NovelToon NovelToon
Beetwen Love And Religion

Beetwen Love And Religion

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: hellokyul

Mencintai memang tak selamanya akan berjalan dengan mulus, begitu pula dengan kisah Kannita Gabriella, yang secara tak sengaja menyukai sesosok pemuda yang terlihat menyukai teman dekatnya, namun ternyata justru diam-diam menyukai dirinya. Dan ada juga sahabatnya yang ternyata juga menyukainya sejak lama. Dibalik kisah tersebut, ia diambang dilema memilih untuk yang seiman atau tidak seiman. Bagaimanakah Kannita dalam menghadapi perasaan semunya itu? Kepada siapakah hatinya akan berlabuh?

Penasaran dengan kisahnya? Yuk kepoin ya 🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hellokyul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 17

Terlihat jalan raya dipenuhi oleh cahaya lampu warna-warni tak membuat seorang Asher dan Kannita berhenti bertengkar di atas motor. Asher yang merasa jengah mengajak Kannita mampir sebentar ke pasar malam yang baru saja dibuka di dekat rumah Kannita.

"Udahlah lo tuh, mending kita ke pasar malam aja!" kata Asher.

Kannita tersenyum lebar, "nah gitu dong dari tadi! Siap untuk meluncur!"

Mereka tiba di pasar malam dan memarkirkan motor di salah satu tukang parkir. Dengan semangat, mereka mulai berkeliling, menaiki berbagai wahana dan permainan. Mereka tertawa dan berteriak, menikmati setiap detiknya bersama.

"Ash, coba lihat itu deh! Apa itu? Kok keliatannya enak," ucap Kannita, menunjuk ke arah sebuah warung makanan.

"Gak tau sih belum pernah liat, mari kita coba!" sahut Asher tersenyum.

Mereka membeli beberapa jenis makanan dan duduk di warung tersebut, menikmati camilan mereka sambil bercerita.

Namun, tanpa disadari, sepasang mata tajam memperhatikan mereka dari kejauhan. Seseorang yang tidak suka dengan kedekatan mereka.

"Kenapa mereka begitu dekat? Apa karena mereka sudah lama berteman?" gumam orang tersebut sambil mengamati Asher dan Kannita.

Sementara itu, Asher dan Kannita masih asik berkeliling pasar malam.

"Ash, lihat itu! Lo suka sama permainan menembak itu kan?" tanya Kannita, menunjuk ke arah wahana permainan.

"Iya, itu! Tumben ada, biasanya gak ada loh, yuk ah kesana!" jawab Asher, dengan senang.

Mereka berdua berjalan menuju wahana permainan menembak, tanpa menyadari bahwa seseorang terus memperhatikan setiap gerak-gerik mereka.

Saat mereka menunggu giliran untuk bermain, Asher berbisik kepada Kannita, "Nit, lo ada ngerasain kalo ada yang kayak ngeliatin kita gak sih?"

Kannita mengerutkan kening, "Apa maksudnya?"

"Gue merasa ada seseorang yang terus memperhatikan kita. Kita harus berhati-hati," ujar Asher, memandang sekeliling dengan waspada.

Kannita melihat sekeliling, namun tidak melihat apa-apa yang mencurigakan. "Aduh Ash, lo tuh terlalu paranoid tau. Mungkin cuma perasaan lo aja."

Namun, Asher tetap waspada sepanjang mereka berada di pasar malam itu.

Sementara itu, orang yang memperhatikan mereka dari kejauhan semakin gelisah. "Mereka enggak boleh terus bersama. Gue harus menghentikan ini sebelum semuanya terlambat."

Orang tersebut mulai merencanakan sesuatu, sementara Asher dan Kannita masih menikmati waktu bersama di pasar malam yang ramai itu.

Wulan mendekati Fais, menepuk bahunya lembut. "Fais, kenapa lo diem aja? Lo lagi perhatiin apa sih dari tadi?" tanya Wulan bingung.

Fais menggeleng cepat, "oh, enggak ada aapa-apa, gue cuma lagi ngeliatin sekitar sambil mikirin tugas doang."

Wulan mengerutkan alisnya, tidak yakin dengan jawaban Fais. Namun, sebelum dia bisa menanyakan lebih lanjut, Fais mengelak dan berusaha mengalihkan pembicaraan.

Sementara itu, Kannita sedang berjalan bersama Asher, tertawa-tawa ceria. Tiba-tiba, mereka bertabrakan dengan Wulan dan Fais yang sedang berdiri di dekatnya.

"Oh maaf!" ucap Kannita, memegang bahu Wulan.

Asher mengerutkan kening, merasa sedikit aneh dengan pertemuan tak terduga ini. Namun, dia menggelengkan kepala dan tersenyum, mencoba mengabaikan perasaan anehnya.

"Enggak apa-apa, kami yang tidak hati-hati," sahut Fais kalem, mencoba memperbaiki situasi.

Wulan tersenyum sopan, "iya kami yang salah, maafkan kami."

Mereka semua berhenti sejenak, mencoba untuk berbasa-basi sebentar. Namun, suasana terasa sedikit canggung.

"Hm... kayaknya udah waktunya kami pulang," ucap Asher, mencoba untuk mengakhiri pertemuan tersebut.

