Empat orang perempuan sebaya, bisa melihat makhluk tak kasat mata yang ada di sekitarnya. Walaupun mereka takut tapi itu tidak menghalangi mereka untuk membicarakan makhluk yang mereka lihat.
Sampai dimana, salah satu diantara mereka mengetahui suatu fakta yang membuatnya takut apa yang akan terjadi padanya.
Teman-temannya yang mengetahui hal itu tidak tinggal diam, mereka membantu untuk menyelesaikannya walaupun nyawa mereka taruhannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Tepat jam 2 siang setelah pemeriksaan, Bulan diizinkan pulang.
Ia sangat senang karena ia pun di perbolehkan untuk sekolah keesokan harinya, ia tidak sabar bertemu dengan temannya.
Sesampainya di rumah, ia kaget melihat jendela rumahnya tertutup dengan kain.
Saat masuk ke dalam rumah, rumahnya tampak rapi tapi jendela yang di tutup kain itu ternyata kacanya pecah.
"Ibu ini ko jendela kita pecah?" Tanya Bulan.
"Itu gak sengaja kena sapu nak waktu ibu nyapu," jawab ibunya tapi Bulan tidak percaya, dia bukan orang yang gampang di bohongi.
"Ibu bohong," ucap Bulan.
Bulan duduk di ruang tamu menunggu ayahnya masuk, tepat ayahnya baru melangkahkan kakinya masuk melewati pintu.
"Ayah, apa kemarin Bulan kesurupan?" Tanyanya tiba-tiba.
Ayahnya yang kaget dengan pertanyaan anaknya itu melihat ke arah sng istri.
"Ah ternyata bener," ucap Bulan.
Bulan melihat sekeliling tapi tidak melihat sosok apapun, "Apa itu sosok perempuan?"
"Iya nak, tapi sudah di pindahkan sama ustadz Ghofur kemarin," jawab ibunya.
"Maaf ya nak, dia kiriman dari pesaing bisnis kita," ucap ibunya lagi.
"Gak apa-apa bu, jangan meminta maaf itu bukan salah ibu tapi salah orang itu,"
Diam Bulan dan berjalan ke kamarnya, "Bulan biarkan saja, jangan di balas," ucap ayahnya.
"Apa dia orang yang sama?" Ayahnya mengangguk.
"Bulan tidak akan tinggal diam, ini bukan pertama kalinya yah," ucap Bulan tegas.
Ayah dan ibunya tidak bisa menghentikan Bulan lagi kali ini, karena bukan pertama kalinya pesaing bisnis itu mencoba menjatuhkan bisnis keluarga Bulan.
Bulan merebahkan tubuhnya di kasurnya, kepalanya terus memikirkan pesaing bisnis ayahnya itu. "Aku gak boleh gegabah karena marah, mari membalas dengan cara anggun," ucap Bulan.
Dia memutuskan untuk membuka grup kelasnya, Ternyata banyak yang menanyakan kabar Bulan, tapi dia melihat tidak membalas pesan pesan temannya itu.
Dia beralih membuka grup chatnya ABCD itulah nama grup itu, setelah membaca pesannya ternyata mereka memutuskan memberikan nama grup dengan huruf awal namanya.
"I'm here wahai kawan," Bulan mengirim pesan ke grup chatnya.
"Woy Bulan udah sehat lu?" Tanya Adel.
"Kapan kembali sekolah?"
"Besok aku udah masuk Del, dokterku juga udah ngizinin," jawab Bulan.
"Hey tau gak kak Raffi ada nyariin kamu hari Senin," pesan dari Chika.
"Ho iya iya, ciee di cariin ayang," pesan Delis.
"Oh kak Raffi, hari senin juga aku ketemu sama kak Raffi,"
"Hah?" Pesan Chika.
"Gimana ceritanya, diakan sekolah?" Pesan Delis.
"Hari senin itu saat siang tiba-tiba aja di ada di dekatku, ntah dari mana. Katanya dia nyariin mau bawain vitamin,"
"Tapi vitaminnya udah diminum duluan sama dia, katanya haus,"
"Tapi tapi gimana ceritanya dia tau kalau kamu di RS itu," pesan Chika.
"Dia nanya sama ayahnya, kebetulan ayahnya yang ngerawat aku selama di RS."
"Cieee di rawat sama ayah mertua ternyata," pesan Adel.
"Yaaa ayah mertua gimana ceritanya, nikah aja belum. Iya kalau jodoh kalau bukan ya sia-sia." Pesan Bulan.
"Aku mau istirahat see you tomorrow," pesan Bulan lalu keluar dari grup chat mereka.
