Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima Susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ba 32
Akhirnya Azzam putranya Ima harus melakukan rawat inap karna kondisi Azzam sudah memprihatinkan. Hasil diagnosa dokter mengatakan bahwa Azzam kena DBD.
Ima sempat menangis saat mendengar penjelasan dari dokter. Padahal selama ini ia selalu menerapkan hidup bersih tapi kenapa Azzam putranya masih saja terkena penyakit demikian.
"Baik dok. Kalau begitu terimakasih." ujar Ima dengan wajah kuyu.
"Ibu harus bisa menghibur anaknya siapa imunya cepat naik." dokter muda yang menangani Azzam bernama Angga,sejak pertama bertemu dengan Ima entah kenapa hatinya berdesir.
Ia begitu terpesona melihat kecantikan alami dari Ima. Tanpa polesan saja ia masih cantik apalagi jika di make over tentu akan lebih cantik lagi.
Tak henti - hentinya ia selalu tersenyum dan duduk melamun membuat para rekannya merasa heran dengan dokter yang terkenal cool tiba - tiba senyum - senyum sendiri.
"Kamu kenapa,Nga. " tanya dokter Ita yang sudah lama naksir pada dirinya.
"Ga kenapa - Kenapa kok. " Jawab Angga berusaha bersikap seperti biasa kembali.
"Lah dari tadi kamu senyum - senyum ga jelas gitu. Kamu habis kesam1bet apa?" ujar dokter Ita mencebik.
"Ah,mas sih." ujar Angga mengalihkan pandangannya ke ranjang tempat Azzam di periksa. Ia kembali bisa melihat wajah cantik yang mampu menganggu konsentrasinya.
"Woy, gue di sini bukan disana." Dokter Ita memutar kepala dokter Angga supaya menoleh kepada dirinya. Dokter Angga terpaksa meluangkan dokter Ita.
"Kamu ga kerjaan apa? Sono ke tempat kamu sendiri jangan ganggu gue. Nanti loe dipecat baru tau rasa." usir Angga yang tidak suka Ita selalu mengejar dirinya.
"Ya elah ayang mbeb gue marah." kekeh Ita berjalan menuju meja kerjanya.
Angga kembali memperhatikan Linda dari kursi kerjanya. Senyum kembali tersungging di bibirnya. Lamunan Angga terhenti saat seseorang memanggil namanya.
"Dok,Dokter." panggil seorang suster.
"Eh - iya sus." jawab Angga tergagap.
"Pasien brangkar sembilan membutuhkan dokter sekarang." suster merasa tidak enak menganggu lamunan dokter Angga.
" Ok! Terimaksih sus. " Angga langsung menuju brangkar sembilan memeriksa seorang nenek yang jatuh dikamar mandi.
Sementara di brangkar Azzam terlihat suster membantu Ima dan Azzam untuk pindah ke ruang perawatan.
Azzam nampak tertidur setelah sedari tadi menangis. Bukan hanya Azzam yang kelelahan Ima dan Umi juga sama.
Setelah sampai di ruang perawatan,Ima merebahkan tubuhnya di samping putranya. Sementara Umi tidur di sofa seperti ranjang kecil yang sediakan untuk penunggu pasien.
"Capek ya,Mi?" tanya Ima kasihan melihat wanita paruh baya itu kelelahan.
"Ga,nak."kekeh Umi menghibur putrinya.
"Abi kemana,Mi?" tanya Ima yang tidak melihat keberadaan laki - laki itu.
"Tadi Umi suruh beli makanan dan kebutuhan kita yang lain. Apa kami perlu sesuatu biar Umi telpon Abi untuk membelikan?" tanya Umi.
"Nanti aja,Mi. Makasih ya Mi sudah menemani kami." ujar Ima tulus.
"Apaan sih,nak. Azzam kan cucuku Umi sudah pasti Umi akan selalu ada buat kalian berdua. " Jawab bibik sambil tersenyum.
"Assalamualaikum,." suara Abi dari arah pintu ,Umi Ayu dan Ima serempak menoleh kesana. Ditangan Abi terdapat beberapa kantong yang ia bawa.
"Sini,nak ayo kita makan dulu." ajak Abi sambil mengeluarkan makanan yang ia beli barusan dibantu istrinya menata makanan untuk makan mereka bertiga. Ima sangat bersyukur masih diterima oleh kedua orang tuanya.
Mereka bertiga makan tanpa suara. Ima nampak tidak begitu berselera,tangannya hanya mengaduk - ngaduk soto yang dibelikan Abinya.
"Ayo dimakan,Ima. Kamu itu perlu tenaga buat mengurus Azzam. Jangan sampai kamu juga tumbang karna malas makan." Abi menegur putrinya yang terlihat melamun.
"Eh- Iya ,Bi." ujar Ima berusaha menyuap makanannya walau terasa hambar.