NovelToon NovelToon
Petals Of Greedy

Petals Of Greedy

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Perperangan / Masalah Pertumbuhan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fadly Abdul f

Ini merupakan cerita kelanjutan, pelengkap ending untuk cerita Pelahap Tangisan dan baca cerita pertamanya sebelum cerita ini.

Di sebuah kota terdapat seorang gadis, dia dikaruniai keluarga beserta kekasih dan hidup selayaknya gadis remaja. Hidupnya berubah drastis dikarenakan kekasihnya meninggal sewaktu tengah bekerja, disebabkan itu Widia sangatlah terpukul akan apa yang terjadi dan tidak sanggup menerimanya. Dalam keadaan kehilangan arah, tiba-tiba saja boneka yang diberikan kekasihnya hidup dan memberitahu jikalau jiwa kekasihnya masih bisa tinggal di dunia.

Dengan harapan itu, Widia memulai perjalanan untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Akankah Widia mampu mengembalikan nyawa kekasihnya? Yuk! Ikuti petualangan Widia untuk merebut kembali sang pujaan hatinya. Tetap ikuti dan dukung cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fadly Abdul f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

Bab 18 Bunga Keserakahan

Dengan mengambil darah penyihir lainnya, Adiira mampu menggunakan kekuatan mereka, alasan dia membunuh penyihir setelah merebut kekuatan mereka tidak lain tidak bukan untuk melenyapkan semua penyihir di dunia ini. Dia tak akan mewariskan apa-apa kepada anak cucu perkara kekuatan ajaib, mengakhiri semua tanpa kecuali.

Tetapi mengkhawatirkan dunia ini yang tidak mempunyai pelindung Adiira cukup cemas, karena itu dia harus menghapus Wiraka. Wiraka sebatas memiliki Destyn itu, naga-naganya berasal dari dunia lain atau diciptakan melalui kekuatan Destyn miliknya ini menjadi pertanyaan yang tidak harap diketahui bahkan diabaikan oleh Adiira.

"Menggunakan kekuatan sihir penyihir lain, meski penyihir itu belum mati juga bisa..."

Semua darah yang dibawakan Aria, tidak diberitahu jelas asal usulnya, tapi Adiira tidak peduli dan sekarang mengulurkan tangannya. Semua cairan merah itu mulai membentuk sesuatu, dalam beberapa menit hasil akhir menampakkan diri, dia sedang membuat kerangka seperti tulang naga dan kerangka raksasa ukuran besar.

"N-Ngapain kamu kemari?!" Tanya Adiira panik.

Widia tersenyum hambar, "kamu 'kan gak bolehin pinjem matamu jadi aku nonton langsung kemari!" Jawab Widia.

"Jangan melihat saya dengan ekspresi itu," kata Aria yang mengikuti putrinya dari belakang.

Sekarang kerangka tulang naga berkaki empat tinggi 700 meter dengan jumlah 6 ekor berdiri, namun tulang-tulang itu kelihatan tipis, Aria merasa bahkan dengan rudal mereka saja pasti akan hancur berkeping-keping. Dengan heran beserta penasaran Aria menantikan langkah Adiira.

Widia memeluk-meluk kekasihnya meredakan rindu yang sudah tak terbendung, mereka menempel seperti perekat. Gadis ini menautkan kedua jari-jemari tangan kekasihnya. Dengan manja ia menggosok-gosokkan pipi pada dada Adiira, sekali-kali mencuri perhatian, alhasil kerangka naga kesulitan terbentuk karena konsentrasi Adiira buyar seketika bahkan nyaris saja segera runtuh.

Dengan terburu-buru dia memperbaiki mencegah tulang jatuh, Adiira tidak lama melepaskan Widia dan memusatkan pikirannya kepada tujuannya kali ini. Dua menit menyelesaikan kerangka itu, Adiira menoleh ke samping memperoleh jika mahkluk itu makin mendekat.

"Akan butuh waktu, bisakah divisi anti-penyihir memberi waktu lebih?" Tanya Adiira.

"Takkan mungkin."

Widia menghela napas berat berkata, "Halah pemerintah diem aja gitu nih negara mau dipijak-pijak naga segede gaban?"

"Peluru kaliber 30 mm juga pasti takkan sanggup," ucap Aria menghentikan kata-katanya setelah menghela napas. "Sama saja ditembaki debu doang," tambah Aria.

Ini bukan level bencana lagi melainkan sudah kiamat dan akhir umat manusia, meskipun begitu dia masih bisa tenang, karena ada laki-laki yang sudah menghadapi monster serupa bahkan lebih besar, serta anak gadisnya kelihatan biasa aja. Dia sudah terbiasa atau hanya memperhatikan kekasih ia saja, tanpa peduli akhir dunia.

Akhirnya naga buatan Adiira selesai tercipta. Ia memakai batu-batuan dari gunung, mengambil separuh gunung untuk daging naga buatannya itu, selagi kerangka merah bertugas sebagai penopang tubuh. Enam ekor naga kini mengikuti Adiira yang menaiki pesawat tempur, sementara Aria menanti di markas divisi anti-penyihir itu.

