NovelToon NovelToon
My Lovely SPG

My Lovely SPG

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis
Popularitas:18.6k
Nilai: 5
Nama Author: De Shandivara

Danisa seorang gadis cantik dan sederhana. Tidak tamat SMU karena kondisi perekonomian keluarganya yang sulit mengharuskannya bekerja dan merelakan cita-cita.

Demi membantu menyambung kehidupan ibu dan adik-adiknya, Danisa rela bekerja banting tulang menjadi SPG di toko sepatu di sebuah mall.

Suatu hari, pertemuannya dengan laki-laki berpenampilan compang-camping yang menurutnya seorang tuna wisma, Danisa memberikannya jatah makan siangnya.

Siapa sangka rupanya pertemuan itu mengubah alur takdir Danisa hampir keseluruhan karena ternyata pria yang dia kira miskin itu adalah pemilik perusahaan brand sepatu tempat dia bekerja.

Bagaimana kisah Danisa? Ayo kita berkelana di sini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hadiah Persahabatan

Nyatanya, penolakan Danisa tidak berati apa-apa karena Burhan tidak mau mendengar bentuk pembantahan apapun. Tidak tanggung-tanggung hingga membuat Danisa sempat terkejut karena kini ibunya ditempatkan di kamar pasien kelas satu dengan pelayanan ekslusif.

Di depan ruangan ibunya, Burhan yang sedang asyik dengan ponselnya, Danisa datang dan duduk di sebelahnya.

"Terima kasih, ya," kata gadis itu yang terdengar segan.

Laki-laki itu menoleh, dia segera menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya.

Senyum pun tersembul dari bibirnya, dia menepuk bangku yang luang di sisinya. "Apa?" tanya Burhan dengan kernyitan, ia yang tak fokus sebelumnya.

"Terima kasih bantuannya, nanti aku akan ganti. Berapa banyak yang sudah kamu keluarkan untuk membiayai pengobatan ibuku?" tanya Danisa.

"Hem, lumayan mahal. Tapi, no worries. Fokus saja dengan pengobatan ibumu," ujar Burhan dengan senyuman.

Entah sejak kapan, saat berbicara dengan gadis itu, maka secara otomatis bibirnya akan selalu tertarik ke atas. Bukti bahwa sosok Danisa mampu menebar energi ceria pada sekelilingnya.

Danisa melirik ke arah pemuda itu, entah mimpi apa semalam hingga dia bisa bertemu dengan laki-laki baik yang mau membantunya, dia adalah Burhan.

Danisa sempat terkesima dengan laki-laki di hadapannya. Berulang kali berpikir, mengapa dia mau membantu dan mengeluarkan banyak uang untuk membiayai pengobatan orang yang baru ia kenal.

Meski penampilannya biasa, tetapi hatinya besar luar biasa, pikir Danisa.

"Kenapa kamu ingin sekali membantuku?"

"Aku? Ya, simple saja. Jika kamu baik pada orang, maka akan datang juga orang-orang baik ke hidupmu, contohnya seperti aku," kata Burhan dengan percaya dirinya.

Danisa tersenyum dan menepuk pelan paha laki-laki di sebelahnya itu. Terkejut dengan pukulan sekenanya oleh gadis itu. Jujur saja, selama ini tidak ada yang berani menyentuh tubuhnya tanpa seizin dirinya, kecuali Arnetta.

"Eist, ternyata seorang Danisa physical touch juga, ya?" kelakar pemuda itu.

"Aku geli saja dengan orang yang kepedean sepertimu, mana ada orang baik mengatakan dirinya sendiri baik? Haha, takabur itu!" cibir Danisa dengan kekehan tawa.

Entah mengapa dia sangat suka saat gadis itu tertawa riang hingga menunjukkan deretan giginya yang putih, tapi tidak rapi karena gigi bungsu yang tumbuh sana-sini.

Manis sekali. Ingin aku cium, deh.

