Tak pernah sedikit pun terbesit dalam pikiran Serina bahwa ia akan dikhianati oleh suaminya sendiri.
Suami yang menurutnya baik, sayang dan pengertian padanya ternyata selama ini hanyalah sandiwara saja untuk menutupi pengkhianatan yang telah dilakukan.
Lalu bagaimanakah kisah mereka selanjutnya?
ayo ikuti terus jalan ceritanya!🥰🙏🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ༂𝑾𝒊𝒚𝒐𝒍𝒂❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Egois
Malam berlalu, pagi ini cuaca tampak mendung, semendung hati Serina.
Terlihat Serina sudah berpenampilan rapi dengan riasan tipis di wajahnya.
Serina menuruni anak tangga satu persatu, tapi langkahnya terhenti ketika melihat Bara dan Arum sudah duduk di ruang tengah, seperti menunggu kedatangannya. Serina menghembuskan nafasnya pelan lalu kembali menuruni anak tangga.
Bara dan Arum dapat melihat dengan jelas bahwa mata Serina terlihat begitu sembab, mereka yakin pasti Serina menangis semalaman.
Bara merasa dadanya sesak ketika melihat wajah istrinya yang terlihat murung bahkan Serina sama sekali tidak melihat ke arah dirinya.
Ada yang menarik perhatian, ketika melihat kedatangan Serina, yaitu sebuah koper kecil yang di tenteng ditangan.
"Serina... Kamu mau pergi kemana?" Tanya Bara cemas. "Aku mohon jangan pergi dari rumah ini." Pinta Bara.
"Untuk apa aku pergi? ini rumah ku, seharusnya yang pergi itu kamu dan selingkuhanmu!"
Bara mengerutkan dahinya.
"Aku tak mengerti maksudmu, Serina."
"Bodoh!" Umpat Serina.
"Apa kamu lupa rumah ini atas nama ku?" Tanya Serina sambil tersenyum miring.
"Aku bisa menendang mu kapan saja, mas!"
"Serina... Jaga bicaramu! Aku ini suami kamu." Ucap Bara.
"Lebih tepatnya sebentar lagi mantan suami." Sahut Serina.
"Tidak akan ada kata perceraian diantara kita!" Tutur Bara.
"Tak peduli apa katamu, aku akan tetap ingin bercerai darimu!"
Serina meletakkan koper di atas meja, lalu ia menyuruh Arum untuk membukanya.
Arum tercengang sambil menutup mulutnya. Bagaimana tidak, ia tak percaya ketika melihat uang yang jumlahnya sangat banyak sekali. Seumur hidup baru ini Arum melihat uang sebanyak itu.
"Nyo-nyonya,, apa maksud dari semua ini?" Tanya Arum tergagap .
Serina tak buru-buru menjawab, dan hanya menatap Arum yang terlihat begitu kaget.
"Jawab Serina, apa maksud dari semua ini?" Bara menyambung.
"Nyonya, sebesar apapun jumlah uang yang nyonya tawarkan kepada Ku, aku tidak tertarik sama sekali. Aku tetap mencintai mas Bara, suami nyonya." Jelas Arum.
"Jadi, nyonya tidak usah menyogok ku uang sebanyak ini, karena saya tidak akan menjauhi mas Bara." Timpalnya, dengan nada gugup.
Serina tertawa renyah, mendengar penuturan dari mulut Arum.
"Sepertinya kamu salah menangkap maksud ku, Arum." Ucap Serina dengan senyum tipis.
"Kalau kamu mau, ambillah suamiku itu." Kata Serina lalu senyumnya berubah menjadi sinis.
"Serina! Tutup mulut mu!" Bentak Bara yang tidak terima.
"Diam! Kamu tidak berhak berbicara dengan ku." Sergah Serina tak mau kalah. Wanita itu kemudian membawa kembali pandangannya ke arah Arum.
"Asal kamu tahu saja , Arum. Aku memberikan uang ini bukan karena aku ingin menyogok mu ataupun menyuruhmu menjauhi Bara. Tapi aku ----" Serina menggantung ucapannya, sengaja membuat keduanya penasaran.
"Saya benar-benar tidak mengerti, nyonya!" Tutur Arum dengan mata memerah.
"Aku memberikan uang ini padamu secara cuma-cuma, karena sebagai bentuk rasa terimakasih ku padamu, terimakasih sudah melayani suami ku selama ini. Jadi ambil lah bayaran mu itu!." Ucap Serina lalu tersenyum menyeringai.
Arum menundukkan pandangannya.
Hatinya bagai diremas-remas tak kala ia mendengar ucapan Serina yang begitu pedas, kini air mata menggenang di pelupuk matanya.