Keenam naga memutari naga Wiraka, mereka bahkan tak bisa dibandingkan dari segi ukuran. Sekarang begitu menjumpai pesawat tempur Adiira, sekumpulan pesawat lain mundur, seperti perintah pemimpin mereka supaya tidak menghalangi pekerjaan dari karakter utama hari ini.

"Kalian sudah mengisi amunisi FH57 ini, 'kan? Saya tidak sangka kalian meminjamkan pesawat model baru," kata Adiira.

"Gunakanlah semau kamu... benda itu murah ketimbang kerugian yang diakibatkan mahkluk itu!" Jawab Aria.

Keenam naga membereskan para Wyfern yang semakin mengganas, selagi Adiira memperpendek jarak mereka, dia bisa saja membunuh Wiraka sebagai langkah merugikan saja. Karena Destyn pasti terus mengerjakan tugas dari tuannya sampai selesai, maka itu bukanlah sebuah penyelesaian karena itu dia mau membunuhnya.

Enam naga Adiira mengitari naga mirip bentuk heksagon mereka mulai melebarkan rahang, merentangkan sayap dan menyemburkan pancaran sinar merah ke tanah. Mereka menggambar lingkaran mengelilingi Destyn naga tanpa ada garis yang terputus, selagi Adiira naik lebih tinggi bahkan telah mencapai ketinggian beribu-ribu kaki.

Pemandangan dari kejauhan, keenam naga selesai untuk menciptakan lingkaran raksasa. Tanpa menanti lama garis itu bercahaya. Tanpa menanti naga-naga Adiira kini memasuki garis lingkaran itu, batu-batu yang melapisi kerangka mulai berjatuhan, kerangka merah kini mencair.

Tercipta genangan cairan merah memenuhi mahkluk itu membuatnya terpaku, bersamaan dengan Adiira mulai melewati awan, kumpulan air itu semakin banyak dan bergerak berputar layaknya sebuah vorteks. Meskipun naga Destyn berukuran cukup besar, dia tenggelam seperti menginjak lubang besar di jangkauan heksagon.

"Masih belum, 'kah?"

Adiira mengamati dari atas supaya naga ini benar-benar masuk ke dalam perangkapnya.

"Andaikata gadis itu menerima permintaan dariku apakah yang dia minta?" Batin Adiira.

Dia hanya menghela napas, sesudah memastikan jikalau Destyn titan kolosal ini memasuki dunia yang lain Adiira lega, planet ini terlalu kecil untuk ukurannya. Sudah lama sejak dia kehilangan arah saat masih jadi remaja labil, melewati berbagai rintangan sesampai berjaya merebut 80% kekuatan penyihir di dunia ini bahkan mendapatkan kekuatan untuk berpindah ke dunia lain, asal tau tempat.

Pesawatnya bermanuver dan segera memasuki gerbang mengikuti Destyn Wiraka. Dia sampai di sebuah dunia, ukurannya berjuta-juta kali lipat dari planet bumi, karena itulah tempat ini cocok untuk Destyn Wiraka yang hanya seukuran kadal bagi penduduk sejati tempat ini.

"Ah, apa kalian melupakan aku usai ratusan tahun belum berjumpa?" Tanya Adiira, melihat beberapa pesawat terbang terpelesat melepaskan rudal mereka.

Adiira bersiap untuk berbelok tajam, belasan rudal justru melewatinya dan menembaki Destyn yang sedang mengamuk. Dilihat baik-baik oleh Adiira, naga itu seperti kehilangan akalnya karena tidak sanggup beradaptasi dengan tekanan semesta. Rasanya seperti memasuki kedalaman laut, ditekan tiap sisi pada tekanan luar biasa.

Ketika Adiira terbang tanpa arah, sebuah sinyal misterius ditangkap pesawatnya dan memberi kode untuk mengikuti mereka.

"Ahh..."

Dia mendesah panjang ketika para pemandu ini ternyata menyambutnya, meski nyaris meledakan pesawatnya, jikalau rudal tadi meleset sedikit saja. Dengan helaan napas, Adiira mengikuti mereka dan memasuki sebuah pangkalan militer yang sebelas dua belas dengan punya bumi. Mereka sungguh memplagiat peradaban manusia.

Bahkan cara pendaratan pesawat mereka sama. Dengan mengikuti arahan pesawat tempur miliknya mendarat, dikelilingi oleh pesawat lainnya. Kokpit FH57 terbuka dan Adiira merasakan tekanan yang sama. Dia mengelus-elus pesawat, ada beberapa penyok akibat tekanan, namun tidak sekuat area yang diinjak Destyn Wiraka itu ternyata.

"Selamat datang tuan pemimpin!" Sambut mereka seraya menundukkan kepala.

Adiira menghela napas bertanya, "putri masih hidup, kan? Pertemukan kami sekarang juga."

Mereka menunjukkan jalannya dan mempersiapkan satu mobil lapis baja. Dengan belasan pengawal bersama kendaraan tempur kelas berat mereka, dia merasa kalau datang pada waktu yang tidak tepat, bahkan dunia lain tengah mengalami peperangan diantara negara ternyata.

Membisu tanpa kata Adiira memasuki mobil dan menanti pertemuannya dengan kawan lama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!