Rahasia Hati

Pukul lima sore, seperti biasa Kinan menunggu suaminya pulang. Wanita hamil itu sengaja berdiri di balkon kamar sembari terus menatap ke arah pagar. Sebentar lagi Azka pasti pulang.

Ponsel yang ada digenggamnya berdering. Tertera nama 'Bang Azka' di layar ponselnya. Kinan pun antusias mengangkat panggilan itu.

"Halo, Bang. Kenapa nelpon?" Tanya Kinan pemasaran, tak biasanya suaminya itu menelpon di jam pulang kerja seperti ini.

["Aku belum bisa pulang , masih ada urusan. Kemungkinan pulangnya malam. Oh ya, apa ada yang kepengen kamu makan gak? Pulang nanti aku belikan."] Tanya Azka.

Kinan mengerucutkan bibirnya, ia tidak ingin apapun. Hanya ingin suaminya cepat pulang, perlakuan Azka selama lima bulan ini yang begitu perhatian, membuatnya jadi bergantung pada pria itu.

"Kalau aku bilang pengen makan sate tapi dianterin sekarang, bisa gak?"

Azka terkekeh, ["Bilang aja kamu pengen aku cepat pulang. Kenapa, apa si kecil membuat kamu kerepotan?"]

Kinan refleks menggeleng seakan Azka dapat melihatnya, "Enggak kok, berkat didikan Abang, dia jadi anak pintar. Gak pernah nyusahin aku."

Azka tertawa pelan, ["Ada-ada saja. Ya udah, aku tutup teleponnya dulu ya.]

Sambungan telepon pun terputus, Kinan kembali menatap kearah pagar. Sore ini, batal menyambut suami pulang. Ia lalu masuk ke kamar, duduk selonjoran di ranjang sambil membuka aplikasi belanja online. Ada beberapa perlengkapan bayi yang ia simpan di troli. Ingin meminta pendapat Azka sebelum memesan. Menurutnya bagus, tapi belum tentu bagus menurut Azka. Jika tidak cocok, maka ia akan mencari pilihan lain yang sependapat.

Terdengar ketukan dibalik pintu kamar, Kinan sedikit tersentak. Ia menyimpan ponsel di atas nakas, Lalu gegas membuka pintu. Ternyata mama Flora yang mengetuk.

"Azka sudah pulang?" Tanya Mama Flora.

"Belum, Ma. Baru aja tadi Bang Azka telepon, katanya masih ada urusan dan kemungkinan pulangnya malam." Jawab Kinan.

"Em, kalau gitu temani Mama di dapur yuk. Mama mau bikin brownies lumer, gak usah bantuin cukup temani Mama aja." Kata mama Flora, biasanya ia meminta bantuan Alesha, tapi menantunya yang satu itu sedang kurang sehat lantaran morning sickness, ia jadi meminta ditemani Kinan biar gak sepi ada teman ngobrolnya.

"Boleh, Ma. Bantuin Mama aku juga mau kalau.... dibolehin." Ucap Kinan. Terdengar lirih diakhir kalimatnya.

"Enggak, cukup temani Mama aja!" Tegas mama Flora.

Kinan tersenyum samar. Kadang ia menilai perlakuan mama Flora sedikit lebay melarangnya ini dan itu, bukankah seharusnya wanita hamil itu banyak bergerak agar memudahkan proses persalinan nanti. Tapi sudahlah, ia tidak mau ribut dengan mendebat mama mertuanya. Tapi mungkin seperti itulah cara mama Flora menunjukkan kasih sayangnya pada menantunya.

Tanpa keduanya sadari, Raka mendengar obrolan mereka. Pria itu keluar dari kamar saat mama Flora mengetuk pintu kamar Azka.

Mama Flora dan Kinan pun gegas menuju dapur. "Raka, gimana keadaan Alesha sekarang?" Tanya mama Flora saat melewati kamar Raka, putranya itu berdiri di depan kamar.

"Udah mendingan, Ma." Jawab Raka.

"Telepon kakak kamu gih, suruh datang periksa istri kamu." Perintah mama Flora.

Raka hanya mengangguk, netranya melirik Kinan yang menatap kearah lain.

Mama Flora dan Kinan pun melanjutkan langkahnya menuju dapur. Sementara Raka pun masuk kembali ke kamar, "Sayang, kamu istirahat aja di kamar ya. Jangan kemana-mana. Aku mau ketemu Papa sebentar, ada yang mau aku bicarakan sama Papa." Ujarnya.

"Iya, Bang." Kata Alesha.

Di dapur, mama Flora mulai menyiapkan semua bahan untuk membuat brownies lumer. Setelah semua siap, ia pun mulai mengolah.

Kinan tak tahan hanya duduk diam. Ingin sekali ikut membantu, namun melihat lirikan tajam mama mertuanya ia dengan cepat kembali duduk. Bosan, tentu saja. Namun, ia bisa apa.

"Kalau aja Alesha seperti kamu, gak ngalamin morning sickness yang cukup parah. Pasti seru kita bertiga di dapur," kata mama Flora.

Kinan mendengar, namun tak merespon. Ia hanya fokus memperhatikan kegiatan mama mertuanya, terbiasa berkutat di dapur saat belum menikah ia jadi seperti orang bodoh hanya duduk santai tanpa melakukan apapun seperti sekarang.

"Mama lagi buat apa? Kelihatannya enak tuh." Kata Raka yang baru saja datang. Sekilas ia melirik Kinan, wanita itu langsung membuang muka begitu ia datang.

"Lagi buat Brownies lumer, request papa. Tapi Mama bikinnya banyakan buat kita semua." Kata mama Flora. "Kamu ngapain ke sini?" Tangannya kemudian.

"Mau ambil air minum untuk Alesha, Ma." Kata Raka berbohong.

"Oh,"

Raka mengambil gelas, mengisinya air minum lalu pergi meninggalkan dapur. Sekali lagi ia melirik Kinan sembari menyeringai tipis, tadi ia mendengar Kinan mengatakan bahwa Azka akan pulang malam. Abang yang selalu menjadi pelindung Kinan itu pulang telat, dalam hati ia berkata, 'Sekarang aku memiliki kesempatan.'