"Jordan, sebaiknya kita bercerai saja. Aku bukan wanita yang sempurna untukmu, aku mandul dan tidak bisa memberimu keturunan. Mama, telah mencarikan jodoh yang terbaik untukmu, yang bisa memberimu keturunan, bukan wanita sepertiku yang tidak sempurna." (Celine)
"Bodoh!! Aku tidak peduli dengan opini orang lain tentang dirimu. Memiliki anak dalam rumah tangga memang penting, tapi bagiku tidak ada yang lebih penting daripada dirimu. Jangan menilai sendiri dirimu dengan kalimat-kalimat bodoh seperti itu, kau tidak mandul, hanya saja Tuhan belum mempercayai kita untuk menjaga titipannya. Celine, dengarkan aku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkanmu!!" (Jordan)
Celine merasakan dunianya runtuh ketika dokter mendiagnosa jika dirinya tidak akan pernah bisa hamil dan melahirkan. Hati wanita mana yang tidak hancur mendengar kabar tersebut. Dengan air mata yang bercucuran, dia meminta Jordan untuk menikah lagi, namun dengan tegas Jordan menolaknya karena dia sangat mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Kehangatan Yang Nyata
Jordan menemani Celine mensurvei lokasi baru untuk butik miliknya di kawasan elit kota Beijing. Mereka berjalan berdua di sekitar area yang dikelilingi oleh bangunan modern dan butik-butik mewah lainnya. Celine tampak sangat bersemangat, sesekali menunjuk ke arah bangunan yang menarik perhatiannya.
"Ge, bagaimana menurutmu tempat ini?" tanya Celine, matanya berbinar penuh harap.
Jordan tersenyum, melihat semangat istrinya. "Aku pikir ini tempat yang sempurna untuk boutique barumu, sayang. Lingkungannya bagus, dan pasti banyak pelanggan potensial disini,"
Celine mengangguk, dia merasa semakin yakin dengan pilihannya. Mereka masih melihat-lihat bangunan itu dengan cermat. Lokasinya sangat strategis, terletak di pusat keramaian dengan akses yang mudah dijangkau. Bangunan tersebut memiliki tiga lantai, memberikan banyak ruang untuk berbagai koleksi dan desain Celine.
"Ge, lihat, ternyata bangunan ini punya tiga lantai. Aku bisa menaruh koleksi-koleksi eksklusif di lantai atas," ujar Celine dengan antusias.
Jordan mengangguk, meneliti setiap sudut bangunan. "Ini benar-benar tempat yang sempurna. Kau bisa membuat Boutique ini menjadi yang terbaik di Beijing."
Celine tersenyum lebar, semakin yakin dengan keputusan mereka. "Terima kasih, Ge. Dukunganmu membuatku semakin percaya diri."
Jordan memeluk Celine dengan hangat, "Aku selalu mendukungmu, sayang."
Dengan semangat dan dukungan dari Jordan, Celine semakin yakin boutique barunya akan sukses. Mereka meninggalkan bangunan itu dengan hati yang ringan, Celine sudah siap memulai babak baru dalam perjalanan bisnis. Cahaya matahari senja menerangi langkah mereka, menandakan awal yang cerah dan penuh harapan di kota Beijing.
"Ge, bagaimana kalau kita mampir ke kedai es krim dulu sebelum pulang? Aku ingin makan es krim," ucap Celine merengek, menggoyangkan lengan Jordan yang tertutup kemeja hitamnya.
Jordan mendengus, lalu dengan gemas menjitak kepala Celine. "Baiklah," katanya sambil mengangguk, menyetujui permintaan wanita itu.
Celine bersorak kecil dan menarik tangan Jordan menuju mobil. "Ayo, Ge, aku sudah tidak sabar!"
Jordan tersenyum tipis, melihat betapa bahagianya Celine. Mereka segera menuju kedai es krim favorit mereka di sudut jalan. Setibanya di sana, Celine langsung memesan dua cone es krim cokelat dan vanila.
"Ge, kau mau yang rasa apa?" tanyanya sambil menatap Jordan dengan mata berbinar.
"Aku ikut saja, sayang. Kau pilihkan untukku," jawab Jordan sambil tersenyum.
Celine memilihkan es krim rasa macha untuk Jordan karena suaminya itu tidak terlalu menyukai makanan ataupun minuman yang manis. Mereka duduk di bangku dekat jendela, menikmati es krim sambil berbincang santai. Dengan lembut, Jordan menyeka sedikit es krim yang menempel di ujung hidung Celine, membuat mereka terkekeh bersama. Momen sederhana itu akan menjadi kenangan manis di antara mereka berdua.
.
.
Mentari perlahan menyembunyikan dirinya di balik ujung barat, memancarkan cahaya senja yang memperindah langit. Celine dan Jordan berdiri di tengah padang ilalang, menatap ke langit yang semakin gelap.
Celine mengelus tangan Jordan dengan lembut, ingin melihat bintang secara bebas tanpa penghalang. Di tengah hamparan ilalang, mereka merasakan ketenangan yang mengalir dari langit yang dipenuhi bintang-bintang gemerlap. Dalam momen itu, semua kegelisahan terasa sirna, digantikan oleh keajaiban langit malam yang indah.
