NovelToon NovelToon
Pesugihan Siluman Pocong

Pesugihan Siluman Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Deri saepul

Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pasar Malam

POV Dudung

"Lah siapa yang ngerugiin orang lain, aku tidak merasa merugikan orang lain." jawabku dengan entengnya.

"Terus siapa yang menakut-nakuti?"

"Tidak tahu, aku tidak menakut-nakuti kalian. yang ada kaliannya aja yang penakut, tidak memiliki keberanian. Malu dong Sebagai laki-laki yang penakut, laki-laki itu harus memiliki keberanian." jawabku sambil Tetap tenang berjalan.

"Dudung kalau iseng itu jangan kebangetan. Bagaimana kalau ada yang celaka karena terjatuh ketika menyelamatkan diri, apa kamu berani bertanggung?" Timpal Ajo penuh nasehat.

"Tanggung jawab untuk apa. Siapa yang menyuruh kalian berlari?" Jawabku sambil menghentikan langkah kemudian menatap ke arah teman-temanku yang berjalan di belakang.

Mendapat pertanyaan seperti itu tidak ada orang yang menjawab, karena memang benar tidak ada orang yang menyuruh mereka untuk berlari, mungkin mereka berlari karena dirinya sendiri yang menjadi penakut.

"Susah ngomong denganmu, Dung! sudah ayo lanjutkan lagi perjalanannya, Nanti keburu malam." ujar Amin yang mendorong tubuhku untuk melanjutkan perjalanan.

Dalam hati aku tersenyum menertawakan ketakutan temanku dengan bersiul dan bernyanyi seperti tidak memiliki dosa, sedangkan teman-temanku mereka terus berjalan di belakang. Namun, ketika kita sedang tenang tiba-tiba terdengar suara angin yang bergemuruh pohon-pohon bambu terlihat bergoyang-goyang ke sana kemari, menimbulkan suara kemeresek yang menakutkan, diikuti dengan bau rampe, bunga-bunga yang biasa digunakan untuk sesajen yang menyengat ke hidung, dilanjutkan dengan bau kemenyan yang terbakar.

Aku sangat terkejut melihat perubahan alam yang begitu mendadak, sehingga aku pun menghentikan langkah, kemudian menghadap ke arah teman-temanku yang terlihat mengalami kejadian yang sama.

"Ini bau apa ya?" Tanyaku sambil memindai satu persatu

"Kayaknya bau kemenyan." jawab Bidin menimpali.

"Siapa orang yang membakar menyan jam segini, dan Apa tujuannya membakar kemenyan di tengah kebun seperti sekarang?"

"Iya benar, kenapa ya?" jawab yang lain yang sama-sama tidak paham dengan kondisi yang sedang dihadapi.

Anak-anak perempuan terlihat kembali berkumpul saling memegang, bulu Kuduk mulai merinding, jantung mulai berdebar. Amin terlihat celingukan seperti sedang mencari sesuatu.

"Dung, ini Ada apa?" tanyanya dengan pelan mungkin kalau tidak dalam keadaan malam suaranya tidak akan terdengar.

"Jangan-jangan!"1

"Jangan-jangan apa Kudung? Jangan membuat suasana semakin takut." tanya Amin kembali yang terlihat semakin penasaran.

Aku tidak menjawab pertanyaan itu, mataku memindai keadaan sekitar seperti ada yang dicari. Keadaan semakin terasa mencekam dan menakutkan dari kejauhan terdengar suara burung gagak yang membuat suasana semakin terasa genting.

Semua orang tidak berani mengeluarkan suara, kami berkumpul di tengah jalan sambil memindai keadaan sekitar, takut ada makhluk yang datang. keadaan terasa dingin semangat untuk menonton seolah sirna seketika terkalahkan oleh ketakutan.

Dalam keheningan itu tiba-tiba tercium bau bangkai yang sangat menyengat, seolah menusuk ke hidung tembus ke ulu hati.

"Haduh sial...! Kenapa tiba-tiba bau bangkai seperti ini?" Umpatku dengan suara bindeng, karena hidungku ditutup tidak kuat menahan baunya.

Begitu juga dengan teman-temanku yang sama-sama menutup hidungnya, bahkan terdengar suara batuk tidak kuat menahan bau yang tidak sedap untuk dihirup, membuat Kepala terasa pening dan mengundang isi di dalam perut untuk keluar dari arah mulut. Beruntung bau yang menyiksa itu tidak terlalu lama, Sehingga kami bisa menarik nafas dalam, menikmati kebebasan Oksigen yang bisa dihirup, sambil tetap memindai keadaan sekitar. saling tatap, saling bertanya di dalam hati.

"Sangkaanku tidak salah." aku bergumam dengan lirih

"Apa yang benar itu Dung?"

"Pocong."

"Pocong." ulang Ajo yang terlihat terkejut disertai ketakutan sama dengan yang lainnya. apalagi dengan anak perempuan yang terlihat bergetar sambil saling memegang dengan teman-teman perempuan lainnya.