Plak! Satu pukulan pelan mendarat sekali lagi. Kali ini di lengannya, sekaligus membuyarkan lamunannya. "Eh, ngomong-ngomong, uang yang kamu pakai itu uang siapa? Uang orang tuamu? Kamu anak orang kaya, ya?" tanya Danisa yang mendelik curiga saat laki-laki itu mampu membayar semua biaya perawatan ibunya hingga menempatkannya di kamar tipe VVIP.

"Kenapa memangnya kalau aku anak orang kaya?"

Danisa menggeleng, "Tidak, itu berarti kita berbeda kasta."

"Kenapa kalau beda kasta? Lantas kita tak bisa berteman, begitu?" tanya Burhan.

Danisa mengangguk. "Mungkin akan seperti itu, kau tahulah siapa aku ini? Orang berekonomi sulit, mana bisa berteman dengan kaum elit? Di sekolah saja aku sering merasa minder karena sebagian besar dari mereka anak orang-orang berduit."

"Masalahnya?" kernyit Burhan yang tak paham.

"Tidak ada masalah sih, tapi secara tidak langsung akan terbeeeeen-tang dinding besar yang memisahkan pergaulan kita, itulah pengaruh kasta sosial. Manusia seperti dipetak-petakan antara si kaya dan si misqueen," ujar Danisa dengan gurauan sekaligus mencurahkan isi hatinya.

"Temanmu seperti itu? Memangnya dimana sekolahmu?"

Danisa mengibaskan tangannya. "Ah, itu tidak penting. Sudah jawab saja, itu uang siapa yang kamu pakai?" ujar Danisa seraya menguncang-uncangkan kakinya.

"Itu uangku pribadi, tabungan hasil kerjaku," pengakuan Burhan. Sedikit jujur karena sebagian uang di rekeningnya adalah hasil kerjanya, selebihnya memang dari orang tua.

"Uang tabungan? Tabungan sejak kapan?"

Pria itu berlagak menerawang ke atas angan. "Hem, mungkin sejak lima tahun yang lalu," jawabnya dramatis, kali ini ada bumbu-bumbu kebohongan.

"Apa?!" pekik Danisa seraya bangkit dari kursinya saking terkejutnya.

Walau berulang kali Burhan mengatakan jika itu bukan masalah, tetapi Danisa tetap tak enak hati. Dia meminta maaf berulang kali karena ia pikir dirinya sudah terlalu merepotkan dan berjanji akan mengangsurnya sedikit demi sedikit dari uang gajiannya sampai lunas .

"Oh, ya! Boleh aku minta nomor ponselmu? Biar gampang menghubungimu tanpa perlu bertanya-tanya dulu ke Anjas," kata Burhan.

"Tulis nomormu," kata Burhan menyodorkan ponselnya.

"Untuk apa?" tanya Danisa dengan tatapan menyipit.

"Hem, sepertinya gadis ini tipe cewek yang susah dimintai nomor handphone."

"Biar bisa saling terhubung saja. Kenapa? Gak boleh? Takut?" cetus laki-laki itu.

Danisa menggeleng. "Bukan, hanya saja aku tak punya ponsel."

"Hah? Masa sih? Lalu, kau izin pada Anjas tadi lewat apa?" tanya Burhan.

Tak mungkin remaja zaman sekarang tak punya ponsel, tak peduli entah itu ponsel jenis kentang atau ubi pun pasti setiap orang punya karena sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup manusia, pikirnya

"Ya, aku datang ke toko sebentar untuk meminta izin."

Burhan menggaruk belakang lehernya, merasa heran. "Masih ada ya orang yang mau repot-repot seperti dia?" tanya Burhan dalam hatinya.

"Hem, mau kubelikan ponsel baru?" tanya Burhan.

"Untuk apa? Itu akan membuat utangku semakin menumpuk saja padamu, tidak mau!" tolak Danisa, lalu ia bangkit dan akan pergi dari tempat duduknya.

