Benih Peninggalan Perampok

Seusai Maya menemui pria tersebut di sebuah ruangan khusus yang ada di restaurantnya itu, Wanita paruh baya itu terlihat berjalan ke arah gudang belakang. Sesampainya Maya di depan gudang itu, Wanita paruh baya itu terlihat celingak-celingak melihat ke arah sekitar apakah aman atau tidak. Setelah memastikan kondisi di sekitar aman, Wanita paruh baya itu terlihat langsung membuka pintu gudang tersebut.

Setelah pintu itu terbuka, Terlihat seorang wanita paruh baya dengan rambut yang tampak berantakan sedang duduk digudang itu dalam posisi kaki yang terikat pada sebuah kursi yang ada di dalam gudang itu.

Beberapa saat setelah pintu itu terbuka, Maya pun tampak berjalan mendekat ke arah wanita yang tampak lusuh itu.

"Hay kakak ipar....Aku kesini hanya mau memberitahukan padamu, Kalau sebentar lagi aku bisa mengusai harta anak tercintamu!" Ucap Maya pada wanita lusuh itu.

Mendengar ucapan Maya itu, Wanita lusuh itu seketika mengamuk. Meski wanita lusuh itu ingin rasanya menjambak rambut Maya, Wanita itu tak berdaya untuk Maya dalam kondisi tubuh yang terikat.

"Arrrrgggggg.......Pergi kamu dari sini! Jangan ganggu aku!" Wanita lusuh itu tampak histeris.

Ucapan wanita itu malah membuat Maya tampak tertawa terbahak-bahak.

"Haaa......haaaaa...." Terdengar suara Maya tertawa terbahak-bahak.

Maya merasa sangat senang melihat wanita lusuh itu tampak menderita. Bagaimana tidak, Dari dulu Maya selalu memimpikan untuk ingin menguasai harta wanita lusuh itu, Sehingga berbagai cara ia lakukan untuk mendapatkan harta wanita itu.

Setelah beberapa lama Maya berada di dalam gudang itu, Akhirnya Maya pun tampak keluar dari dalam gudang itu.

Begitu Maya keluar dari gudang itu, Tiba-tiba terdengar teriakan dari arah luar.

"Maya.....Keluar kamu!" Terdengar teriakan itu.

"Siapa yang berteriak-teriak di luar itu!" Ucap Maya sembari berjalan ke arah luar.

"Mana uang yang kamu janjikan itu!" Ucap pria itu yang melihat Maya keluar.

"Selesaikan pekerjaanmu dulu, Baru aku akan transfer uang yang aku janjikan itu!" Ucap Maya.

"Kamu mau bermain-main denganku! Kamu transfer sekarang, Atau aku akan hancurkan semua rencanamu!" Gertak pria itu.

"Kamu berani mengancamku! Tapi sayangnya, Aku enggak takut dengan ancamanmu yang basi itu!" Ucap Maya dengan santainya.

"Oke kalau kamu enggak takut! Tapi kamu bahkan lupa satu hal, Aku tahu siapa Kinan yang asli!" Ucap pria itu.

"Cepat beritahu aku siapa Kinan yang asli!"

"Oh....Tak semudah itu! Sekarang cepat transfer uangnya atau aku bisa saja melaporkan membeberkan kebohongan kalian!" Ujar pria itu.

"Baik, Aku transfer sekarang!"

Maya akhirnya mengalah, Wanita paruh baya itu tak bisa berkutik lagi. Terlebih pria itu seolah tahu semua tentang semua rencana Maya. Wanita paruh baya itu tak ingin jika rencana yang sudah di susun rapi sejak lama itu akan hancur begitu saja oleh aksi nekad pria yang tak diberikan bayarannya itu.

Maya akhirnya memberikan sejumlah uang tutup mulut pada pria itu, Dengan syarat pria tersebut tak membeberkan rahasia Maya.

*********

Di tempat yang berbeda, Terlihat Haris tampak murung karena merasa sudah tak ada harapan untuk mendapatkan Nina kembali.

"Kenapa hatiku terasa sakit mendengar hal yang di ucapkan Evan itu!" Ucap Haris.