"Icha mendingan kita pulang lagi yuk!" ujar Enong memberikan saran.

"Pulang bagaimana? kalau yang lain tidak pulang. Emang kamu berani pulang berdua saja? kita ikuti yang banyak saja!"

"Dudung sudah aku ingatkan berulang kali, kalau berbicara itu jangan asal nguap. kamu bilang pocong, pocong dari mana? Jangan mengada-ngada! jangan menakut-nakuti orang yang penakut, nanti bisa bahaya!" ujar Amin yang terlihat menenangkan diri, Padahal aku tahu dia pun sangat ketakutan

"Kenapa kamu terus menyalahkanku Min? ini sudah ada buktinya, kalau pocong itu benar-benar ada. dengan tercium bau bangkai yang sangat menyengat. masa iya aku bisa membuat dan mendatangkan bau yang tidak enak itu?" jawabku menjelaskan dengan tenang.

"Maksudnya kamu tahu dari mana, Kalau ini semua ada hubungannya dengan pocong?"

"Emang kamu belum mendengar. bahwa minggu yang lalu di kampung Cikaret ada kejadian yang menggemparkan, ada setan pocong yang berkeliaran di tengah kampung."

"Itu berita bohong Dung, jangan mudah percaya dengan cerita yang belum ada buktinya."

"Ah Itu terserah kamu. mau percaya, mau tidak. yang jelas aku sudah menjelaskan. Ya sudah daripada kita terus berdebat, mendingan kita lanjutkan perjalanan." Putuskumeninggalkan teman-teman yang masih terdiam kebingungan.

Namun tidak lama mereka pun bergerak mengikutiku, bahkan Enong yang tadi terdengar ingin pulang, Dia terpaksa ikut karena takut pulang sendirian.

"Mungkin Barusan ada musang yang lewat." Ujar Amin memecah heningnya suasana malam, mungkin sedang mengusir rasa takut dirinya dan rasa takut kami semua.

"Kalau musang itu baunya bukan bau bangkai, melainkan bau pandan, dan tidak akan menyengat." timbal Ajo menyanggah

"Mungkin musang yang mati, Bukan musang yang hidup."

"Kamu sudah ketularan si Dudung kalau ngomong tidak dipikir terlebih dahulu. mana mungkin ada musang yang mati bisa berjalan dan bisa mengundang angin yang begitu bergemuruh?" Timpal temanku yang satunya lagi.

"Iya yah! terus itu bau apa ya?" jawab Amin yang terdengar kebingungan, pembicaraannya tidak bisa dimengerti oleh akal.

"Kamu masih nanya lagi, tadi sudah aku jelaskan. bahwa bau bangkai itu berasal dari setan pocong, Untung tadi tidak kelihatan, Coba kalau kelihatan bagaimana?" jawabku dengan bergidik ngeri tidak mampu membayangkan kengerian yang akan didapat, ketika makhluk yang sangat menakutkan itu menampakan wujudnya.

"Kudung sudah Kamu jangan berbicara lagi, karena apa yang keluar dari mulutmu Terdengar sangat menakutkan." bentak suara Eong yang sudah sangat ketakutan.

"Aku menjelaskan Bagaimana kalau ada. tapi kan kenyataannya tidak ada."

"Sudah ah jangan diperpanjang lagi! sekarang kita sudah aman mendingan kita percepat langkah, supaya kita cepat sampai ke tempat hiburan." Amin memisahkanku yang sedang berdebat dengan Enong.

Akhirnya kami pun berjalan kembali dengan keadaan yang sangat berbeda, Kami sekarang berjalan dengan saling berdempetan, saling pegang, takut ketinggalan. hanya aku sendiri yang berjalan terpisah tidak sedikitpun memiliki ketakutan.

Semakin lama semakin jauh dari tempat yang menyeramkan, dari kejauhan terdengar suara anjing yang menggonggong namun akhirnya tidak terdengar lagi. Kami terus berjalan dengan tenang diiringi dengan suara hewan-hewan malam yang terdengar nyaring dari arah samping kanan kiri jalan, sampai akhirnya kami pun tiba di kampung Jelegong.

Sesampainya di tempat yang dituju. benar saja di situ terlihat sudah banyak orang yang sedang berjalan. Ada pula yang naik motor menuju titik pusat keramaian. di tempat itu ketakutan Kami menghilang seketika karena banyak orang yang terlihat berlalu-lalang. Orang yang berjalan semakin padat, di sebagian tempat ada yang berkumpul sambil berbicara diselingi dengan canda tawa.

Orang-orang yang datang dengan berbagai cara. ada yang bergerombol seperti apa yang kami lakukan, Ada pula yang berjalan berdua sambil bergandengan tangan, Ada pula yang naik motor bahkan ada yang membawa mobil dugong untuk mengangkut warga kampungnya. semua orang bekumpul mulai dari yang tua, yang muda, bahkan anak kecil. bersama-sama, berbondong-bondong menuju tempat hiburan.

1
Sri Ningsih
ceritanya jdi ngalor ngidul😒
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!