
"Mah, tadi om tampan datang ke sini, belmain sama vano. Balu saja, om tampan pulang." sahut gevano, menyadarkan dinda dari lamunannya.
"Oh... iya din. Besok, eike sepertinya enggak bisa jaga vano." Inces menatap dinda.
Dinda pun mengernyitkan dahi. "Memangnya kamu mau kemana, ces?" tanya dinda, heran sebab tidak biasanya inces seperti itu.
"Besok, eike harus kerja pagi. Cuma besok aja sih. Kebetulan teman eike, sakit. Jadi terpaksa, eike yang gantiin. Enggak apa-apa, kan?" jawab inces, menjelaskan panjang lebar.
Dinda pun mengangguk paham. "Ya enggak apa-apa, ces. Biar vano, ikut bersama ku saja."
Inces tersenyum senang, meskipun hatinya tidak tega jika harus melihat gevano, ikut bersama dinda ke tempat kerjanya.
"Ya udah, eike pulang dulu. Cepat masuk, gih udah malam." ucap inces memberi perintah, membuat dinda tersenyum dan mengangguk.
"Selamat malam om, inces." sahut gevano, yang masih berada dalam gendongan dinda.
"Selamat malam vano. Cepat tidur dan Semoga mimpi indah."
Gevano pun mengangkat tangannya, dan mengacungkan jari jempolnya ke arah inces.
Begitu pun dengan inces, membalas apa yang dilakukan oleh gevano kepadanya.
Mereka pun masuk kedalam kosan masing-masing, untuk segera beristirahat.
Dari kejauhan, aditya tersenyum smirk, dia baru tahu jika dinda mempunyai seorang putra.
"Menarik. Aku bisa menggunakan anak itu, untuk membuat mu tidak berkutik, dinda." Aditya tidak melepaskan tatapannya, dari kosan dinda.
Aditya pun kini sudah menemukan cara, untuk membuat dinda bertekuk lutut kepadanya. Dan kini tinggal menunggu waktu, yang tepat untuk menjalankan rencananya.
*
*
*
Hari ini dinda berangkat kerja, dengan membawa gevano. sebab inces, hari ini harus bekerja shift pagi.
Gevano terlihat senang sekali, sebab bisa ikut dinda ke tempat kerjanya.
"Mah, vano disini saja, ya?" ucap gevano, saat dirinya di turunkan oleh dinda, dari atas motor.
Dinda menggeleng pelan. "Tidak vano. Di sini terlalu sepi. Mamah takut, jika ada seseorang yang berbuat jahat pada, mu. Sebaiknya, kamu tunggu mamah seperti biasa, ya?" sahut, dinda tegas.
Dinda bersikap seperti itu, sebab tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada gevano.
Apalagi sekarang, dirinya pasti sibuk dengan pekerjaannya saat ini. sehingga dinda pun, tidak ingin mengambil resiko, memilih gevano agar tetap di dalam rumah makan itu.
Gevano terlihat mengerucutkan bibirnya, sebab dinda melarangnya untuk diam di luar.
Padahal gevano hanya ingin bermain, sambil melihat pemandangan jalan raya yang sangat ramai.
"Vano, kamu marah?" tanya dinda, menggoda.
Gevano menggeleng pelan, membuat dinda semakin gemas pada anaknya itu.
Dinda pun tidak bertanya lagi, pada gevano. dia segera membawa gevano masuk, ke dalam rumah makan.
"Kamu di sini saja ya, vano? Biar mamah, bisa memantau kamu saat bekerja." ucap dinda, menyiapkan sebuah kursi, untuk gevano.
Gevano pun mengangguk pelan, tanpa membalas perkataan dinda.
"Kalau kamu bersikap seperti ini. Berarti kamu tidak sayang sama, mamah." Dinda yang tidak tahan di diamkan oleh gevano, segera memberikan sedikit ancaman.
Gevano segera memeluk dinda. "Vano sayang mamah. Hanya saja Vano malah, kalena mamah lalang Vano, duduk di lual." sahutnya sedih.
Dinda pun tersenyum tipis, mengusap lembut puncak kepala gevano. "Ya sudah kalau begitu. Maafkan mamah ya, Vano. Mamah melakukan semua ini, demi kebaikan kamu juga, sayang."
Gevano yang mulai luluh pun, tidak mempermasalahkan lagi hal itu. dia pun seperti biasa bermain, dengan mainan mobil-mobilannya.
Di saat sedang asyik bermain, datang seseorang dengan senyuman lebar menghampirinya.
"Hai. Kamu sedang apa?" tanya Aditya, duduk di kursi yang berhadapan, dengan gevano.
Gevano hanya melirik sekilas, pada Aditya. sikapnya kali ini sangat berbeda, dengan sikapnya pada Raffael meskipun baru kenal.
Aditya pun tidak menyerah, berusaha untuk mengajak bicara gevano, yang terlihat tidak suka kepadanya.
"Kamu pasti anaknya dinda, kan?" tanya Aditya sekali lagi.
Gevano pun menatap tajam Aditya, yang terus saja bertanya kepadanya. "Om siapa?" celetuk gevano, balik bertanya.
Aditya mendengus kesal, saat dirinya merasa di permainkan oleh anak kecil. tapi dirinya harus bersabar, untuk mendapatkan perhatian dari gevano.
"Om itu, bos mamah kamu. Jadi om harap, kamu harus bersikap sopan pada om. Mengerti."
Gevano hanya menganggukkan kepala, entah mengapa dirinya merasa tidak suka, pada sosok laki-laki di hadapannya ini.
Gevano pun memilih bermain kembali. Aditya pun merasa kesal dan memilih pergi, meninggalkan gevano sendirian.
"Aku tidak suka om, galak. Aku sukanya, om tampan." gumam, gevano sedikit menggerutu, sambil memainkan mainannya.
Bahkan gevano sama sekali tidak menatap ke arah aditya, yang pergi dari hadapannya.
Di ruangan Aditya, dia terlihat marah karena sikap dingin gevano kepadanya. dia menilai, jika ibu dan anaknya itu memiliki sifat yang sama.
Aditya terlihat menatap lurus kedepan, seakan memikirkan sesuatu. "Aku harus membuat dinda bertekuk lutut kepada ku. Aku akan menjadikan anaknya sebagai alat, agar aku bisa menjerat dinda." gumamnya, penuh keyakinan.
Waktu pulang pun tiba, dinda dan gevano bersiap untuk pulang. dinda pun, menyalakan motornya dan pergi dari sana.
"Mah, besok vano tidak mau, ikut kesini lagi. Vano tidak suka, om galak." ucap gevano, membuat dinda mematikan motornya.
"Maksud kamu, om galak siapa, vano?" tanya dinda, menatap heran gevano yang duduk di belakangnya.
"Itu loh, om galak. Dia bilang bosnya, mamah." jawab gevano polos.
lanjut Thor 🥰