"Kenapa kamu malah menangis? Ambilah, semua uang itu untukmu! aku tahu, kamu dan ibumu sangat membutuhkan uang, bukan?" Tanya Serina.
"Meskipun kamu wanita jala*Ng yang tak punya harga diri, tapi tampaknya kamu anak yang baik dan berbakti bagi ibumu. Bagaimana? apakah kita harus beritahu ibumu? agar dia tahu kehidupan macam apa yang dijalani anaknya." Cemooh Serina terus menerus.
"Serina....hentikan..." Pinta Bara sekali lagi dengan nada pelan.
Tak menghiraukan, Serina tetap melanjutkan ucapannya.
"Aku begitu heran, padahal pekerjaanmu seorang pembantu yang berselingkuh dengan suami majikan. Tapi kenapa kamu memberitahu ibumu bahwa kamu bekerja sebagai seorang manager?" Tanya Serina.
Arum lagi-lagi kaget ketika mendengar pertanyaan dari Serina, dia heran darimana Serina tahu semuanya?
Dengan cepat Arum menggelengkan kepalanya. Memohon agar Serina tak memberitahu sang ibu. "Nyonya, saya mohon dengan sangat, tolong jangan beritahu ibu saya." Ucap Arum dengan diiringi tangisan.
Melihat Arum yang menitihkan air mata, Bara langsung saja menengahinya.
"Serina, hentikan!" Teriak Bara murka.
"Tutup mulut kotor mu itu! Berani-beraninya kamu berteriak kepadaku." Sentak Serina.
"Kemasi semua pakaianmu, Arum.
"Kemasi semua pakaianmu, dan angkat kaki dari rumah ini!" Usir Serina dengan lantang. "Aku tidak ingin rumah ini dikotori oleh orang sepertimu!" Hardik Serina.
Arum menatap tak percaya, ia langsung saja bersimpuh dibawah kaki Serina, memohon agar Serina tidak mengusir dirinya.
"Nyonya... Tolong jangan usir saya, saya mohon nyonya." Mohon Arum dengan Isak tangis.
"Aku tidak peduli!" Geram Serina.
"Jika nyonya mengusir saya, saya tidak tahu lagi harus tinggal dimana, nyonya."
"Seharusnya perkataan mu itu, kamu lontarkan kepada kekasih mu, Arum." Ucap Serina sambil melirik Bara.
Bara menghembuskan nafasnya kasar, lalu menghampiri Arum yang sedang bersimpuh di bawah kaki Serina.
"Arum, jangan lakukan ini!" Ujar Bara sambil memegang pundak Arum. "Bangunlah..! Kemasi barang-barang mu, aku akan mengantarkan mu." Ucap Bara.
Serina tersenyum sinis, bohong jika hatinya tidak sakit melihat suaminya yang malah peduli terhadap Arum.
"Baguslah, jika kamu mau ikut angkat kaki dengan Arum, silahkan mas. Aku tidak perlu repot-repot mengusir mu." Imbuh Serina.
"Aku hanya mengantar Arum saja. Aku tidak akan pergi dari rumah ini, karena aku masih suami kamu!" Tutur Bara.
"Lebih tepatnya sebentar lagi kamu bukan suamiku." Seloroh Serina.
Bara diam, ia tak menanggapi ucapan Serina. Pembicaraan ini hanya akan berakhir pada perdebatan yang malah semakin panjang.
"Cepat Rum, kemasi pakaianmu!" Titah Bara.
Arum, wanita itu dengan berat hati langsung saja melangkah menuju ke kamarnya untuk berkemas.
Bara kemudian melirik ke arah Serina yang menatap ke arah lain, terlihat mata Serina begitu merah seperti orang yang sedang menahan tangisan.
"Sungguh kamu bukan Serina yang selama ini aku kenal!" Lirih Bara.
"Kamu benar, aku memang bukan lagi Serina yang selama ini kamu kenal." Ucap Serina.
"Mari kita bicara dan selesaikan masalah ini secara baik-baik, nanti!" Ujar Bara.
"Tak perlu, karena tidak ada lagi yang harus dibicarakan dan diselesaikan." Tolak Serina.
"Kamu keras kepala dan egois!" Tukas Bara.
"Aku tidak peduli!" Balas Serina.
"Tunggu saja, setelah kita resmi bercerai, aku harap kamu segera angkat kaki dari rumah ini!" Kata Serina, wanita itu kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Bara..
"Sudah kubilang tidak ada kata perceraian diantara kita!" Seru Bara Setengah berteriak, tapi sama sekali tak dihiraukan oleh Serina.