Pria yang bertubuh kekar nan berotot itu tak pernah mengira bahwa anak yang sedang dikandung Nina itu adalah anak Evan. Seketika perasaan Haris menjadi tak karuan karena terus memikirkan hal itu.

Ketika Haris tampak hanyut dalam lamunannya, Tiba-tiba terlihat si kecil Ayla yang tampak mendekat ke arahnya.

"Ayah.....Apa sudah ada kabar tentang tante Nina?" Tanya gadis kecip itu pada sang ayah sambung.

"Ayah sudah ketemu sama tante Nina, Tapi tante Nina sudah punya jalan hidup sendiri sayang!" Ucap Haris pada puteri sambungnya itu.

"Tapi Ayla kangen sama tante Nina ayah! Ayla pengen ketemu sama tante Nina!" Ucap gadis kecil itu.

"Sayang, Kamu harus mengerti kalau sekarang tante Nina itu punya kehidupan baru!" Haris tampak memberi pengertian pada Ayla.

"Ayla enggak mau tahu ayah! Tolong pertemukan Ayla sama tante Nina!"

Ayla seolah tak perduli dengan yang diucapkan ayah sambungnya itu. Gadis kecil itu tetap bersikeras ingin ketemu dengan Nina tanpa alasan apa pun.

Namun, Meski Ayla tampak mengambek karena keinginannya tak dipenuhi oleh sang ayah. Haris tak dapat berbuat apa-apa, Pria yang berpostur tubuh kekar itu tak mungkin menemui Nina lagi. Apa lagi mengingat kalau sekarang Nina menjadi tanggungjawab Evan.

Haris yang melihat anak sambungnya itu tampak mengambek, Berusaha untuk merayu sang anak sambung dengan berbagai macam cara, Namun si kecil Ayla tetap bersikeras ingin ketemu dengan Nina.

"Kalau kamu tetap ingin ketemu tante Nina, Mending kamu tinggal saja dengan ayahmu Evan!" Terdengar teriakan Haris.

Si kecil Ayla yang mendengar suara Haris yang terdengar keras itu, Seketika tampak ketakutan lalu menangis tanpa henti.

"Ayah jahat, Ayah sudah enggak sayang Ayla lagi!" Terdengar ucapan Ayla sembari terus menangis.

Haris yang melihat anak sambungnya itu menangis, Menjadi merasa bersalah pada Ayla.

"Sayang, Maafkan ayah karena sudah membentak kamu! Ayah hanya sedikit emosi tadi!" Ucap Haris yang tampak menenangkan sang anak sambung.

"Ayla benci sama ayah! Ayah sudah enggak sayang lagi sama Ayla!"

Meski Haris berusaha meminta maaf dan menenangkan gadis kecil itu, Akan tetapi bentakan kecil yang Haris ucapkan itu seolah membuat gadis kecil tampak ketakutan, sehingga itu tak mau berbicara lagi dengannya. Hal tersebut membuat gadis kecil itu tampak mengurung diri di dalam kamarnya.

Berhari-hari gadis kecil itu tak mau keluar dari kamarnya. Bukan hanya itu, Bahkan gadis kecil itu tak mau makan sama sekali. Makanan yang di sajikan oleh sang pembantu diatas meja kamar gadis kecil itu, Bahkan tak disentuh sama sekali olehnya.

Haris yang mengetahui kalau anak sambungnya itu tak mau makan sama sekali menjadi sangat khawatir. Haris yang tampak khawatir dengan Ayla, Segera bergegas ke kamar Ayla untuk membujuk sang anak sambung agar mau makan.

"Sayang, Kok makanannya hanya dilihat saja!" Ucap Haris.

"Ayla malas makan!" Ayla tampak cetus.

"Sayang, Makan sedikit saja!" Haris tampak menyuapi Ayla makanan.

"Sudah Ayla bilang, Ayla enggak mau makan!" Terdengar teriakan gadis kecil itu.

"Apa Ayla masih marah ya sama ayah makanya sampai enggak mau disuapi ayah!" Ucapnya pada gadis kecil itu.

"Aku enggak mau bicara sama ayah sebelum ayah mengabulkan permintaanku!"

"Sayang, Apa yang kamu minta itu tak mudah! Apalagi sekarang tante Nina sama ayahmu!" Haris tampak memberi pengertian pada Ayla