Celine dan Jordan berdiri di tengah padang ilalang yang luas, membiarkan diri mereka terpesona oleh keindahan alam. "Ge, lihatlah betapa indahnya langit malam ini," ucap Celine dengan suara penuh kagum.
Jordan tersenyum melihat kegembiraan di wajah Celine. "Ya, memang luar biasa," jawabnya sambil memeluk pinggang Celine.
Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati ketenangan yang disuguhkan oleh malam yang cerah. Di bawah cahaya bulan dan gemerlap bintang, mereka merasa seperti sedang terbang ke alam semesta yang penuh keajaiban.
Dengan tatapan penuh kagum, Celine mengamati langit yang gemerlap. "Ge, terkadang aku merasa seperti kita berada di alam yang berbeda," ujarnya dengan lembut.
Jordan memandangnya dengan serius. "Sama, rasanya kita terpisah dari segalanya di sini," katanya. Dia mendekat, menciptakan momen intim. "Di bawah langit malam ini, tidak ada yang bisa mengusik kita." Dengan lembut, dia mencium bibir Celine. Di tengah gemerlap bintang, ciuman itu terasa begitu magis dan penuh makna.
Celine memeluk lengan Jordan, menyandarkan kepalanya di bahunya. Hanya dalam dekapannya, dia merasakan ketenangan yang nyata.
Saat malam semakin larut, Jordan menggenggam erat tangan Celine lalu berkata. "Ayo, pulang," ucapnya dengan lembut.
Celine mengangguk, masih terpaku pada keindahan langit malam, kemudian dia menganggukkan kepala. "Baiklah, Ge," ucapnya sambil tersenyum. Jordan menggenggam tangan Celine sambil mengarahkan langkah mereka menuju mobil.
Mereka berjalan beriringan, meninggalkan padang rumput yang dipenuhi oleh cahaya rembulan. Dalam keheningan, hanya suara langkah mereka yang terdengar di malam yang tenang penuh kehangatan.
🌺🌺🌺
Tamara berjalan melewati gang sempit ketika pandangannya tertumbuk pada sosok yang dikenalnya, sedang memungut makanan dari tempat sampah. Hatinya berdegup kencang saat menyadari itu adalah Jennie. "Jennie! Apa yang kau lakukan di sini?" serunya, penuh kekhawatiran.
Jennie terkejut, lalu melihat ke arah suara itu. Air matanya mengalir deras saat ia berlari dan memeluk Tamara erat-erat. "Mama... aku lapar... aku tidak punya tempat lagi," tangisnya tersedu-sedu.
Tamara merengkuh putrinya dengan penuh kasih. "Ssh, jangan khawatir, Nak. Mama di sini sekarang. Kita akan pulang dan mengurus semuanya."
Jennie menangis sejadi-jadinya di pelukan Tamara, tubuhnya yang lusuh dan beraroma tidak sedap menggambarkan penderitaan yang dialaminya. "Mama, aku benar-benar menderita... mereka mengambil segalanya dariku. Aku tidak punya apa-apa lagi," isaknya.
Tamara mengelus punggung Jennie dengan lembut, namun kemarahan berkobar di matanya. "Ini semua gara-gara Celine! Dia biang masalah dalam keluarga kita! Kalau bukan karena dia, kau tidak akan mengalami semua ini!" katanya dengan suara bergetar.
Tamara memeluk Jennie lebih erat, dia akan membawa putrinya kembali dan memberinya kehidupan yang layak. "Ayo kita pulang, Jennie. Mama akan mengurus semuanya."
Jennie menangis tersedu-sedu di pelukan Tamara. "Mama, semua ini memang salah Celine. Jika saja Gege tidak pernah menikahi wanita itu, pasti keluarga kita akan hidup tentram tanpa masalah. Aku sudah tidak setuju sejak awal," ucapnya dengan suara penuh kemarahan terpendam.
Tamara mengelus punggung Jennie, mencoba menenangkannya. "Kita akan menyelesaikan ini, Jennie. Mama tidak akan membiarkan dia menghancurkan keluarga kita lagi," kata Tamara tegas.
Jennie mengangguk lemah, masih terisak. "Aku hanya wanita itu pergi dari kehidupan kakakku untuk selamanya. Pokoknya sampai kapanpun aku tidak akan rela Jika dia tetap bersama, Gege," ujarnya.
Tamara menatap putrinya dengan penuh kasih. "Mama akan memastikannya, Sayang. Kau tidak perlu cemas, secepatnya Mama akan memisahkan mereka berdua. Dan keluarga kita bisa hidup tenang dan tentram lagi."
Tamara semakin bertekad untuk memisahkan Celine dari Jordan. Dalam hati, ia bersumpah tidak akan membiarkan wanita itu menghancurkan keluarganya lagi. Dengan Jennie di pelukannya, Tamara merencanakan langkah berikutnya, yakin bahwa hanya dengan memisahkan Celine dari Jordan, kedamaian akan kembali ke keluarga mereka.
🌺🌺🌺
Bersambung
...biar otak'y gk macet,sgl berbuatsn ads konsekuennya
kurang ajar rossa, juga ibunya kakaknya, biar dirasakan pembalasan dr celine 😡😡