"Wait, wait, wait. Kalau tak mau beli ponsel baru. Ini, pakai saja ponselku untuk memudahkan kita berkomunikasi," kata Burhan menyodorkan benda persegi panjang pipih berwarna hitam metalic itu pada Danisa.

Danisa memandangi benda itu. "Tidak, Burhan. Itu punyamu. Aku baik-baik saja walau tanpa benda itu," tolak Danisa sekali lagi.

"Wait," Burhan kembali menahan lengan Danisa yang selalu ingin pergi begitu saja.

"Please, terimalah. Okey-okey begini saja. Anggap saja ini hadiah persahabatan kita, ayo bertukar hadiah. Kamu mau memberikanku apa? Apa pun itu akan aku terima asal kamu terima hadiahku ini," pinta Burhan.

Danisa merogoh saku roknya, dia menemukan pecahan uang sepuluh ribu rupiah.

"Hanya ada ini," kata Danisa.

"Kau mau aku menerima ini sebagai hadiah?" tanya Burhan.

"Kalau kamu mau, iya. Tapi, ini tidak sepadan dengan–" ujar Danisa.

Belum sempat terjawab lengkap, Burhan sudah lebih dulu merebut uang itu dari tangan Danisa.

"Oke, aku terima. Ini, terima juga ponsel ini, manfaatkan baik-baik supaya kita tetap terhubung dengan mudah."

Di rumahnya.

Sementara itu, selembar uang kusam yang dia dapatkan dari Danisa sebagai simbol persahabatan ia bingkai dan dipajang pada dinding kamarnya. Memang uang itu tidak bernilai besar pada nominalnya, tetapi lebih berharga daripada mata uang mana pun karena mengandung arti tulus persahabatan.

Bibirnya tersungging. "Baru kali ini aku menemukan wanita yang menolak diajak beli atau dikasih sesuatu. Danisa ... Danisa, dasar gadis aneh," ucapnya dengan gelengan kepala dalam posisi berbaringnya.

Kini ia mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Selamat malam, Danisa. Ini aku, si tampan Burhan."

1
LISA
Hehee..Nisa g tau klo cowo itu bos nya..
LISA
Aq nunggu Kak
LISA
Kita menunggu update nya Kak
LISA
Kesempatan utk Danisa nih
Fri5
nah loh2...... ada udang dibalik bakwan 🤭Hasby gercep jg, langsung broadcast 😂😂😅
🅰️Rion bee 🐝
nah lo salah pahamkan buru lurusin Danisa ntar burhanya ngreog lagi..😃
Ummi Sulastri Berliana Tobing
lanjut
ummaia windarni
salam kenal kak,aki Winda dari Tangerang
happy shalalala: halo... Salam kenal yaa🤗
total 1 replies
Felicia amira
lanjut kak
happy shalalala: Oke kak☺
total 1 replies
Fri5
ntar satpamnya yg diusir Burhan koq Nia 😀🤭
happy shalalala: hahahaha😂
Fri5: Nisa maksdnya
total 2 replies
dzaky ej
Lanjut kak, makin seru cerita x
happy shalalala: Oke, thanks yaaa
total 1 replies
Ummi Sulastri Berliana Tobing
lanjut ☺️☺️☺️
happy shalalala: okey!!!🥰
total 1 replies
Fri5
Yeay......😀 makasih ya kak sdh update lagi👍🤗
happy shalalala: samasama🤗
total 1 replies
Ummi Sulastri Berliana Tobing
terimakasih g jadi Hiatus Thor
lanjut LG
Akasia Rembulan
ditunggu ya kak.. tetap semangat
Fri5
jangan lama2 kak 😥
dewi: kenapa ngak d terusin sampai tamat kk karyanya syg lo
total 1 replies
Felicia amira
😒😒
Ummi Sulastri Berliana Tobing
ya sayang sekali☹️☹️
dewi
iya iyalah itu emang ponsel kk lu nadira yg udh kecantol d bucin habis dgn sohib mu tp blm berani terusterang ngih bantuin tu kk mu herix buat luluhin hati danisa heeee
Felicia amira
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!