Bulan yang mengingat kak Raffi tiba-tiba tersenyum lebar. "Aku kenapa senyum, ah gak gak," ucapnya tapi ujung-ujungnya dia tetap tersenyum.
Keesokan harinya, Bulan berangkat sekolah diantar oleh sepupunya, karena ayah Bulan yang minta.
"Kak," sapa Bulan.
"Ayo," ajaknya
"Kak pelan-pelan ya bawa motornya,"
"Iya aman tuh,"
Sesampai mereka di depan gerbang sekolah, kak Heru menurunkan Bulan.
"Bye kak thank you ya, ntar pulang aku bareng temen aja," ucap Bulan ke sepupunya itu.
"Oke kabarin aja ya," Bulan mengiyakan perkataan kakak sepupunya itu.
Saat Bulan berjalan ke kelasnya, tanpa bulan sadari kak Raffi melihat Bulan diantar oleh seseorang, Bulan tersenyum ramah ke laki-laki tersebut, Raffi tidak tahu bahwa itu adalah kakak sepupu Bulan.
Bulan memasuki kelasnya, dan disambut hangat oleh teman-temannya. Dan tentunya mereka membicarakan soal kak Raffi yang mencarinya kemarin, Bulan hanya tersenyum melihat kehebohan teman-temannya.
Jam pelajaran pertama mereka hari ini, guru tidak masuk karena ada rapat guru. Mereka di bebaskan untuk istirahat dan masuk pada jam 10.
Teman-teman mereka banyak yang memilih untuk ke kantin sarapan, tapi ABCD tetap memutuskan di dalam kelas.
"Bulan Bulan kamu mau masuk ekstrakurikuler apa?" Tanya Chika semangat.
"Aku mau masuk PMII, terus Delis masuk Pramuka kalau Adel masuk Olahraga," ucapnya lagi.
"PMII? Bukannya PMR ya?" Tanya Bulan.
"Bukannya sama ya?" Tanya Chika balik.
"Gak tau juga," jawab Bulan.
"Jadi kamu masuk masuk mana?"
"Masuk ekstrakurikuler Seni," ucap Bulan.
"Kenapa gak Pramuka aja disana kan ada kak Raffi," ucap Delis.
"Apa hubungannya, kak Raffi senior aku bukan pacar," ucap Bulan.
"Iya juga sih ya," ucap Delis.
"Gada yang sama, kita milihnya beda-beda," ucap Adel.
"Gak apa-apa yang panting saling support," ucap Delis.
Saat asik-asik mengobrol tiba-tiba, obrolan mereka terpotong dengan teriakan Yusuf.
"Bulan, ada yang nyariin," teriak Yusuf.
"Suruh masuk aja, Bulan gak boleh banyak gerak," teriak Chika.
Mereka berempat menatap tajam ke arah pintu ingin melihat siapa yang mencari Bulan.
"Taraaaa," ucap Zia teman sekelasnya.
"Yaelah elu ternyata kirain kak Raffi," ucap Chika.
"Yeeee kak Raffi gada yang ada aku Tara," ucap Tara yang juga masuk berbarengan dengan Zia.
"Gak seru lu ah," ucap Adel, mereka semua tertawa, melihat muka kecewa Adel.
"Aku mau ke toilet, temenin," ucap Bulan.
Mereka bertiga bergegas berdiri untuk menemani Bulan ke toilet.
"Satu orang aja kali, aku ini sudah sehat, kalau gak juga gak bakalan ke sekolah," ucapnya.
"Aku juga mau ke toilet," ucap Delis yang lain justru sudah berjalan duluan.
Saat menunggu di depan toilet, mereka di samperin oleh kakak kelas mereka.
"Oh kamu Bulan ya?" Tanyanya.
Bulan hanya menganggukkan kepalanya.
"Kamu beneran pacaran sama Raffi?"
"Kak Raffi, gak kak," ucap Bulan.
"Baguslah, jangan coba-coba jadi pelakor ya,"
"Kakak pacarnya kak Raffi?" Tanya Chika.
"Iyy," belum sempat dia menyelesaikan ucapannya,
"Bukan dek, dia tuh suka sama Raffi tapi Raffi gak suka sama dia," ucap kak Kirana yang tiba-tiba datang kesana.
Karena malu, dia langsung pergi bahkan meninggalkan teman-temannya yang berada di dekatnya tadi.
"Gak usah di gubris kalau ada dia, dia tuh tong kosong," ucap kak Kirana.
"Iya kak, makasih ya kak," ucap Delis, kak Kirana mengangguk lalu pergi.
Mereka bergegas kembali ke kelas saat mendengar bel berbunyi.