Shahira atau lebih akrab dipanggil Ira. Dia dijuluki perawan tua, karena belum juga menikah bahkan diusianya yang sudah menginjak 34 tahun. Dia menjadi bahan gunjingan ibu ibu komplek.
Shahira pernah di lamar, tapi gagal karena ternyata pria yang melamarnya menyukai adiknya, Aluna.
Tapi, kemudian Ira dilamar lagi oleh seorang nenek untuk menjadi istri dari cucu kesayangannya. Nenek itu pernah di tolong Shahira beberapa waktu yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Sha, makan ya." Nicho bersiap menyuapi Ira.
"Aku bisa makan sendiri kok."
Dengan cepat Ira mengambil alih piring dan sendok dari tangan Nicho, lalu dia pun menyantap sendiri makan malamnya.
Melihat Ira makan dengan sangat lahap, membuat Nicho tersenyum senang. Kemudian dia pun ikut makan bersama Ira. Setelah menghabiskan makanan mereka, Nicho berniat mengantarkan piring kotor ke kamar, tapi dicegah oleh Ira.
"Besok aja, jangan keluar kamar sampai besok pagi!" Titah Ira menatap tajam tepat kedua bola mata Nicho.
Yang ditatap pun mengangguk paham dengan meletakan kembali piring kotor itu ke sudut kamar yang dekat dengan pintu keluar.
"Minum obat ya."
"Hmm."
Nicho mendekati Ira membawakan beberapa butir pil yang harus di telan oleh Ira agar demamnya segera sembuh.
Tok, tok!
Suara pintu kamar diketuk oleh nenek dan Jihan.
"Siapa?!" sahut Nicho.
"Nenek!" Seru Jihan mewakili nenek.
Segera Nicho membuka pintu dan membiarkan nenek masuk ke kamar bersama Jihan. Tapi, saat akan menutup kembali pintu kamar, Aluna datang meraih tangan Nicho dengan erat.
"Aluna! Lepas. Didalam ada nenek!" Gertaknya.
"Selama mas diam saja nenek tidak akan tahu. Aku harus kembali ke rumah sakit. Aku memegang tangan mas sebentar saja untuk memberi peringatan bahwa mas adalah milikku." ucapnya dengan mendekatkan wajahnya ke arah telinga Nicho.
Sementara itu di dalam kamar, nenek dan Jihan sedang berpamitan pada Ira. Tapi siapa tahu mata Ira melirik kearah suaminya berdiri. Dia tahu, suaminya sedang bersama adiknya.
"Mas!" Panggilannya membuat Nicho sedikit terkejut dan segera melepaskan diri dari Aluna.
"Iya, Sha." sahutnya lembut.
Nicho menutup pintu kamar dan segera menghampiri Ira.
"Nenek sudah mau pulang. Mas juga mau pulang ya?"
Bukannya menjawab, Nicho malah tersenyum manis duduk di samping Ira dan mencium keningnya dihadapan nenek dan bik Jihan. Ira sangat terkejut mendapat perlakuan seperti itu secara tiba tiba. Ya meski sebenarnya dia tahu Nicho mungkin hanya berakting di depan nenek.
"Mas akan tetap disini sampai kamu sembuh, lalu kita bisa pulang bersama."
"Hmm, nenek jadi rindu suami nenek karena melihat kalian yang seperti ini." ucap nenek yang membuat Ira merona malu.
"Lebih baik nenek pulang. Cucu mantu nenek harus istirahat yang cukup ya sayang." mengusir Nicho karena mau memeluk Ira.
"Iya nek. Nenek juga harus selalu jaga kesehatan. Aku akan segera sembuh, pulang ke rumah, menemani nenek seperti biasanya."
Nengsih pun akhirnya pulang bersama Jihan dan Aluna.
Ya, tepat sebelum pulang Aluna datang ke kamar Ira bersama ibunya. Dia memeluk Ira dan memberi Ira semangat agar cepat sembuh.
Air mata Ira menetes kala memeluk adik kesayangannya itu. Entah mengapa, rasa sakit dan benci yang ada dalam dirinya berubah menjadi perasaan takut kehilangan adik tercintanya itu.
Melihat Ira menangis memeluk Aluna, membuat Nicho tampak salah tingkah dan raut wajahnya yang seperti orang khawatir, takut dan juga kesal bersamaan.
"Loh, kakak kenapa nangis." Aluna menyapu air mata itu dengan lembut.
"Dek, kakak sayang sama adek." Ucapnya kembali memeluk Aluna.
"Ya aku tahu. Aku juga sayang sama kakak."
"Jangan menyembunyikan apapun dari kakak ya. Katakan apapun yang kamu inginkan bahkan jika adek butuh nyawa kakak sekalipun akan kakak berikan." ucapan Ira membuat Aluna terdiam sesaat.
"Kamu bicara apa sih, Ra. Kok ngomongnya aneh gitu." Sahut Marni yang mendengar ucapan Ira barusan.
"Mungkin kakak dalam pengaruh obat buk."
"Jangan membenciku, Aluna!" gumam Ira sekali lagi sebelum akhirnya dia memejamkan matanya.
Mungkin dia tidur karena pengaruh obat, atau dia hanya pura pura tidur supaya tidak terlalu dicurigai oleh ibu nya atas kalimat yang barusan dia ucapkan.
Aluna tersenyum membiarkan Ira berbaring nyaman di ranjangnya, lalu dia keluar dari kamar itu bersama ibunya. Tidak lupa setelah ibunya keluar dari kamar, Aluna berlari cepat mendekati Nicho dan mencium pipi Nicho.
Nicho kaget tapi tidak bisa berbuat apa apa karena Aluna sudah keluar dari kamar dengan menutup rapat pintu kamar.
Ira sendiri melihat kejadian itu, dia mengintip dengan mata sipitnya yang tampak terpejam. Hatinya sakit, air matanya kembali menetes dan dia harus kembali pura pura tidur.
Huh!
Nicho menghela napas dalam yang terdengar seperti helaan napas seseorang yang sedang kesal atau mungkin marah. Kedua tangannya mengusak rambut dan wajahnya, lalu dia pergi ke kamar mandi.
Ira membuka matanya, menangis sambil menekan kuat posisi jantungnya berada. Rasanya perih, bak disayat sayat benda tajam.
"Tidak. Aku tidak boleh sakit seperti ini. Dia mungkin suamiku tapi aku tidak mencintainya. Untuk apa aku sesakit ini. Aku akan menyelesaikan semuanya dengan cepat. Jika memang mereka saling mencintai, aku akan membuat mereka bersama." gumamnya menegaskan pada dirinya sendiri.
Segera Ira mengirim pesan pada Randi. Dia meminta bantuan Randi untuk mencari tahu seperti apa Aluna sebenarnya. Meski dia dan Aluna tumbuh bersama, ternyata begitu banyak hal yang tidak dia ketahui tentang adik kesayangannya itu.
Sedangkan Nicho, dia juga menelpon seseorang di kamar mandi. Entah siapa yang dia telpon, tapi dari raut wajahnya terlihat dia sedang sedih dan menjelaskan sesuatu pada teman bicaranya itu. Ah mungkin dia sedang menenangkan kekasihnya karena dia harus menginap bersama istrinya malam ini. Ya, sepertinya itu lebih mudah dipahami.
semoga ibu nya shahira cpt tau kelakuan aluna merusak keretakkan rumah tangga kakak nya sendri biar ibu merasa menyesal