Menikahi Pria Koma S2

Singkat cerita Hans pun telah pergi meninggalkan villa, Maudy pun membereskan barang-barang yang perlu ia bawa ke rumah sang mama seperti ponsel dan juga hal lain.

Setelah membereskan barang-barang yang menurut nya penting, Maudy pun menemui bik Lin untuk berpamitan.

"Bik Lin, kau tidak takut kan sendirian di villa?" tanya Maudy kepada pelayan nya.

"Tidak nyonya, lagipula kan ada tukang kebun dan sopir," kata bik Lin.

"Baik lah, kalau begitu aku pergi dulu ya bik," kata Maudy berpamitan.

"Baik nyonya, hati-hati di jalan," ujar bik Lin dengan wanti-wanti.

"Terima kasih bik," kata Maudy yang kemudian masuk ke dalam mobil yang telah siap membawa nya kembali ke rumah papa dan mama nya.

Setelah berpamitan dengan bik Lin, Maudy pun berangkat menuju rumah kedua orang tuanya, ia memutuskan untuk tidak mengabari mereka karena ingin memberi kejutan.

Sementara itu di sisi lain.

"Kenapa pikiran ku sanggat kacau? Kasian Maudy dia di permainan oleh Elgara, apakah aku katakan saja yang sebenarnya kepada Maudy? Ah tidak, ini tidak bisa, Elgara akan memarahiku habis-habisan," batin Hans yang saat ini sama sekali tidak fokus dengan laptop nya.

"Kelihatan nya pak Hans sedang tidak fokus bekerja ya," kata Vio yang saat ini masuk ke dalam ruangan Hans entah apa yang ingin dia lakukan.

"Vio, ada apa?" tanya Hans bingung melihat Vio yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja nya.

"Maaf pak kalau aku lancang, tapi hari ini ada rapat penting, namun tuan muda keburu pergi, hanya kita yang bisa menangani nya," kata Vio menjelaskan tujuan nya.

"Astaga iya, aku sampai lupa, kau sudah menyiapkan semuanya?" tanya Hans seketika berdiri dari duduknya.

"Ya, pak sudah," kata Vio.

"Bagus, kalau begitu ayo," kata Hans yang kemudian merapikan pakaian nya dan berjalan mendahului Vio keluar dari ruangan tersebut.

"Aku harus mendekati pak Hans untuk mengetahui bagaimana kehidupan tuan muda Elgara, karena setahuku pak Hans adalah sahabat terdekat nya, mustahil kalau pak Hans tidak mengenali wanita yang kemarin pergi bersama tuan muda ke pesta," batin Vio yang ternyata punya siasat licik untuk mencari tahu tengah Maudy kepada Hans.

Mereka pun berjalan menuju ruang rapat, karena Elgara sedang tidak ada, mereka lah yang bertugas meyelesaikan rapat tersebut.

Sementara itu di sisi lain.

"Mama!" teriak Maudy yang kini turun dari mobil nya.

"Maudy," kata sang mama yang saat itu memang sedang memeriksa tanaman-tanaman bunga nya yang ada di halaman depan.

Jujur saja sang mama sangat merindukan Maudy, kedatangan sang putri yang secara tiba-tiba ini sontak membuat nya sangat kaget.

"Mama, aku pulang," kata Maudy berlari ke arah sang mama dan memeluk sang mama dengan begitu erat.

Entah kenapa mama Diana teridam membisu ia benar-benar kaget dengan kedatangan Maudy.

"Sayang, kenapa kau bisa kembali? Kau kabur?" tanya Diana sambil memeluk sang putri tercinta.

"Tidak ma, aku tidak kabur dia mengijinkan aku kembali meskipun hanya satu malam," jawab Maudy masih dalam pelukan sang mama.

Tak lama terlihat Randy yang baru saja keluar dari rumah, ia sepertinya hendak pergi ke rumah sakit.

"Maudy," ujarnya sambil menatap sang adik yang sedang berpelukan dengan mama nya.

"Kakak," kata Maudy melepas pelukan sang mama dan kemudian berjalan ke arah Randy lalu memeluk nya.