Kannita mengangguk setuju, "iya, udah malam juga. Kita pamit pulang duluan ya."

Wulan dan Fais mengucapkan selamat tinggal, dan mereka pun berpisah.

Setelah mereka berjalan beberapa langkah, Asher memandang Kannita dengan tatapan tajam. "Nit, mereka tuh pacaran atau gimana? Kok gue ngerasa aneh gitu sama kedekatan mereka, menurut lo gimana?"

Kannita menggelengkan kepala, "gue gak tau dan gue juga enggak yakin. Mungkin cuma perasaanmu aja, Ash."

Namun, Asher tetap merasa curiga. Ada sesuatu yang tidak beres, meskipun dia tidak bisa mengatakannya dengan pasti.

Mereka berdua berjalan pulang dalam keheningan, tetapi pikiran Asher terus menerus terpenuhi dengan pertemuan tadi malam. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang membuatnya merasa begitu cemas dan waspada?

Kembali di tempat lain, Wulan menatap Fais dengan pandangan khawatir. "Ada apa, Fais? Lo keliatan aneh gitu sih, apa lo tertekan tadi?"

Fais menggeleng lembut, mencoba menyembunyikan perasaannya. "Ah, enggak apa-apa kok. Gue cuma kaget aja ngeliat mereka ada disini juga gitu, ah iya gitu pokoknya."

Wulan tidak yakin dengan jawaban Fais, tetapi dia memilih untuk tidak menanyakan lebih lanjut. Terkadang, ada hal-hal yang lebih baik tidak diungkapkan.

Kannita merasa kebetulan bertemu dengan Fais dan Wulan di pasar malam. Meskipun merasa aneh dengan kedekatan mereka, Asher, temannya, meresponsnya dengan cuek.

"Kenapa lo?" tanya Asher, sambil melirik Kannita.

Kannita menggelengkan kepala, "enggak, enggak apa-apa. Gue cuma kepikiran sama ucapan lo tadi soal Wulan dan Fais."

Asher hanya menggeleng pelan dan menarik Kannita ke salah satu bangku unik yang terbuat dari ban mobil. "Ayo, duduk di sini bentar."

Kannita menuruti permintaan Asher dan duduk di sampingnya. Mereka berdua menatap sekeliling, menikmati suasana pasar malam yang ramai dan penuh warna.

"Ash, setelah gue pikir berulang kali, gue juga ngerasa aneh sama mereka berdua, setau gue Wulan tuh punya pacar tapi gue lupa siapa," ucap Kannita bingung.

Asher menggeleng, "nah itu tau lo, tadi ditanyain ada ngerasa aneh apa enggak, jawabannya enggak, emang dasar plin-plan!"

"Entahlah, gue kan emang gini orangnya, baru tau lo?" tanya Kannita sembari memiringkan kepalanya kearah Asher.

Asher mengangguk, "huh... gini banget punya temen rasa bunglon"

Kannita mengangkat bahunya, masih merasa tidak yakin. Namun, dia memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut.

Mereka berdua duduk di bangku ban mobil itu, menikmati kebersamaan mereka di tengah keramaian pasar malam. Sesekali mereka tertawa dan berbicara tentang hal-hal kecil yang mereka lihat di sekitar mereka.

Setelah beberapa saat, Asher melirik jam tangannya dan bangkit dari duduknya. "Ayo, Nit, udah jam 9:15 PM nih."

Kannita mengangguk, "oh oke, yuk let's go kita pulang."

Mereka berdua berdiri dan berjalan meninggalkan pasar malam, meninggalkan keceriaan dan warna-warni di belakang mereka. Meskipun masih ada rasa keanehan dalam pikiran Kannita tentang pertemuan tadi, dia memilih untuk menikmati waktu yang dihabiskan bersama Asher.

Di tempat lain, Fais dan Wulan masih berada di pasar malam, berjalan-jalan dan menikmati waktu bersama. Namun, Fais masih terganggu oleh pertemuan tadi dengan Kannita dan Asher.

"Lan, ayo kita pulang sekarang," kata Fais datar.

Wulan menganggukkan kepala dan ikut berjalan di samping Fais, "oh oke."

Fais mengepalkan tangannya, "gue mau nanya dong. Lo tau mereka itu deket sejak kapan?"

Wulan menggenggam tangan Fais dengan lembut, tanpa menyadari raut wajah Fais yang berubah marah beberapa detik ketika tangannya disentuh oleh Wulan, "mereka kenal ya setau gue dari masuk SMA sih, dan mereka cuma temen aja gak lebih, tapi kenapa lo jadi kayak paranoid gitu?"

Namun, Fais tetap merasa gelisah yang ditutupi oleh ekspresi datarnya.

1
Lah_
Ini bukan cerita lagi, tapi candu, tolong jangan terlambat update thor.
Julaikah: Serius kak? Yaampun aku terharu 🥺🙏
total 1 replies
Kiyo Takamine and Zatch Bell
Gagal fokus kerja karena kepikiran endingnya yang bikin penasaran.
Julaikah: serius kak? padahal ini baru awal loh astaga jd terharu aksksksk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!