"Astaga, sudah berapa lama aku tidak melihat mu, aku sangat merindukanmu," kata Randy sambil mengelus rambut Maudy.

"Aku juga kak, di mana papa?" tanya Maudy celingak-celinguk.

"Sayang papa kan di kantor, ayo kita masuk," kata sang mama lagi.

"Kakak mau kerja?" tanya Maudy kepada Randy.

"Ya, seperti nya begitu, tapi aku tidak lama hanya setengah hari setelah itu pulang," jawab Randy sambil tersenyum.

"Kalau gitu aku dan mama di rumah berdua?" tanya Maudy merasa tak enak karena ia benar-benar merindukan perkumpulan keluarga nya.

"Tenang lah, nanti malam kan kita bisa ngumpul bersama," bujuk sang mama.

"Hm, baik lah, kak hati-hati," kata Maudy yang kemudian melambaikan tangan nya kepada Randy.

Randy tersenyum melihat tingkah sang adik, namun dia juga penasaran bagaimana Maudy bisa kembali, Elgara tidak mungkin mengijinkan nya, pikir Randy.

Namun ia mengenepikan terlebih dahulu masalah itu, sesungguhnya kepulangan sang adik membuat nya sangat bahagia.

Sementara itu di sisi lain.

"Apa yang dia lakukan sekarang ya?" batin Elgara yang kini masih ada di dalam pesawat.

Ia yang baru pertama kali meningalkan sang istri setelah bertemu kini malah jadi galau sendiri memikirkan apa yang sedang si lakukan istrinya sekarang.

Tak terasa pesawat nya pun kini telah lepas landas ke kota Jakarta.

Sejenak Elgara melupakan Maudy dan fokus dengan masalah yang harus ia selesai kan sekarang.

Sementara itu di perusahaan.

"Akhirnya selesai juga, terima kasih Vio kau sudah membantu ku menghendel rapat ini," ungkap Hans sambil membereskan barang-barang nya.

"Sama-sama pak Hans, oh ya pak, aku ingin bertanya sesuatu kepada pak Hans, tapi ini mungkin sedikit berlebihan," kata Vio lagi.

"Apa itu?" tanya Hans penasaran.

"Apakah tuan muda Elgara sudah punya pasangan? Karena aku melihat nya datang ke pesta tempo hari dengan seorang wanita, karena aku terlalu penasaran aku ingin tau," kata Vio dengan sedikit malu.

"Kau melihat nya? Dia itu Maudy, seorang pelukis terkenal dari galeri seni milik Gaza, dan dia istri nya Elgara," ungkap Hans yang sebenarnya tau kalau Vio telah lama menyukai Elgara.

"Uhuk ... Uhuk ..." Vio yang kebetulan mendengar cerita Hans sambil meneguk air minum nya kini malah tersedak.

"Kau baik-baik saja?" tanya Hans sambil mengerutkan keningnya.

"Ah ya, iya pak aku baik-baik saja, kapan mereka menikah? Bagaimana mereka bisa menikah?" tanya Vio dengan tatapan nanar.

"Aku tidak bisa menjelaskan nya, itu urusan pribadi, oh ya, aku masih ada urusan, aku pergi dulu," kata Hans yang kemudian membawa laptop nya pergi dari ruangan rapat tersebut.

Seketika Vio terdiam, air mata nya mulai menetes, tak di sangka ternyata Elgara telah menikah, hal yang tidak pernah Vio bayangkan sebelumnya.

Sungguh ini sangat menyayat hati Vio.

"Aku tidak boleh tinggal diam, aku tidak bisa begini terus, aku harus merebut nya, siapa wanita itu yang berani mengambil tuan muda dari ku, dia hanya milikku," batin Vio sambil mengepalkan angan nya dengan erat.

Jiwa pelakor Vio mulai meronta-ronta karena hal ini.

Tak terasa malam pun tiba.

Maudy dan mama nya terlihat sedang sibuk menyiapkan makan malam.

"Kak Randy! Papa! Makan malam sudah siap!" teriak Maudy dari ruang makan.

Suara kesayangan penghuni rumah yang sudah lama tak terdengar kini mengema membuat Randy dan sang papa segera bergerak pergi ke ruang makan.

Bersambung ....